Dua Bidadari Beda Masa

245 37 7
                                    


Mendengar suara yang tidak asing di telinga, Raja Zhang menghentikan gerak tangannya. Namun tanpa menoleh, ia melanjutkan menyeruput teh hangat, matanya lurus ke depan. Ia sama sekali tidak peduli dengan Pangeran Gu Thong yang sedang melangkah mendekat.

Pangeran Gu Thong membungkuk pada Kaisar Wei. “Hormat hamba, Yang Mulia Kaisar.”

Kaisar Wei mempersilahkan Pangeran Gu Thong untuk bergabung. Pangeran Gu Thong duduk di samping Raja Zhang, berjarak satu meter dari Raja Zhang.

“Raja Zhang, aku dengar kau sudah menikah. Selamat atas pernikahanmu.”

Ia tolehkan kepala kemudian menatap Pangeran Gu Thong dengan tatapan dalam menerobos. Walaupun menatap Pangeran Gu Thong, ia tidak berniat mengucapkan sepatah katapun.

“Ah ya.” Pangeran Gu Thong menoleh pada Kaisar Wei. “Ayah, mengapa Ayah tidak mengundang Ratu Luzong untuk turut bergabung? Bukankah akan lebih baik jika kita saling mengenal.”

Ia tersenyum miring mendengar ucapan Pangeran Gu Thong. Tanpa harus berbicara lebih jauh, ia tahu bahwa Pangeran Gu Thong sedang mengejeknya. Pria itu berpura-pura ingin merebut Arum, sama seperti ketika pria itu merebut Xiu Xing.

Kaisar Wei melirik Pangeran Gu Thong. “Tidak baik membuat Ratu bergabung dengan pria. Lagi pula aku yakin Ratu kelelahan setelah melakukan perjalanan jauh.”

“Ah ya benar.” Pangeran Gu Thong kembali menatapnya. “Sekarang Ratu masih bisa ikut menghadiri, tapi jika sudah mengandung seperti istriku, akan lebih baik tidak ikut demi kesehatan bayinya.”

Ucapan Pangeran Gu Thong kali ini berhasil membuat ia ingin memperhatikan ucapan pria itu. Apa katanya tadi? Xue Xing sedang mengandung? Mengandung anak pria ini?

“Apa kau bilang? Xue Xing hamil?” Tampaknya Kaisar Wei juga belum tahu, pria berusia 60 tahun itu terlihat terkejut.

“Benar, Ayah. Maaf tidak memberi tahumu sejak awal. Aku ingin memberikan kejutan padamu di acara ulang tahun nanti. Tapi aku tidak tahan lagi ingin segera memberitahukan kabar gembira ini.”

Di akhir ucapan Pangeran Gu Thong, pria itu meliriknya. Terlihat sekali ingin pamer. Namun siapa yang peduli? Ia sudah tidak mencintai wanita yang kini telah berstatus sebagai istri Pangeran Gu Thong itu. Hatinya sudah lama membeku, jadi tidak mungkin ada sisa rasa lagi.

“Oh ya, Raja Zhang. Sampai sekarang aku belum tahu nama Ratumu. Siapa namanya?” Pangeran Gu Thong terlihat ramah dan bersemangat, sama seperti dulu, sebelum mimpi buruk itu terjadi. Namun ia dapat memastikan bahwa hati Pangeran Gu Thong juga sudah dingin. Siapa yang tidak akan trauma dan dendam jika menghadapi kejadian seperti 18 tahun lalu?

“Ah ya benar. Siapa nama Ratu Luzong?” tanya Kaisar Wei.

“Arum,” jawabnya dengan santai dan singkat. Sejujurnya ia tidak ingin menjawab, akan tetapi tidak ada salahnya juga memberi tahu nama Arum.

“Arum?” Sepertinya Kaisar Wei merasa heran dengan nama Arum yang tidak lazim ditemukan di negeri ini.

“Dia tidak berasal dari negeri ini, juga bukan keturunan bangsawan.” Ia menjelaskan.

Saat ia melirik Pangeran Gu Thong, ia melihat Pangeran Gu Thong menunjukan ekspresi penasaran. Namun ekspresi itu berubah kembali ke ekspresi Pangeran Gu Thong yang biasanya, yakni tersenyum.

“Ah, bukannya untuk menjadi Ratu harus keturunan bangsawan, berpendidikan dan ....”

“Aku melakukan apapun yang aku kehendaki. Apa yang aku lakukan tidak ada urusannya denganmu, Pangeran.” Ia benci pada orang yang mempermasalahkan keputusannya.

Queen Of King Zhang's Heart Where stories live. Discover now