Gara-gara Lapar

247 32 0
                                    

Di tengah malam, pria putih tidak tertidur. Dia malah menyelinap dari bagian dinding tembok belakang ke bagian tembok yang bisa menjangkau penglihatannya menuju istana Raja.

Menggunakan kekuatannya, ia melihat Raja Zhang sedang tertidur di kamar. Ia tahu di jam seperti ini Raja Zhang akan tertidur selama 3 jam. Ini adalah kesempatan untuk Arum melarikan diri.

Cepat-cepat ia berlari kembali ke tembok belakang istana. Ia berjongkok kemudian menggunakan kekuatannya ia membuka jendela kamar. "Kau harus bangun Arum. Ini waktu yang sangat tepat."

Ia meniupkan angin pada Arum dari kejauhan, dan tidak lama kemudian Arum mulai terbangun.

Arum merasa ada sesuatu yang menggelitik wajahnya, pada akhirnya ia pun membuka mata walaupun masih sangat mengantuk. "Ish, apa sih ini?" Arum mengusap wajahnya sendiri. Sepertinya ada bulu-bulu lembut yang menggelitik.

"Hoaam."

Saat gelitikan bulu itu berhenti, Arum hendak menutup matanya kembali. Akan tetapi ketika itu, ia melihat datang seekor burung merpati putih hinggap di jendela. Merpati itu tampak bersinar di bawah sinar rembulan. Selain karena bulunya yang indah, kalung berlian biru yang tergantung dilehernya juga sangat indah, membuat Arum gagal fokus.

Mata Arum seketika berbinar. Entah mengapa ia sangat tertarik pada kalung tersebut. "Wah, kau cantik sekali." Yang dimaksud Arum adalah kalungnya.

Si burung merpati menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, seolah sedang mengenali wajah Arum. Beberapa detik memandangi Arum, burung merpati itu kembali terbang dan hinggap di sebuah pohon yang tidak jauh dari jendela. Kembali merpati itu menatap Arum. Sepertinya merpati itu ingin Arum mengikuti dirinya.

"Kau ingin aku ikut?" Arum tersenyum lebar. "Tentu saja."

Tidak peduli dengan kantuknya lagi, Arum menyibak selimut dan bergegas menuju jendela. Ia pun segera memanjat jendela lalu melompat ke luar. Akan tetapi kali ini pendaratannya tidak sempurna.

Akibat masih mengantuk dan menggunakan hanfu, ujung rok hanfu terinjak oleh Arum hingga menyebabkan pendaratan nya gagal total. Ia jatuh dengan tubuh telungkup, sedang wajahnya langsung mencium tanah.

Bugh! Buft!

'Baju sialan! Inilah mengapa aku benci rok.'

Arum menggeram dalam hati, sedang dia masih belum mengangkat kepala. Mungkin inilah yang namanya otak masih memproses apa yang terjadi. Jadi dia masih terdiam, meresapi rasanya jatuh lalu 'nyungsep'.

Beberapa detik kemudian. "Buffft." Arum mengangkat wajah. Ia gerak-gerakan bibir dan lidahnya agar tanah yang masuk ke dalam mulut keluar. "Pufff ... Tidak enak."

'Ah, burung itu.'

Kembali mengingat merpati tadi, Arum cepat-cepat bangkit. Dilihat lagi, ternyata merpati tadi sudah pindah ke pohon yang lebih jauh. Arum mengikuti burung merpati itu dan lagi-lagi si merpati pindah ke pohon lainnya. Sampai kemudian Arum baru menyadari bahwa ia telah berdiri di depan tembok tinggi. Tembok tinggi ini adalah pagar istana Luzong, tempat beberapa jam lalu ia membantu Jing Ji kabur.

"Hei, kau ingin aku memanjat tembok ini?" Arum mulai mengerti.

Sepertinya merpati ini adalah utusan dari Tuhan yang Maha Kuasa untuk menyuruhnya kabur sekarang.

Di tembok, pria putih masih bersembunyi di balik pagar. Ia tersenyum senang karena Arum mengerti maksud dari burung merpati jadi-jadian yang ia buat. Dengan cepat ia menggerakkan tangan ke arah tali yang digunakan oleh Jing Ji turun, hingga melemparnya ke bagian dalam.

Arum melotot saat tiba-tiba tali itu menjuntai tepat di depan mata. "Waaah, ini benar-benar sungguh ajaib."

Tidak ingin membuang waktu, Arum segera menggapai tali tersebut. Namun saat akan memanjat, perutnya yang belum diisi seharian malah menjerit-jerit minta diisi. Si perut tidak akan sanggup menyalurkan tenaga ke seluruh tubuh jika tidak isi.

Queen Of King Zhang's Heart Место, где живут истории. Откройте их для себя