Tidak Sadar Bersikap Lembut

234 37 2
                                    

Selesai upacara pernikahan, Raja Zhang kembali bekerja seperti hari-hari biasanya, seolah tidak pernah terjadi apa-apa hari ini. Sedang Arum sendiri segera dibawa oleh Huang Shong ke istana belakang atas titahan dari Raja Zhang. Sepertinya mulai sekarang Arum akan menjadi burung dalam sangkar emas.

Kini Arum sudah berganti pakaian mengenakan hanfu yang telah tersedia di dalam lemari hitam milik Raja Zhang. Entah kemana darah dan pedang Raja Zhang, isi dalam lemari semuanya dipenuhi dengan pakaian Arum.

“Huft, setelah menikahi aku dia langsung pergi bekerja tanpa menyapaku sedikitpun. Suami macam apa itu.”

Arum kesal karena Raja Zhang sudah menikahi dirinya secara paksa, namun pria itu acuh tak acuh pada dirinya.

Sampai kemudian Arum yang sedang duduk bersila di lantai menolehkan kepala karena mendengar suara pintu diketuk.

“Aku tidak terima tamu!” ketus Arum. Sejujurnya ia juga tidak mengerti mengapa hari ini suasana hatinya sangat buruk.

“Ampun, Yang Mulia Ratu. Ini hamba, pelayan yang diutus menjadi pelayan pribadi Anda.” Ternyata seorang pelayan.

“Aku bilang aku tidak terima tamu!” Arum masih ketus.

“Ampun Yang Mulia Ratu, hamba diperintahkan untuk membawa makan siang. Ratu harus makan terlebih dahulu agar tidak sakit."

“Apa?” Telinga Arum seketika melebar. Soal makanan ia nomor satu. Ia pun berdiri, dicincingnya ujung rok hanfu agar tidak terinjak. Memanga repot pikirnya.

Tergopoh-gopoh Arum menghampiri pintu sampai kemudian saat akan membuka pintu, pintu tidak dapat dibuka. “Hei, mengapa malah di tahan? Kau mau aku makan siang tidak? Saat kau menjawab, jangan pakai kata ampun, aku bukan Tuhan yang bisa mengampuni dosamu.”

“Maaf, Ratu." Karena tidak boleh mengatakan kata 'ampun' pelayan itu mengganti menjadi 'maaf'. "Tapi pintu ini dipalang dari luar, hanya hamba yang bisa membukanya,” ucap pelayan itu lembah lembut seperti sebelumnya.

Di balik pintu, Arum menghela nafas lalu berkacak pinggang. “Kalau tahu begitu mengapa tidak kau buka dari tadi.”

“Maaf Ratu, tapi Anda sendiri yang mengatakan tidak menerima tamu, sehingga hamba tidak berani membukakan palang pintu ini. Sekarang karena Anda memperbolehkan hamba untuk masuk, maka hamba akan membukakan pintu ini.”

Arum menyingsingkan kedua belah lengan bajunya. Dia tidak sabar untuk mengajak gelut pelayan yang katanya akan menjadi pelayan pribadinya. “Tidak raja tidak pelayannya, semuanya menyebalkan.”

Tidak lama kemudian pintu terbuka, seorang pelayan pun masuk. Pelayan itu masih muda, cantik, dan berparas polos seperti gadis tanpa dosa. Arum melihat itu jadi tidak tega untuk menghajarnya. Pelayan itu membungkuk.

“Hormat hamba, Yang Mulia Ratu. Hamba adalah Chung Ryongyu Lubairyu. Tuan Huang Shong atas perintah Raja Zhang telah menjadikan hamba sebagai pelayan pribadi Anda.”

Ryongyu menunjukkan nampan yang ia bawa sambil tersenyum. “Anda sangat menyukai ayam panggang dengan bumbu ini, maka dari itu hamba membawakan cukup banyak.”

Mata Arum beralih dari wajah Ryongyu ke nampan berisi daging ayam penuh. Mata Arum berbinar, ia ingat, ayam ini sama persis dengan apa yang ia makan tadi malam. “Alu tidak peduli dengan nama berbelit mu itu. Aku hanya suka makanan ini. Tapi, dari mana kau tahu aku suka ini?”

“Dari Tuan Huang Shong,” jawab Ryongyu.

Arum ingat yang melihat dirinya makan begitu lahap hanyalah Raja Zhang, mungkin Raja Zhang yang memberitahukan Huang Shong.

Queen Of King Zhang's Heart Where stories live. Discover now