Kau Rupanya

253 33 0
                                    

Suara Jing Ji lemah terdengar. Arum segera merayap keluar sembari menahan mual. Sumpah demi apapun kali ini kentutnya luar biasa bau. Mungkin efek tiga hari tidak buang air besar, sehingga gas di dalam perutnya menyatu membusuk bersama dengan tinja.

Dan sepertinya dia salah perhitungan, seharusnya dia bersiap tutup hidung duluan. Bagaimana dia tidak teracuni kentut sendiri, bayangkan saja dia di kolong tempat tidur yang sempit, tertutup, pasti gas beracunnya berputar di sana.

Berhasil keluar dari kolong, Arum memeriksa kondisi Jing Ji. "Jing Ji ... Uwoo." Hampir Arum muntah.

Ah, ia harus membuka jendela agar udara bersih bisa masuk dan udara yang mengandung gas racun ini bisa keluar. Buru-buru Arum menghampiri jendela lalu membukanya.

Tidak langsung kembali pada Jing Ji, Arum lebih dulu mengeluarkan kepalanya dan bernafas terburu-buru.

"Hoos hosh hosh ... Buafh!" Arum terbatuk.

Dirasa di dalam ruangan sudah normal, barulah Arum kembali pada Jing Ji.

Kelakuan Arum masih dipantau oleh pria putih dari atas benteng. Pria itu terkekeh. "Wah, aku baru tahu ada jurus yang begitu dahsyat hingga mampu mengusir iblis naga hitam seperti Raja Zhang."

"Jing Ji. Kau sudah bangun?" Arum membantu Jing Ji untuk bangun.

Jing Ji tampak linglung. Seingatnya tadi ia berada di kamar selir bersama Raja Zhang. Saat itu dia akan berciuman dengan Raja Zhang, lalu mengapa sekarang ia berada di ruangan menyeramkan, di tambah ada Arum.

"Apa yang kau lakukan di sini, Arum? Bukankah kau seharusnya sudah pulang?" Jing Ji seperti tidak suka akan kehadiran Arum. Mungkin dia tidak ingin diganggu oleh kehadiran Arum.

"Aku akan menyelamatkanmu," ucap Arum sambil tersenyum lebar.

Jing Ji tertawa kecil. "Mengapa harus diselamatkan? Apa yang dikira oleh orang tentang Raja Zhang itu salah. Aku tidak disakiti olehnya sama sekali."

Arum menggeleng. "Tidak, dia bersandiwara. Aku mendengar dengan telingaku sendiri, Jing Ji. Kau akan-"

Tap tap tap

Terdengar suara langkah kaki dari lorong. Arum yakin itu pasti Raja Zhang yang telah kembali setelah mabuk kentutnya hilang. Tidak memiliki waktu lagi, ia harus pergi sebelum Raja Zhang masuk. Bersembunyi di kolong ranjang kini bukan pilihan yang tepat.

Arum menepuk bahu Jing Ji. "Aku akan kembali untuk menyelamatkan dirimu. Tenang saja."

Arum segera berlari ke arah jendela. Ia memanjat jendela kemudian melompat keluar.

Melihat Arum keluar tepat waktu, pria putih itu menghela nafas lega. Kini menggunakan kekuatannya ia menutup kembali jendela kamar Raja Zhang agar nanti Raja Zhang tidak curiga.

Pria putih itu menghela nafas. "Sudah baik Arum ingin menyelematkan dia, dia malah tidak senang dengan kehadiran Arum."

Tidak langsung pergi, Arum malah memeriksa dadanya, memastikan bahwa gelas emas yang ia curi tadi masih ada. "Huft syukur masih ada. Lumayanlah, untuk ongkos pulang ke Nusantara dan juga untuk oleh-oleh. Hehe."

Pria putih itu menggaruk pangkal hidung. "Titisan apa anak satu ini?"

* * * *

Masuk ke dalam kamarnya, ternyata Jing Ji sudah tersadar. Ia sempat terkejut karena seharusnya Jing Ji belum sadarkan diri. Ia berjalan menghampiri Jing Ji yang tersenyum padanya.

Jing Ji bangkit dari tempat tidur lalu membungkuk pada Raja Zhang. "Hormat hamba, Yang Mulia."

Raja Zhang menatap Jing Ji lekat. Ia masih merasa bingung mengapa Jing Ji bisa tersadar begitu cepat. Ini diluar nalarnya sebagai iblis naga hitam. Biusnya seharunya bisa bertahan sampai nanti malam. Ia berpikir, sepertinya gadis kali ini memiliki suatu keistimewaan.

Queen Of King Zhang's Heart Where stories live. Discover now