Cerita Kejamnya Raja Zhang

277 33 10
                                    

Beberapa hari kemudian, Arum telah betah tinggal di rumah Jing Ji. Dia yang merupakan sosok ceria dan mudah bergaul, dengan mudahnya ia mengenal warga sekitar terutama di dekat rumah Jing Ji. Dan beruntung juga warga desa ini sangat ramah dan menyambut dirinya dengan baik. Mereka senang atas kehadiran Arum. Ditambah lagi Arum sangat baik, mau membantu aktivitas mereka. Misal saat mengangkut barang berat digerobak dan kebetulan Arum lewat, Arum akan bantu mendorong.

Contohnya pagi ini, Arum membantu teman Jing Ji, yaitu Ruong Ru membawa cucian baju menuju sungai kecil di hulu desa. Pagi dengan matahari cerah ini Arum memang lebih memilih beraktivitas di luar rumah dari pada di rumah Jing Ji.

"Aku dengar ibunya Jing Ji sudah membaik." Ruong Ru dan Arum menuruni tangga batu menuju tepi sungai.

Arum mengangguk, satu tangannya menahan bak cucian di pinggang. "Paman Shen Hong merawatnya dengan baik. Jing Ji juga begitu. Tadi dia sedang memasak, jadi tidak bisa ikut mencuci bersama."

Ruong Ru melirik Arum. "Jika ibu Jing Ji sudah sembuh, kau akan segera kembali ke negerimu?" Baru beberapa hari berteman dengan Arum, Ruong Ru merasa tidak rela berpisah. Arum sangat baik, periang, dan juga apa adanya.

"Ya begitulah. Padahal aku ingin lebih lama tinggal di sini. Sejak dulu aku ingin kemari untuk mencari guru mendiang ayahku. Tapi sayang, Paman juga kakek melarangku."

"Ayahmu sudah meninggal dunia?" Ruong Ru kaget.

Mereka telah sampai di pinggir sungai. Mereka meletakkan bak cucian di atas batu.

Arum mengangguk ringan. "Um. Tujuh tahun yang lalu."

Ruong Ru turun ke sungai. Di pinggir kedalamannya hanya selutut. Air sungai ini sangat jernih sehingga bebatuan di dasar sungai terlihat jelas. Ruong Ru menoleh pada Arum yang berjongkok di pinggir sungai, di atas batu besar. "Jadi kau anak yatim seperti Jing Ji ya."

"Yatim Piatu lebih tepat. Saat berusia 2 tahun, ibuku meninggal." Arum menjawab dengan ringan.

Ruong Ru menatap iba. Dia melihat mata Arum memancarkan kepolosan, sekarang pun matanya tetap berbinar lucu. Namun ia bisa melihat bahwa dibalik mata itu, Arum merasa sedih, merindukan belaian kasih sayang ibu dan ayahnya.

Ruong Ru tersenyum lebar. "Tapi kau hebat Arum. Kau tumbuh menjadi anak yang baik. Kau pernah bercerita memiliki dua kakak dan satu kakek yang sangat menyayangi dirimu, kan? Belum lagi paman Shen." Ruong Ru mencoba menghibur.

Arum mengangguk. "Hm. Aku beruntung."

Dalam hati Arum. 'Anak baik? Semua orang bilang aku sangat nakal.'

Ruong Ru mulai mencuci baju, dibantu oleh Arum. Mereka mengobrol, dan sesekali bercanda ria dengan bermain air.

Sedang mereka asik bermain, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang kompak, di tambah dengan derap kaki kuda. Arum dan Ruong Ru menghentikan kegiatan mereka, mematung, mendengar lebih jelas suara itu.

"Sepertinya itu suara kuda dan beberapa orang-orang." Ruong Ru mengajak Arum naik ke tepi sungai lalu mengintip ke arah jalan yang ada di atas.

Melihat rombongan prajurit istana dan beberapa kereta kuda, Ruong Ru menutup mulutnya, sedang matanya melotot lebar.

Berbeda dengan Ruong Ru, reaksi Arum malah tampak mengagumi kegagahan dan kekompakan jalannya para prajurit Luzong. "Wah, mereka keren sekali."

Mata Ruong Ru merotasi. "Keren katamu ..?!" Jika bukan karena takut terdengar oleh para prajurit itu, Ruong Ru pasti sudah memekik. "Kau tahu, mereka itu prajurit kerajaan Luzong."

Arum melirik dengan mata bingung. "Lalu kenapa kita malah bersembunyi? Mereka kan membela negara."

Ah ya, Ruong Ru lupa bahwa Arum tidak tahu apa-apa tentang kepemerintahan kerajaan Luzong. "Bukan negara, tapi Raja Zhang. Sebelum enam tahun lalu, kerajaan ini damai dipimpin oleh Raja Wang Chou, tapi 6 tahun lalu, tiba-tiba Raja Zhang yang entah asal usulnya dari mana datang membawa pria-pria berbaju hitam lalu menyerang istana dan dalam sekejap mata tahta Raja pun didapatkan olehnya."

"Karena Kerajaan Luzong adalah kerajaan di dalam negeri Banfai, kepemimpinan Raja Zhang tidak diakui karena Kaisar Wei  tidak setuju dan malah menggolongkan Raja Zhang sebagai pemberontak negeri. Banfai pun memerangi Luzong. Akan tetapi sayang, keduanya imbang dan malah memakan banyak korban jiwa dari pihak Banfai. Akhirnya Kaisar Wei mengalah, apalagi Raja Zhang mengancam akan membantai seluruh rakyat Luzong jika kepemimpinan dirinya tidak diakui."

Arum mendengus. "Huh, ternyata dia jahat ya."

"Setelah dipimpin oleh Raja Zhang, kerajaan ini memang berkembang lebih pesat, mulai dari sumber daya manusia, sumber daya alam, ekonomi, pembangunan dan lain-lain. Kalau untuk segi ekonomi kami memang sangat sejahtera, akan tetapi, Raja Zhang adalah Raja yang berbuat semaunya. Seandainya keinginannya tidak terpenuhi, maka orang yang melawan perintahnya akan langsung dibunuh. Dia sungguh kejam dan bengis. Jika bertemu dengan orang yang tidak dia sukai, dia pun akan langsung membunuhnya."

Arum menutup mulutnya. "Benarkah? Wah, orang-orang seperti dia harus disantet."

Arum sekarang jadi penasaran mengapa mereka harus bersembunyi. Kan Raja kejamnya tidak ada. "Lalu, mengapa kita bersembunyi dan apa mau mereka datang ke sini? Mereka membawa banyak kereta kuda."

Ruong Ru terlihat takut. "Bagaimana ini, Arum? Mereka pasti diperintah oleh Raja Zhang mengumpulkan 10 orang gadis untuk dibawa ke istana. Ini terjadi setiap setahun sekali. Dari 10 gadis, hanya akan dipilih 1 gadis saja, yang tidak terpilih akan dipulangkan dengan hadiah yang besar."

"Waaaah hadiah yang besar ...." Arum tergiur. "Bukannya itu bagus? Semua gadis pasti ingin dipilih oleh Raja Zhang. Yang tidak dipilih saja mendapat hadiah besar, apalagi yang terpilih."

Ruong Ru menggeleng. "Jangan sampai tertipu. Kau tahu? Awal Raja Zhang memilih gadis, semua gadis sangat antusias. Bahkan waktu itu banyak gadis datang sendiri dengan suka rela. Begitu pula sampai tiga kali pemilihan gadis. Namun, gadis yang terpilih tidak pernah terdengar kabarnya, bahkan menurut mantan pelayan, gadis-gadis itu tidak terlihat lagi di istana. Coba kau pikirkan, kemana mereka? Aku yakin mereka dijadikan tumbal. Oleh sebab itu, sejak saat itu tidak ada lagi yang mau dibawa ke istana. Para gadis akan bersembunyi dan orang tua mereka akan menghadang. Pada akhirnya para prajurit itu akan bertindak kasar, bahkan pernah ada yang terbunuh."

Mata Arum melotot. "Lalu Jing Ji ...."

Ruong Ru mengangguk. "Aku mengkhawatirkan dia. Dia pasti sedang ada di rumah dan tidak tahu bahwa ada prajurit yang datang. Dan jika dia dibawa, aku yakin dia yang akan terpilih. Dia adalah kembang desa di desa ini. Kabar tentang dirinya pasti sudah tercium oleh para prajurit."

Arum berdiri. "Aku akan menyelamatkan Jing Ji. Kau tunggalah di sini. Aku yakin tempat ini aman."

Sebelum Arum melangkah, Ruong Ru memegang tangan Arum. "Jangan, Arum! Ini bukan waktunya main-main. Nyawamu bisa dalam bahaya dan juga mungkin kau akan dibawa ke istana."

Arum tersenyum lebar. "Tenang, aku pasti bisa mengatasi mereka. Setidaknya aku bisa mengalihkan perhatian mereka sementara Jing Ji melarikan diri. Dan soal aku akan dibawa ke istana?" Arum menatap tubuhnya sendiri. "Kau lihat aku. Dan juga tubuhku rata, jadi mereka pasti akan mendiskualifikasi diriku."

"Tapi dengan apa kau melawan mereka?"

Arum melirik ke arah bak cucian. Bergegas ia menghampiri bak lalu membongkar isinya, menarik setiap kain seolah ingin disobek. Sampai kemudian dia menarik kain yang saat ia tarik cukup lentur dan melar.

"Aku pinjam kain penutup dadamu ya."

Mata Ruong Ru melotot, dia bingung akan dipakai apa kain penutup dadanya itu. (Kain penutup dada/bra).

Arum menoleh ke kanan ke kiri, pada pohon-pohon kecil. Sampai mata Arum menemukan satu pohon yang dikira sesuai dengan apa yang dia butuhkan, lalu kemudian dia segera menghampiri pohon itu.

Menggunakan kekuatan tangan kosong, Arum mematahkan dahan pohon tersebut. Setelah itu dia patahkan pagi cabang dahannya hingga membentuk huruf Y. Selesai dengan kayunya, sekarang Arum mengikat setiap ujung kain penutup dada Ruong Ru pada dua belah sisi kiri dan kanan.

"Selesai!" Arum tersenyum senang melihat ketapel cap bh nya jadi. "Aku berangkat sekarang!" Arum segera berlari.


Waaah ide yang luar biasa kan. Arum buat ketapel dari bra Guys. Yuk kita coba buat🤣

Queen Of King Zhang's Heart Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon