Kecupan Ringan Sampai ke Hati

257 38 10
                                    

Lu Lu yang sudah membaik segera pergi ke istana belakang untuk mengantar pakaian yang akan dikenakan Arum, juga akan mendadani Arum. Namun setelah setengah jam berada di istana belakang, Lu Lu keluar lagi. Dia segera mencari Huang Shong yang biasanya tidak jauh-jauh dari Istana Pribadi Raja Zhang.

"Tuan."

Huang Shong yang baru keluar dari istana pribadi Raja Zhang mendongak, melihat Lu Lu datang menghampirinya. Melihat Lu Lu, kejadian tadi pagi kembali berputar diingatan. Tiba-tiba ia merasa canggung. Untuk itu ia berdeham, berusaha terlihat biasa saja. "Hm. Ada apa lagi?"

"Ratu Arum bersikeras tidak mau berganti pakaian."

Huang Shong menghela nafas. Jadi kerjaannya lagi kan kalau begini. Sekarang canggungnya hilang karena hatinya terasa terbebani. Kalau Arum buat ulah, Raja Zhang akan marah, lalu siapa yang harus ketar-ketir? Tentu saja dirinya. Raja Zhang sering melampiaskan kemarahannya pada dirinya. Contohnya seperti waktu itu, Raja Zhang melempar pisau kearahnya. Ia sudah seperti papan target saja. Bedanya Raja Zhang harus melempar tepat menyerempet, jangan sampai menancap di kepalanya. Mengerikan sekali bukan?

"Mengapa tidak kau paksa?"

Lu Lu menggeleng. "Hamba tidak bisa memaksa Yang Mulia. Hamba takut. Hamba bujuk saja mata bulatnya melotot lebar-lebar. Jujur, walaupun baik, terkadang Yang Mulia Ratu sangat galak jika dalam suasana hati yang buruk. Dan sepertinya sekarang suasana hatinya sedang sangat buruk."

Huang Shong memijat pangkal hidungnya. Sedikit tidaknya ia telah tahu bagaimana perangai Arum, baik dari sejak pertama bertemu, juga dari cerita Raja Zhang. Raja Zhang saja dilawan, apalagi ia dan Lu Lu. Tidak ada pilihan lain, ia harus mengatakan ini langsung pada Raja Zhang.

"Tunggu di sini."

* * * *

Arum sedang berbaring santai di tempat tidur. Ia sudah membuat Lu Lu menyerah. Ia sudah bertekad tidak akan mengikuti lagi perintah Raja Zhang. Seenaknya pria itu mengatakan bahwa ia tidak cantik menggunakan pakaian tadi malam. Mulai sekarang, ia akan membuktikan bahwa ia tidak sok cantik. Ia tidak akan menggunakan rok lagi.

Sedang melamun sendiri, pintu kamar tiba-tiba dibuka. Siapa lagi yang masuk seenak jidat tanpa mengetuk pintu kalau bukan Raja Zhang. Namun karena ia sedang ngambek, jadi ia tidak peduli, ia memilih tetap berbaring di tempat tidur.

Benar dugaannya, beberapa detik kemudian Raja Zhang sudah berdiri tegak di sampingnya, menatapnya dengan tatapan dingin seperti biasanya. Beberapa detik menatap tanpa berbicara, Raja Zhang menarik nya untuk duduk.

"Jangan membuatku marah, Arum."

Arum balas menatap Raja Zhang dengan tatapan tajam. Ia tidak berbicara.

Melihat tatapan Arum yang begitu tajam, rasanya Raja Zhang ingin menusuk mata itu menggunakan dua jarinya. "Kenakan pakaian itu dan berdandanlah! Kita berangkat hari ini." Raja Zhang menunjuk pakaian yang ada di atas meja.

Arum berpangku tangan dan menggeleng. "Tidak mau. Aku tidak mau memakai rok lagi. Aku tidak cantik, dan aku tidak mau merasa cantik."

Mata Raja Zhang beralih melirik ke kaki Arum. Ia baru menyadari bahwa Arum memakai celana dan pakaian ala Nusantara. Tadi malam Arum berselimut, sehingga ia tidak melihatnya.

Sekarang Raja Zhang berpangku tangan. "Mengapa kau memakai pakaian laki-laki?" Saat pertemuan pertama, Arum sudah didandani, jadi Raja Zhang tidak tahu bahwa Arum suka memakai pakaian laki-laki.

"Tidak ada alasan, hanya sekedar ingin." Arum meniru gaya bicara Raja Zhang saat seenaknya mengatakan akan menikahi dirinya.

Raja Zhang menghela nafas sembari mengalihkan pandangan ke atas. Ia sedang berusaha keras untuk tidak emosi. Karena biasanya kalau emosi ia selalu memercikkan darah. Ia tidak ingin menyia-nyiakan Arum.

"Terserah apa katamu, tapi aku tidak mau tahu, kau harus mengenakan pakaian itu. Ingat, kau adalah Ratu Luzong."

Arum mendengus. "Memangnya perlu? Aku tidak ingin menggoda siapapun dengan menggunakan pakaian bagus itu. Lagi pula tidak akan ada yang tergoda aku mau memakai pakaian apapun. Aku tidak menarik di mata laki-laki."

Raja Zhang menghela nafas lagi. Ia mengerti sekarang. Ternyata Arum sedang marah karena ucapannya tadi malam.

Arum tidak menatap Raja Zhang, dia melirik ke arah lain. Namun secara tiba-tiba Raja Zhang membungkuk, mendekatkan wajah secara tiba-tiba. Nafas Arum seketika berhenti, lirikan matanya langsung menatap Raja Zhang yang sangat dekat dengan wajahnya. Saking dekatnya, ia tidak bisa melihat jelas mata Raja Zhang, hidung mereka hampir bersentuhan, begitu juga dengan bibir mereka.

"Kau marah karena ucapanku tadi malam?"

Bahkan hembusan nafas Raja Zhang menyapu bibirnya. Oleh sebab itu ia tidak bernafas. Ia mematung dengan jantung yang berdebar begitu kencang. Mungkin Raja Zhang bisa mendengar suara jantungnya.

"Sejauh ini belum ada orang yang berani marah padaku, apalagi seorang gadis." Raja Zhang berbicara dengan nada rendah dan dalam. Matanya menatap mata Arum yang membulat. "Aku tidak menyangka gadis yang sedang marah akan semenarik ini."

Raja Zhang melirik bibir Arum, jaraknya sangat-sangat dekat, hanya setipis kertas.

Cup. Mata Arum melotot lebar. Seperti mimpi, baru saja Raja Zhang mengecup bibirnya singkat dan tipis. Sangat singkat dan sangat tipis. Walaupun demikian, kecupan itu langsung sampai ke jantungnya, seakan membawa bom dan meledakkan bom tersebut di dalam jantungnya.

Setelah membuat Arum tidak bergerak, Raja Zhang menarik diri mundur. Dia kembali berdiri tegak. Raja Zhang menatap Arum puas. Sembari tersenyum, menggunakan punggung tangan, Raja Zhang mengelap bibirnya. "Huh, cukup sulit menggunakan sihirku padamu ya. Akhirnya kena juga."

Arum melotot semakin lebar. Ternyata tubuhnya tidak bisa bergerak bukan semata-mata hanya karena terkejut, melainkan ulah Raja Zhang. Ia baru sadar bahwa sekarang ia tidak bisa bergerak sama sekali.

"Hei! Apa yang Yang Mulia lakukan padaku?! Lepaskan!"

Raja Zhang menatap dingin lagi pada Arum. "Semua orang harus bertindak sesuai kehendakku. Paham?"

Raja Zhang menoleh ke belakang. "Bawa pelayan itu masuk! Gantikan pakainya segera sebelum waktu habis."

Pintu pun dibuka. Huang Shong membungkuk, dan di belakang Huang Shong ada Lu Lu yang juga membungkuk. "Baik, Yang Mulia."

Arum berusaha memberontak, namun ia tidak bisa. "Yang Mulia! Lepaskan aku! Aku tidak mau dipaksa!" Arum beralih melotot pada Huang Shong dan Lu Lu. "Jangan berani-berani menuruti perintahnya! Atau kalian akan aku botaki!"

Refleks Lu Lu memegangi kulit kepalanya. Ia pikir Arum akan serius. "Ampun, Yang Mulia Ratu. Hamba tidak berani. Tolong jangan botaki hamba."

Raja Zhang melirik Lu Lu. "Turuti perintahku. Jika dia membotakimu, aku yang akan menumbuhkan rambutmu kembali. Pilih rambut botak lalu tumbuh lagi, atau kepala terpisah dari leher selamanya?"

Lu Lu beralih memegangi lehernya. "Bagaimana cara memisahkannya? Kalau terpisah, sepertinya hamba tidak akan hidup lagi. Apakah jika dilepaskan, Yang Mulia bisa menyatukannya kembali dan menghidupkan hamba kembali?"

Huang Shong menahan nafas. Dalam hati ia merutuki Lu Lu yang begitu polos. Semoga saja Raja Zhang mau mengampuni nyawa Lu Lu dan memaklumi Lu Lu yang polos. 'Habis kau Lu Lu ...!'

Raja Zhang menatap tajam pada Lu Lu. "Ingin ku coba sekarang?"

Huang Shong membungkuk. "Ampun, Yang Mulia. Ryongyu adalah gadis polos. Dia tidak bermaksud menjadikan ucapan Anda sebagai lelucon. Sungguh dia tidak mengerti, Yang Mulia."

Karena sedang mengurusi Arum, Raja Zhang memutuskan untuk membiarkan Lu Lu kali ini. "Urus dia." Raja Zhang melenggang pergi.

Sedang di benteng istana, seorang pria yang sedang tidur nyenyak terganggu oleh sorot matahari. Pria Putih mengerjapkan mata, tidurnya nyenyak sekali. Begitu melihat matahari sudah meninggi, dia langsung bangkit duduk.

"Waduh! Sudah siang saja." Ia mengusap wajahnya. "Ah, Arum. Bagaimana dengan dia? Aku melewatkan banyak waktu."

Karena tidak tidur berhari-hari, sekalinya tidur ia hampir tidur sehari semalam. Ia harus segera mengawasi Arum, tidak boleh tertinggal satu menit pun.

Tidur beberapa jam, Arum udah kena sihir aja. Udah mau dibawa ke istana Banfai lagi. Kasihannya si Pria Putih 😁

Queen Of King Zhang's Heart Where stories live. Discover now