Pria Putih adalah Tzu Yang

209 40 7
                                    

Di dalam hutan, Raja Zhang terus mengejar cahaya putih. Kali ini dia tidak menggunakan kuda. Ia mengikuti cahaya itu dengan berlari secepat kilat. Sampai kemudian ia berhasil menjatuhkan cahaya putih itu menggunakan kekuatannya.

Raja Zhang mengerutkan kening saat melihat cahaya putih yang jatuh itu berubah menjadi bunga melati putih. Raja Zhang berpikir sejenak, sampai kemudian matanya melebar.

"Arum."

Raja Zhang mengepalkan tangan. "Sial! Ternyata ini hanya kecohan semata."

Sedangkan di tempat kejadian Arum diculik, Huang Shong dibantu oleh Lu Lu untuk bangun. Huang Shong memegang dadanya yang terasa nyeri. Lu Lu membantu Huang Shong duduk bersandar pada pohon.

"Tuan, Anda tidak kenapa-kenapa?" Lu Lu tampak khawatir.

Huang Shong menggeleng.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara kuda berlari. Tidak lama kemudian Raja Zhang datang. Huang Shong pun kembali berdiri walaupun sembari memegangi dadanya. Huang Shong langsung membungkuk ketika Raja Zhang sampai di depannya.

"Ampun Yang Mulia." Tidak hanya membungkuk, Huang Shong juga bertekuk lutut. "Hamba gagal menjaga Ratu Arum."

Tangan Raja Zhang terkepal kuat. "Ke arah mana dia membawa Arum?" Suara Raja Zhang benar-benar dingin, itu tandanya dia benar-benar sedang marah.

Huang Shong menunjuk ke arah Selatan. "Dia membawa Ratu Arum ke sana, Yang Mulia. Akan tetapi Yang Mulia ...."

Raja Zhang masih mendengarkan Huang Shong.

"Sepertinya hamba mengenal orang tersebut."

Kali ini Raja Zhang menatap Huang Shong yang masih bertekuk lutut. "Siapa?" Raja Zhang tidak sabar.

"Seperti yang pernah Anda beritahukan, berdasarkan ciri-cirinya, sepertinya pria itu adalah Tzu Yang, pengasuh Anda dulu."

Mata dingin Raja Zhang sontak berubah, akan tetapi tetap saja, apa yang dipikirkan oleh Raja Zhang tidak bisa ditebak. "Jangan asal bicara kau, Huang Shong."

Huang Shong membungkuk. "Hamba tidak akan berani menyimpulkan, Yang Mulia. Namun pria itu memiliki ciri-ciri yang sama dengan yang Anda sebutkan dulu. Rambutnya putih, manik matanya biru, kulitnya putih bersih, dan dia memakai pakaian putih. Dan yang membuat hamba yakin adalah kemampuan bertarungnya. Dia benar-benar cepat dan tangkas. Dia memukul dada hamba hingga hamba terpelanting jauh, lalu dia membawa Ratu Arum terbang dan menghilang, jelas dia bukan manusia biasa."

Alis Raja Zhang berkerut. "Jika benar dia adalah paman Tzu Yang, untuk apa dia mengambil Arum dariku? Mengapa dia tidak menunjukkan dirinya padaku?"

Huang Shong membungkuk lagi. "Izin menyampaikan apa yang hamba pikiran, Yang Mulia. Mungkinkah dia berada di pihak Pangeran Gu Thong? Oleh sebab itu dia menculik Ratu Arum."

Tangan Raja Zhang terkepal kuat lagi. "Jika pun itu benar, aku harus memastikannya." Raja Zhang kembali bersiap untuk pergi. "Kau tunggu di sini bersama semua prajurit. Aku akan kembali setelah berhasil membawa Arum kembali."

* * * *

Sedangkan di tempat lain, Arum melotot saat tiba-tiba dia sudah berada di atas pohon bersama seorang pria yang sejak tadi membekap mulutnya. Ia berusaha memberontak, namun tenaga pria bercadar putih ini bukanlah tandingannya.

"Syuuut. Aku akan melepaskan dirimu, tapi jangan berteriak. Aku bukan orang jahat. Aku menyelamatkanmu." Pria putih meyakinkan Arum bahwa ia bukan orang jahat.

Arum mengangguk. Melihat dari pakaian pria ini yang serba putih, ia percaya bahwa pria ini bukan orang jahat. Ingat, warna putih melambangkan kesucian.

Pria putih itu melepaskan Arum. Tapi sebelah tangannya masih memegangi Arum agar tidak jatuh dari atas pohon. "Tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu. Aku menyelamatkan dirimu dari Raja Zhang dan gurunya. Bersamaku, dia tidak akan mencium baumu. Kau aman sekarang."

"Siapa kau? Mengapa kau menyelamatkan aku dari Raja Zhang? Dia sudah berjanji tidak akan membunuhku jika aku tidak kabur. Kalau sekarang aku kabur, bisa-bisa dia membunuhku." Arum penasaran dengan wajah dibalik cadar putih ini.

Pria putih menghela nafas. "Raja Zhang mungkin tidak akan membunuhmu dulu sebelum rasa penasaran terhadap dirimu hilang, tapi tidak dengan gurunya. Begitu melihat dirimu, dia pasti akan langsung tahu siapa kau sebenarnya."

Arum berdecak. "Memangnya aku ini siapa sih? Mengapa banyak yang berkata bahwa aku ini dalam bahaya? Pertama aki Jara, lalu Raja Zhang yang memang akan membunuhku untuk dijadikan tumbal, lalu sekarang gurunya Raja Zhang. Siapa aku? Siapa kamu? Siapa Raja Zhang? Siapa gurunya? Aku tidak mengerti."

Menggunakan tangan kiri, pria putih membuka cadarnya. Seketika Arum terpanah, Arum tidak bisa berkedip sedikitpun.

"Yang disebut dedemit atau khodam santet oleh kakek jenggot lebat itu adalah aku. Aku datang untuk menemui dan melindungimu." Pria putih harus menjelaskan pada Arum sedikit demi sedikit. Kalau tidak, otak Arum yang berkapasitas kecil bisa meledak.

Sayangnya, sepertinya ucapan pria putih itu tidak terlalu didengar oleh Arum. Arum terlalu terpesona oleh ketampanan pria baik ini. Memang lebih tampan Raja Zhang, akan tetapi karena sifat Raja Zhang, ia merasa pria ini jauh lebih tampan karena kebaikan hatinya.

"Raja Zhang adalah iblis naga hitam. Dia ...."

Pria putih itu berhenti menjelaskan, pasalnya ia melihat Arum tengah terperangah oleh ketampanannya. Arum menatap dirinya tanpa berkedip, bibirnya tersenyum-senyum sendiri. Dipandang seperti itu, ia merasa geli.

Ia menghela nafas. "Hei, aku sedang bicara." Pria itu melambaikan tangan di depan mata Arum.

Arum tersadar dan berkedip. Saat itu barulah Arum menarik nafas. Dia juga menoleh ke kanan dan ke kiri. "Ah? Kau bilang apa tadi?"

Pria putih berdecak. "Kau memang menyebalkan. Untung aku penyabar."

Pria putih menarik nafas panjang. "Kau ingin tahu siapa Raja Zhang, kan? Dan ingin tahu alasan Raja Zhang membutuhkan darah para gadis? Maka dari itu dengarkan aku baik-baik."

Arum tersenyum melihat pria di hadapannya berusaha keras menahan kesal. Sungguh berbeda jauh dengan Raja Zhang yang pasti akan langsung menatapnya dingin, menyergah, atau mungkin langsung berniat membunuh. Ia semakin terkagum-kagum pada pria muda tampan dan baik hati ini.

"Ah kau baik hati sekali. Kau seperti kedua kakakku. Walau bagaimanapun kelakuanku, mereka akan bersabar." Arum menarik nafas dalam lalu menatap mata pria putih lekat-lekat. "Sudah tampan, baik, jago bela diri, punya kekuatan, penyabar pula. Hmmm, bagaimana kalau kau membawa aku kabur dari Raja Zhang, lalu kita kawin lari? Mau tidak?"

Bukannya tersanjung, pria putih itu malah menghela nafas malas, bahkan ia merotasikan matanya sebelum menyentil kening Arum dengan keras.

Tuk!

Arum memegangi keningnya.

"Jaga mulutmu itu. Dasar anak durhaka. Aku ayah kandungmu!"

Eh?

Loh loh loh? Kok bisa guys? Oh ya, hari ini sely update 2 episode loh. Kuy kuy kuy lanjut baca.

Queen Of King Zhang's Heart Donde viven las historias. Descúbrelo ahora