Menculik Arum

228 34 9
                                    


Melihat kereta kuda berjejer di halaman istana utama, pria Putih merasa bingung. Begitu melihat kuda hitam gagah berkalungkan berlian merah dituntun oleh prajurit, ia langsung tahu bahwa Raja Zhang akan pergi. Namun mengapa membawa banyak kereta kuda? Apakah Arum akan dibawa? Tapi untuk apa?

Pria putih itu menggaruk kepalanya. "Ah gara-gara aku tidur kebablasan jadi ketinggalan informasi."

Sedang bersembunyi, dua orang prajurit melewati tempat ia bersembunyi, mereka akan turun dari benteng. "Jadi kakakmu ikut mengawal Raja ke istana Banfai?"

Terdengar olehnya percakapan dua prajurit penjaga benteng itu.
"Ya. Dia bilang begitu. Katanya pengawalan akan berfokus pada Ratu Arum."

Seketika mata pria Putih itu melebar. 'Apa? Arum akan ke Banfai? Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Guru Zhang Zou pasti akan menemukan dia. Tidak itu tidak boleh terjadi. Apapun resikonya, aku harus membawa Arum pergi.'

* * * *

Sepanjang jalan menuju istana Banfai, Arum duduk sambil cemberut. Bukan tidak ingin ke istana Banfai, melainkan sekarang ia tengah menyia-nyiakan kesempatan melarikan diri. Sekarang ia telah menjadi istri Raja Zhang, dan ia juga telah berjanji untuk tidak kabur dari Raja Zhang, oleh sebab itu sebagus apapun kesempatannya, ia tidak mungkin melarikan diri lagi.

Di depan kereta kuda Arum, Raja Zhang menunggangi kuda hitamnya yang gagah. Dan di barisan paling belakang ada Huang Shong yang mengawal. Arum harus dijaga dari depan dan belakang, mengantisipasi jika gadis itu kabur. Memang Raja Zhang dan Shen Hong telah membuat perjanjian, namun siapa yang menjamin kalau Arum bisa dipercaya?

Arum menguap, ia mulai mengantuk, padahal hari masih sore. "Hoaam. Membosankan."

Untuk sampai di istana Banfai, katanya mereka harus menempuh waktu seminggu lagi. Padahal mereka sudah menempuh perjalanan selama 10 hari, tapi masih harus memakan waktu seminggu lagi?

"Lu Lu? Kau masih di sana?" tanya Arum pada Lu Lu yang berjalan di samping kereta Arum.

"Hamba di sini, Yang Mulia," jawab Lu Lu.

"Kau tidak lelah?" Arum merasa kasihan pada Lu Lu.

"Sangat lelah, Yang Mulia. Tapi katanya sebentar lagi kita akan beristirahat."

Sudah melewati kota, desa, hutan, desa lagi dan sekarang masuk hutan lagi.

"Kita beristirahat di sini!" Raja Zhang memutar kudanya dan berhenti.

Tidak jauh dari jalan, ada aliran sungai kecil, ini adalah tempat yang cocok untuk beristirahat. Selain tempatnya yang nyaman, juga ada sungai untuk mendapatkan air.

Semua kereta kuda dihentikan. Raja Zhang maju menghampiri kereta kuda Arum. Melihat Raja Zhang ingin berbicara dengan Arum, buru-buru Lu Lu membuka jendela kereta kuda.

Arum menoleh saat jendela dibuka. Saat itulah ia melihat Raja Zhang muncul.

"Keluarlah jika kau bosan."

Tidak menyianyiakan kesempatan untuk menghirup udara segar, Arum segera keluar. Prajurit yang mengawal kereta kuda Arum segera memberikan tangga untuk Arum turun. "Silahkan, Yang Mulia Ratu."

Arum mengangkat rok hanfu yang berlapis, ia merasa kesulitan untuk turun sehingga mengangkat roknya hingga melewati betis. Prajurit yang memegang tangga untuk Arum langsung menunduk.

"Melirik sedikit, matamu buta." Itu adalah ancaman Raja Zhang untuk prajurit yang menunduk.

Prajurit tersebut semakin dalam menunduk. "Ampun Yang Mulia, hamba tidak akan berani."

Queen Of King Zhang's Heart Where stories live. Discover now