36. Ingatan yang kembali

70 40 8
                                    

"Kenapa kamu biarin aku Mati kak? Kenapa? Aku cinta sama kakak, tapi kakak malah bunuh aku" kata seorang gadis SMP kelas 9

"Sher, bukan aku, aku juga gak tau" Jefan berusaha menggenggam tangan Sherlin tapi langsung ditepisnya

"Kakak jahat! Kakak udah bunuh Sherlin, kakak bunuh Sherlin, Sherlin benci sama kakak" Sherlin berlari ke danau di belakangnya dan menyeburkan dirinya sendiri kedalamnya

"SHERLIN! MAAFIN GUE! GUE GAK BUNUH LO" Jefan berteriak histeris namun kakinya sama sekali tidak mau digerakkan

"SHERLIN!" Jefan terbangun di tengah malam karena mimpinya

Waktu menunjukkan pukul 01.35 malam, terbangun oleh sebuah mimpi aneh yang sangat terngiang-ngiang di kepala Jefan

"Jefan" Laura membuka pintu kamar anaknya

Tadi saat ia keluar dari kamar mandi ia mendengar anaknya berteriak, karena khawatir ia langsung menghampiri ke kamarnya

"Jefan kamu kenapa nak? Sampe keringetan gini" Laura mengelap keringat anaknya dengan tisu diatas nakas

"Jefan mimpiin dia mah"

Hati Laura sangat sakit, seperti ditusuk berkali-kali, sudah hampir 3 tahun anaknya hidup dengan bayang-bayang masa lalunya

"Jefan, Sherlin udah tenang disana, kamu gak boleh terus-terusan mikirin dia kayak gitu, nanti Sherlin sedih gimana?"

"Tapi Sher pergi gara-gara Jefan mah"

"Bukan sayang, Sherlin pergi karena memang sudah takdir, gak ada yang tau kapan seseorang akan ninggalin kita"

"Tapi, ini terlalu cepet, Jefan bahkan belum bisa bilang tentang perasaan Jefan ke dia, semuanya udah telat"

"Gak ada yang telat, kamu masih bisa doain dia dari sini kan, supaya nanti Sherlin tenang disana"

Jefan sama sekali tidak menjawab, ia masih kalut dengan pikirannya sendiri

"Kalo gitu mama temenin kamu tidur disini ya?" Laura duduk di atas kasur dengan bersandar di kepala kasur

Jefan merebahkan dirinya dan mulai memejamkan matanya

Tanpa disadari, Laura sudah menangis lagi "Ya Allah nak, sampai seperti ini kamu dibuatnya, kamu selalu saja mengingat-ingat masa lalu, itu bukan salah kamu, Jef" katanya dalam hati

"Kamu harus bisa melupakan, mama akan bantu kamu ya Jef" Laura mengelus rambut anak nya

Lama-kelamaan rasa kantuk menyerangnya, jadilah ia tidur dengan posisi duduk disamping Jefan

Pagi harinya Lian mencak-mencak saat istri tercintanya tidak ada di sampingnya

"Ya ampun, Mas, aku ke kamar Jefan doang kok"

"Tapi kenapa gak izin dulu sama aku?" Lian semakin menjadi-jadi dengan rasa cemburu bapack-bapack-nya

"Kamu kan tidur"

"Kan bisa dibangunin dulu"

Sumpah ya, kalau saja Lian ini bukan suaminya, dari tadi sudah ia masukkan centong nasi ke dalam mulutnya

"Bapak Lian, mama cuman nemenin, gak keluar juga, posesif banget, tuh mama udah mulai risih gara-gara papa"

Mendengar kaliamt yang terakhir membuat Lian menjadi khawatir "Lau, kamu gak marah kan sama aku?" Sekarang Lian yang was was takut istrinya marah

"Gak, udah kamu duduk aja sarapan"

"Oke"

Dari belakang Laura udah ancang-ancang seperti ingin memukul Lian menggunakan centong nasi

Jefan AzlyaWhere stories live. Discover now