III. Menjadi Teman

12 3 0
                                    

Adel dan Adam yang memutuskan untuk pergi ke kantin pun, langsung saja memesan makanan mereka berdua. Berbeda ketika bersama Karin yang menerapkan sebuah kerjasama, maka ketika bersama Adam, keduanya akan memesan makanan secara bersama.

Karena bagi Adam sangat mudah untuk menemukan sebuah meja kosong, bahkan baginya sangat bisa untuk bergabung dengan yang lain jika dilihat masih ada kursi untuk menampung beberapa orang lagi. Kebanyakan orang itu memilih meja yang bisa diduduki 4-6 orang, tapi hanya terisi oleh dua orang saja dengan membuat keadaan meja yang begitu penuh seolah-olah tidak ingin ada orang lain lagi selain mereka yang berada di meja tersebut.

Yang jika terlihat oleh Adam, maka dia tidak akan segan untuk berkata, "Disini masih bisa duduk kan? Gak baik ada kursi yang kosong, nanti bisa-bisa didudukin sama makhluk lain."

Mendengarnya saja sudah membuat siapapun merinding.

Padahal maksud makhluk lain yang dikatakan Adam, bisa saja kucing atau semut yang kebetulan singgah di kursi kosong tersebut.

"Lo kenapa pesen nasi goreng 2?" tanya Adam ketika melihat pesanan nasi goreng milik Adel sudah siap dan ternyata ada 2 porsi, yang jelas itu pasti untuk 2 orang juga. Tidak mungkin Adel se-kuli itu kan untuk melahap sekaligus 2 porsi nasi goreng.

"Ini sama buat Karin juga, jadi pas dia udah beres dari perpus bisa langsung makan tanpa harus pesen sendiri." jelas Adel, ternyata begitu peduli dan sangat memperhatikan teman satu mejanya.

Membuat Adam yang mendengarnya menjadi sangat terkagum melihat persahabatan antara Adel dan Karin. Ya, walaupun Adel sering berkata pedas dan ceplas-ceplos terhadap lawan bicaranya, tetapi untuk urusan persahabatan, dia sangat peduli.

"Perhatian banget lo jadi temen, gimana jadi pacar gue ya, Del." celetuk Adam yang langsung mendapat sinisan dari Adel.

"Apaan pacar-pacar. Mending buruan cari tempat gue udah laper."

"Galak banget nih calon pacar,"

Adam hanya terkekeh setelah berhasil menggoda Adel lagi. Lalu mulai mencari tempat yang sekiranya masih kosong dan bisa mereka singgahi. Bukan untuk dua orang, melainkan empat orang. Karena Arya dan Karin akan menyusul nanti setelah kembali dari perpustakaan.

"Itu disana aja, kayanya kosong." ucap Adam sambil menunjuk sebuah meja kosong di depan penjual batagor.

"Yaudah disitu aja," saat Adel baru saja ingin melangkah untuk segera ke meja kosong tersebut, Adam menahan lengannya. Membuat Adel menatapnya dengan pandangan penuh tanya.

Lalu tanpa diduga, Adam langsung mengambil alih nampan berisi dua porsi nasi goreng tersebut yang sedang Adel bawa. "Eh?" kaget Adel setelah nampan tersebut sudah berpindah ke tangan Adam.

"Biar gue aja," setelah mengatakan itu, Adam langsung pergi meninggalkan Adel yang masih terkaget tidak percaya dengan tingkah aneh Adam barusan.

'Gak aneh sih, dia baik mau bantuin. Tapi tetep aja aneh, aneh deh pokoknya.' batin Adel.

Tak mau ambil pusing, langsung saja Adel menyusul langkah Adam yang sudah sampai duluan di meja kosong tersebut dan meletakkan nampan pesanannya di atas meja.

"Lo gak makan?" tanya Adel yang baru menyadari bahwa Adam belum memesan makanan. Karena sedari tadi Adam hanya mengikut Adel memesan makanan tanpa pergi kemanapun.

Terlihat Adam membalikan badannya menghadap tukang batagor yang ada di belakangnya, "Nih gue lagi pesen." jawabnya.

"Oh bilang dong. Kirain lo lagi diet,"

"Gak lah."

"Misi mas, mbak. Ini batagornya, satu pedes dan satunya tidak pedes." ujar penjual batagor yang langsung menaruh pesanan Adam di atas meja.

Ruang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang