IX. Pertemuan

13 3 0
                                    

Setelah memakan roti yang diberikan oleh Arya dan meminum obat magh, Karin merasa jauh lebih baik.

Entah bagaimana efek dari seorang Arya yang membuat dirinya merasa sangat berantakan hari ini. Dimulai dari melewatkan sarapan dan untuk pertama kalinya terlambat sehingga mendapat hukuman seperti ini.

Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar seorang Karin tidak pernah bisa melewatkan yang namanya sarapan pagi karena akan berakibat buruk pada lambungnya, seperti pagi ini ketika penyakit maghnya kembali datang.

Penyakit ini adalah turunan dari Ayahnya.

Makanya, ketika Ayahnya melakukan pekerjaan yang terlalu berat dan melupakan jadwal makannya, Bundanya akan merasa cemas dan terus mengingatkan. Bundanya hanya ingin kesehatan nomor satu yang selalu diutamakan oleh sang suami dan juga putrinya.

Untuk masalah hukumannya, ini juga adalah pertama kali bagi Karin selama bersekolah di SMA Generasi Bangsa, dia merasakan yang namanya harus berdiri di depan tiang bendera. Bersama Saskia, teman satu ekskul olimpiadenya.

'Gak enak dihukum, jadi ketinggalan pelajaran. Gak mau lagi.'

"Nah sekarang lagi ngafalin mantra apa lo, komat kamit begitu mulutnya?" tanya Adel dengan penasaran melihat kelakuan temannya.

Karin yang ditanya begitu lantas menolehkan kepalanya kearah Adel yang memang seperti sedang menunggu jawaban darinya. "Capek banget, Del." keluh Karin sambil menumpukan kepalanya di lipatan tangannya yang berada di atas meja kantin.

Ya, saat ini mereka berdua tengah berada di kantin. Usai dari taman belakang sekolah tadi, Karin lebih dulu pergi ke kantin setelah dipaksa oleh Arya untuk memesan makanan. Agar perutnya bisa mendapat asupan makanan berat setelah diganjal oleh roti pemberiannya tadi. Arya juga sudah menghubungi Adel untuk menemani Karin.

Sementara Arya sendiri harus kembali ke kelas untuk menemui Adam, yang masih sibuk mencari keberadaan dirinya.

"Lagian tumben banget terlambat?" tanya Adel sambil menyeruput minumannya, "Gue juga tadi hampir terlambat, jadi gak sempet kabarin lo dan langsung berangkat, hehee..."

Sambil masih terkekeh, Adel kembali melanjutkan. "Mana tau kalo ternyata lo yang terlambat, biasanya jam segitu kan lo udah duduk manis di kelas."

Karin semakin lesu mendengar penjelasan Adel, yang ternyata mereka berdua sama-sama bangun kesingan. Tapi mungkin Adel lebih beruntung, karena masih bisa masuk sebelum gerbang sekolah di tutup.

Adel yang melihatnya hanya bisa menepuk-nepuk bahu Karin.

"Eh iya. Ngapain tadi lo ke taman belakang sendirian?" tanya Adel begitu mengingat kembali saat di telfon tadi, Karin mengatakan jika sedang berada di taman belakang sekolah.

Yang belum Adel ketahui, ada Arya yang tiba-tiba datang menghampiri temannya itu.

"Siapa bilang sendiri. Sama Arya, kok."

Terjadi hening selama beberapa saat, bahkan gerakan tangan Adel yang sedang menepuk bahu Karin langsung terhenti.

Begitu menyadari ada kejanggalan dari ucapannya. Karin langsung menegakkan kembali tubuhnya dan menghadap ke arah Adel yang tengah menyeringai.

"Jadi, ternyata--"

"Bukan, bukan. Tolong singkirkan prasangka apapun yang ada di fikiran lo."

"Ck, halah. Emang lo pikir gue ada prasangka apaan."

Karin yang tidak mudah percaya karena ucapan dan mimik wajah Adel sangat berbanding terbalik pun, mulai menjelaskan.

"Arya tadi kesana setelah liat gue jalan ke taman belakang sendirian dan ninggalin Adam."

Ruang WaktuWhere stories live. Discover now