X. Basket

11 3 0
                                    

Suasana di dalam kelas masih terlihat ramai, meskipun bel masuk sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Guru yang akan mengajar di jam berikutnya mengatakan akan sedikit terlambat, dikarenakan harus menyelesaikan urusannya terlebih dahulu.

Gusti, sang ketua kelas diamanahkan untuk menjaga ketertiban kelas IPA 3 agar tidak berisik sehingga mengganggu kelas lain.

Tapi apa boleh buat, teguran dari Gusti hanya bertahan selama beberapa detik saja dan suasana kelas sudah tidak kondusif lagi.

BRAK...

"Eh gue udah capek ya..." tiba-tiba saja Gusti menggebrak meja dan berdiri dari tempat duduknya. "Lo pada kalo masih berisik, jangan salahin gue kalo sekelas bakal dijemur di tengah lapangan."

Tatapan Gusti sangat mengintimidasi, sangat berbeda saat dirinya tengah dalam keadaan bercanda. Itulah yang membuat Gusti Afilah bisa terpilih menjadi ketua kelas, mempunyai jiwa kepemimpinan dan juga sangat tegas.

"Gue gak akan laporan. Tapi, kalo ada guru lain yang denger keributan kalian. Itu diluar kendali gue. Jadi tolong kerjasamanya." tutup Gusti sambil menatap satu persatu teman sekelasnya yang sudah mulai tenang.

Mereka semua pun akhirnya sepakat untuk diam, karena tidak mau harus dijemur di tengah lapangan saat keadaan matahari sedang terik-teriknya. Jadi lebih baik mereka mengobrol dalam diam saja atau bermain ponsel.

Gusti yang berniat ingin kembali duduk di kursinya, tak sengaja melihat tempat duduk Karin dan Arya yang masih kosong.

Langsung saja Gusti bergegas menghampiri Adel dan Adam untuk menanyakan dimana keberadaan kedua temannya itu.

"Del?" panggil Gusti yang sudah berada di samping meja Adel.

"Apaan?" Adel menjawab tanpa menatap siapa lawan bicaranya.

"Dimana Karin? Kenapa belum masuk kelas?" lalu pandangan Gusti berpindah ke Adam yang memang duduk tepat di belakang meja Adel. "Arya juga kemana, Dam? Bukannya tadi kalian ke kantin bareng?"

Mendengar pertanyaan bertubi-tubi tersebut, barulah Adel mengangkat pandangannya dan menatap ke arah Gusti. "Paling bentar lagi juga nongol anaknya," jelas Adel.

"Udah bel dari tadi, mereka masih berkeliaran."

"Mereka lagi ada urusan rumah tangga," kali ini giliran Adam yang menjawab dengan candaan. "Makanya telat masuk."

Sontak saja, Adel dan Gusti langsung menatap ke arah Adam seolah-olah ucapannya barusan adalah sebuah keseriusan.

"Gue gak ikutan pokoknya ya, Dam." kata Adel sambil melotot ke arah Adam.

"Dih," balas Adam yang menatapnya tidak suka. "Lo mah gak solid."

"Yee lagian segala pembahasan rumah tangga. Nih kalo Karin denger, bakal dijewer bibir lo."

"Udah, udah. Kenapa jadi malah ribut, gue kan cuma nanyain mereka berdua." Gusti melerai perdebatan mereka berdua.

"Ada apaan emangnya lo nyariin mereka?" tanya Adel.

"Karin punya utang sama lo?" tebak Adam yang selalu saja asal sebut.

"Mana ada."

"Atau Arya belom balikin pulpen lo?"

"Itu mah kerjaan lo, Dam."

"Hahahaha.." Adel yang mendengarnya hanya bisa tertawa puas.

"Titip sampein aja ke Arya, nanti pulang sekolah ada kumpulan basket. Tadi gue baru di infoin sama bang Hugo." jelas Gusti, sebelum akhirnya meninggalkan mereka berdua dan kembali ke tempat duduknya.

Ruang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang