XXI. Warna Lain

4 3 0
                                    

Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 7 malam. Saking lamanya mereka mengobrol dan memakan cemilan yang sudah disiapkan oleh Ibu Adel tersebut, membuat mereka semua jadi lupa dengan waktu.

"Pulang yuk," celetuk Retha di sela candaan mereka.

"Eh iya, udah jam 7 aja." Syantika bangun dari duduk lesehannya dan mengambil tasnya yang dia simpan di pojok dekat lemari milik Adel, bersama dengan tas teman-teman yang lainnya.

"Iya. Biar Adel bisa istirahat lagi." ucap Gusti yang juga ikut bangun dan mengambil tasnya.

Lalu diikuti oleh semuanya yang juga mengambil tasnya, tak lupa juga dengan membersihkan sisa-sisa piring dan gelas kotor yang sudah mereka pakai.

"Makasih ya sekali lagi, udah jengukin gue. Segala repot-repot bawain buah juga." Adel yang sudah tidak begitu merasakan pusing, ikut bangkit dari kasurnya dan berniat untuk mengantar teman-temannya.

"Eh mau kemana?" Karin dengan sigap menahan lengan Adel dan membantunya.

"Bandel banget disuruh rebahan aja, pake bangun-bangun segala." dumel Adam yang juga menghampiri Adel.

"Gue kan cuma mau nganter," ucap Adel dengan nada polosnya, padahal niatnya hanya ingin mengantar teman-temannya karena bagaimanapun juga kan mereka sudah menjenguk Adel.

"Nggak usah. Lo istirahat aja disini aja, nanti kita turun sekalian pamit sama Ibu lo." kata Gusti dengan nada tegasnya, seolah-olah perkataannya tersebut tidak bisa terbantah lagi.

Adel yang mendengarnya pun hanya bisa menghela nafas, dibantu dengan Karin akhirnya Adel duduk kembali di kasurnya.

"Yaudah yuk. Hugo udah nungguin nih dibawah." ucap Retha yang mengundang tatapan tanya dari teman-temannya.

"Lo nggak pulang sama Gusti?" tanya Erlangga menatap ke arahnya.

"Ngapain Bang Hugo kesini?" Gusti yang merasa bingung juga ikut bertanya, karena berangkat ke rumah Adel tadi Retha bareng dengan Gusti, jadi sudsh seharusnya juga Gusti mengantarkannya kembali untuk sampai di rumahnya.

Laki-laki yang bertanggung jawab bukan.

Mendengar pertanyaan tersebut, membuat Retha berkacak pinggang. "Ya lo pikir aja ngapain dia kesini, nganter galon?" lanjutnya dengan nada sewot.

"Ya bisa aja," ucap Gusti lagi dengan polosnya. Sangat berbeda dengan Gusti beberapa menit lalu yang bisa berucap dengan tegas, kali ini keluar lagi jati dirinya yang tidak jauh berbeda dari Adam.

"Jadi lo pulang sama cowok lo?" tanya Syantika yang memang berada di samping Retha.

Membuat Retha yang tadinya sewot kini menjadi tersenyum cengengesan. "Iya, mau sekalian jalan. Mumpung besok hari sabtu."

"Bisaan aja lo," Syantika yang sudah biasa melihat kebucinan temannya itu sudah tidak kaget lagi.

"Ye jomblo diem aja mending,"

"Aduh pedih banget."

"Ck. Ayo pulang buruan, Lang."

Lalu setelah berpamitan dengan Adel, keempat teman sekelasnya yaitu Retha, Gusti, Syantika, dan Erlangga pun pergi meninggalkan kamar Adel.

Kini di dalam ruangan itu, hanya tersisa mereka berempat saja yaitu Adel, Adam, Arya dan juga Karin yang masih berada disana. Sepertinya ingin membicarakan sesuatu.

"Besok gimana? Jadi mau basket dirumah Arya?" tanya Adam pertama kalo memecah keheningan di antara mereka. Sejak keempat temannya sudah pulang terlebih dahulu, tidak ada satu pun dari mereka yang membuka suara.

Ruang WaktuWhere stories live. Discover now