VI. Lucu, ya?

9 3 0
                                    

Setelah menyelesaikan mengisi formulir ekstrakurikuler, Arya dan Adam langsung bergegas pergi menuju kantin. Meninggalkan Retha, karena perempuan itu mengatakan tidak ingin pergi ke kantin.

Saat di perjalanan, tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Gusti, yang sepertinya sudah akan kembali lagi ke kelas.

"Lo baru pada mau ke kantin?" tanya Gusti lebih dulu.

"Yoi. Nih anak lama banget ngisi formulir," sungut Adam sambil menatap Arya dengan sinisnya.

Arya yang mendapat tatapan itu dari temannya pun, tidak menggubrisnya. "Udah gue simpen di atas meja lo," lanjutnya menjelaskan kepada Gusti.

"Oh oke. Gue duluan kalo gitu," pamit Gusti sambil menepuk pundak kedua temannya itu, lalu memutuskan untuk melanjutkan langkahnya menuju kelas.

"Yok ah, udah laper berat ini." ucap Adam yang sepertinya sudah tidak sabar ingin cepat-cepat sampai di kantin.

Setelah sampai di kantin, mereka langsung bisa melihat Karin dan Adel yang berada di meja dekat pintu masuk kantin. Langsung saja mereka menghampirinya.

"Hai manisss..." sapa Adam dengan nada jahilnya.

Karin dan Adel yang mendengar sapaan itu, langsung saja menoleh dan membuat tatapan seolah-olah ingin muntah.

"Genit banget lo," sungut Adel menggeplak lengan Adam yang memilih untuk duduk di sebelah Adel.

Dan untuk Arya, memilih duduk di sebelah Karin karena memang hanya tempat itu yang masih tersisa.

"Kalian pesen apa?" tanya Karin.

"Ada rekomen makanan?" bukannya menjawab pertanyaan Karin, Arya malah memberikan pertanyaan lain.

Karin pun mengedarkan pandangannya, mencari rekomendasi makanan yang cocok untuk kedua temannya. "Soto?"

"Boleh tuh, Ar. Lo harus cobain soto di kantin ini," kali ini Adam ikut menimpali.

"Oke. Gue aja yang pesen." ucap Arya dan ingin beranjak dari tempat duduknya.

"Eitss..." cegah Adam sambil memegang kedua bahu Arya. "Lo duduk manis aja disini." lalu menyuruhnya kembali untuk duduk.

"Idih tumben lo baik gini," heran Adel.

"Gue emang baik, lo aja yang selama ini menutup mata." balas Adam yang kemudian melenggang pergi untuk memesan soto.

"Cih, menutup mata apaan. Orang gue melek gini,"

"Berantem mulu. Jodoh beneran nanti." ucap Karin yang selalu menyaksikan hal-hal kecil yang mereka ributkan.

Tapi lebih baik ribut sih, seru aja ngeliatnya. Daripada harus melihat mereka berdua diem-dieman.

Adel pun balas menatap Karin yang tengah merapihkan piring bekas makannya, "Rin yang bener, ah, ngomongnya."

"Loh, kan udah bener. Doa yang baik itu."

"Males. Ngobrol aja lo sama Arya, gue mau beli minum lagi."

Tepat setelah mengatakan itu, Adel beranjak pergi meninggalkan suasana canggung yang ada diantara Karin dan Arya.

Karin yang bingung harus memulai topik seperti apa, hanya bisa memainkan sendok dan garpu sehingga menciptakan bunyi yang sedikit nyaring.

"Kalo diliat-liat, mereka lucu juga." itu suara Arya yang kembali terdengar di tengah suasana canggung mereka.

"Hah?" Karin menoleh ke arah Arya karena belum mengerti perkataan dari laki-laki tersebut.

"Apa yang lucu?"

"Ini." lalu secara tiba-tiba, Arya mengulurkan tangannya untuk meraih sendok dan garpu yang masih berada di tangan Karin. "Lucu, ya."

Ruang WaktuWhere stories live. Discover now