IV. Semoga Bisa Lama

11 3 0
                                    

Bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Suara yang sangat dinantikan oleh murid-murid, yang sudah merasa lelah dan ingin mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.

Beberapa dari mereka sudah menghambur keluar dari kelas, setelah membereskan buku-buku dan alat tulisnya.

Ada juga yang masih tinggal di dalam kelas untuk beberapa menit kedepan, karena ada kewajiban yang sedari awal semester sudah ditetapkan pembagiannya. Hukumnya bersifat wajib.

Ya, apalagi jika bukan melaksanakan tugas piket.

Seperti Adel, yang mendapatkan tugas piketnya tepat di hari ini. Adel bertugas untuk membersihkan papan tulis dan juga merapihkan meja guru. Ada lagi beberapa teman yang lainnya, bertugas menyapu, membuang sampah, dan merapihkan kursi meja.

"Gak balik lo, Rin?" tanya Adam ketika melihat Karin masih bersantai di kursinya. Padahal jadwal piket Karin bukan hari ini.

Karin menoleh ke arah Adam yang sudah bersiap ingin segera pulang. "Nanti. Gue bareng Adel soalnya."

Adam menganggukan kepalanya tanda mengerti. Sudah tidak asing lagi ketika Karin dan Adel sering berangkat dan pulang sekolah secara bersama. Entah menggunakan motor milik Karin atau sebaliknya.

Tapi hari ini, sepertinya Adel yang menggunakan motor miliknya. Sehingga mau tidak mau, Karin yang hanya dibonceng harus menunggu Adel menyelesaikan tugas piketnya.

"Eh kok belom balik lo pada?" tanya Adel yang kembali ke mejanya untuk mengambil tissue dari dalam tasnya.

"Ck bawel lo. Ini juga mau balik." sahut Adam. "Yok, Ar." lalu Adam mengajak Arya untuk keluar kelas bersama.

"Duluan, ya." pamit Arya yang kemudian mulai melangkah meninggalkan kelas.

"Eh.. tunggu dulu." Secara tiba-tiba seseorang menghentikan langkah Adam dan Arya, dengan berdiri di depan keduanya.

Adam yang terkejut pun sontak mendelik ke arah orang tersebut, "Kaget njir. Ngapain sih lo Mauretha Shaqilla, kalo mau minta tanda tangan atau foto bareng gue, besok lagi aja."

Orang itu pun hanya mendengus, malas menanggapi kenarsisan Adam.

Ya, dia adalah Mauretha Shaqilla atau yang akrab dipanggil Retha. Menjabat sebagai Sekretaris kelas 10 IPA 3. Cantik, pandai bergaul, dan selalu siaga mengingatkan teman-temannya perihal tugas kelompok atau info dari wali kelasnya, Bu Inne.

"Berisik, ah Dam. Lo kalo mau balik, sana gih duluan aja." balas Retha dengan ketusnya.

"Lah terus lo ngapain belom balik juga?"

"Gue lagi piket.." jawab Retha, kebetulan memang piket di hari yang sama dengan Adel. "Sekalian ada yang mau diobrolin sama Arya."

Lantas Adam langsung saja menatap Arya dengan tatapan menggodanya.

"Wah, keren lo bro. Baru jadi anak baru, tapi udah berhasil ngegaet cewek-cewek." canda Adam kepada temannya itu, yang sedari tadi masih saja diam belum mengeluarkan suara.

"Tha, cepetan. Mana pengkinya." sahut temannya yang juga ikut piket.

Memang sedari tadi Retha disuruh temannya keluar dari kelas sebentar, untuk mencari sebuah pengki. Ketika kembali ke dalam kelasnya, Retha tanpa sengaja berpapasan dengan Adam dan Arya yang terlihat ingin keluar dari kelas.

"Iya iya, sebentar." jawab Retha sambil menaruh sebentar pengkinya.

"Ar, gue boleh minta nomor lo? Biar bisa gue invite ke grup kelas, jadi nanti lo bisa tau terkait tugas dan informasi apapun." jelasnya langsung ke intinya.

Ruang WaktuWhere stories live. Discover now