VIII. Roti dan Air Mineral

9 3 0
                                    

Karin yang semalaman dibuat bingung tentang Arya dan hal yang membuat jantungnya berdebar kencang, hingga membuat dirinya baru bisa tertidur pukul 12 malam. Mengakibatkan dirinya yang terlambat bangun pagi.

Bundanya yang merasa aneh dengan anaknya itu, takut sedang sakit atau demam mendadak, karena tidak biasanya Karin bangun sangat terlambat.

Saking buru-burunya, Karin melewatkan sarapan paginya dan bergegas untuk menuju motornya yang sudah terparkir di teras rumahnya.

"Jangan buru-buru, nak." pesan Bundanya yang melihat Karin begitu terburu-buru. Karena jam sudah menunjukkan pukul 6.30 dan bel sekolah akan segera berbunyi 15 menit lagi.

"Iya, bunda. Karin pamit ya," ucap Karin sambil mencium tangan Bundanya. "Assalamualaikum." lanjutnya.

"Wa'alaikumussalam." balas Bundanya Karin sambil menggelengkan kepala melihat sang anak yang langsung melesat keluar dari rumah.

***

Karin yang memang menempuh waktu dari rumah menuju sekolahnya sekitar 20 menit, harus melihat kenyataan pahit ketika sudah berhasil melihat gerbang sekolahnya yang tertutup rapat.

Artinya, ia terlambat.

Pertama kalinya, sejak menjadi murid di SMA Generasi Bangsa, Karin merasakan rasanya menjadi murid yang terlambat.

Memang tidak dirinya saja yang terlambat, ada beberapa murid lainnya yang tidak begitu Karin kenali. Lantas mereka semua yang terlambat, hanya bisa menunggu di depan gerbang sekolah mereka, sambil berharap guru penjaga piket masih mau untuk membukakan gerbang untuk mereka bisa masuk.

"Yah pak, bukain dong, tadi saya kan harus nunggu angkutan dulu pak." ucap salah satu murid yang juga terlambat kepada satpam penjaga.

"Iya nih, pak. Cuma terlambat beberapa menit aja." sahut yang lainnya menimpali.

"Waduh ngga bisa, ini sudah melewati waktu bel masuk, tadi saja sudah bapak tambah 5 menit waktunya." jelasnya pak satpam memberi pengertian kepada mereka semua.

Terlihat beberapa dari mereka menghela nafasnya dengan kecewa dan ada juga yang masih bersemangat membujuk bapak satpam sekolah, bahkan sampai memberikan sogokan hanya demi bisa masuk dan mengikuti pembelajaran.

Tak lama kemudian, beberapa guru piket yang berjaga menghampiri gerbang sekolah mereka setelah melihat beberapa murid yang masih berada diluar gerbang sekolah.

"Loh, Karin? Kamu terlambat?" tegur salah satu guru piket, yang ternyata adalah Bu Inne, wali kelas Karin sendiri.

Karin mengalihkan tatapannya kepada guru tersebut setelah mengetahui yang menyapanya adalah Bu Inne.

"Iya bu, tadi memang terlambat bangun." jelasnya dengan nada memelas, biarlah kali ini Karin sudah pasrah jika harus dihukum. Karena memang murni ini kesalahannya.

'Salah Arya juga sih, kenapa dia bikin kepikiran sampe gabisa tidur.'

Tampak Bu Inne menghela nafas dan berdiskusi dengan guru piket satunya untuk memutuskan akan diapakan murid-murid yang terlambat itu.

"Baik pak, tolong dibukakan saja pintu gerbangnya. Untuk yang membawa kendaraan harap dituntun untuk ke tempat parkir, setelah itu kalian semua berbaris di lapangan." kata Bu Inne memberikan instruksi kepada murid-muridnya sebelum berlalu pergi meninggalkan gerbang sekolah.

Semua murid-murid yang terlambat, termasuk Karin serempak memasuki sekolah mereka setelah bapak satpam membukakan pintu gerbang.

Karena Karin merasa hanya dirinya saja yang terlambat dari kelas 10 IPA 3, maka Karin pun berjalan seorang diri menuju lapangan, sesui instruksi dari Bu Inne tadi.

Ruang WaktuWhere stories live. Discover now