15

684 110 51
                                    

Seokjin belum berkata apa-apa, ia menarik sehelai foto yang ada di tangan Jungkook, pandangannya sendu dan ia melihat wajah ayahnya dan wajah masa kecilnya di dalam foto lama yang penuh kenangan manis di masa lalu.

Mata Jungkook yang menelisik tingkah laku Seokjin yang sangat kalem, pria itu terdiam cukup lama dan Jungkook mendadak merasakan canggung. Tapi lidahnya seolah tercekat dan kata-kata sirna di ujung lidahnya.

Pandangan mata Seokjin terkunci di foto lama itu, sedangkan Jungkook terus memperhatikannya, kesunyian hadir diantara mereka.

Seokjin akhirnya membuka suara ketika ia bertukar pandang dengan Jungkook yang terus menatapnya dengan khawatir.

"Hari ini adalah seminggu setelah kepergian  ayahku" kata Seokjin sambil kembali membakar rokoknya yang baru.

Ia menghisap rokoknya dengan lambat, lalu mengembuskan asap yang mengotori udara

"Aku marah pada ayahku, aku sangat marah kepadanya..."wajah Seokjin tegang dan ia menghisap rokoknya dengan pandangan mata yang anehnya terlihat kosong.  Nada suaranya bahkan terdengar sangat tenang.

Tangan Seokjin meremas foto lama itu dengan keras dan Jungkook tertegun atas tindakan Seokjin. Sekilas matanya melebar kaget tapi kemudian ia berusaha untuk bersikap biasa di depan Seokjin.

Seokjin menarik asbaknya dan ia menyalakan pemantik apinya, membakar foto yang telah kusut akibat  remasan tangannya. Api menyala dan merambat dari sudut foto dan kertas foto itu terbakar hancur dan menjadi abu.

"Aku pikir aku sangat marah kepada ayahku, tapi setelah kurenungi lagi, sepertinya aku lebih marah pada diriku sendiri"

Seokjin tersenyum pahit dan sekarang menatap Jungkook dengan tatapan mata sendu yang terlihat merana.

"Apa sekarang kamu masih merasakan hal itu hyung? Kemarahan pada dirimu sendiri?" Jungkook memberanikan diri untuk bertanya, tatapan matanya lembut dan terlihat simpati.

"Masih"

Seokjin merokok dan ia tiba-tiba menyeringai aneh, "agak berkurang setelah kematian ayahku"

Ia mendongak ke langit dan menatap malam yang bertabur bintang, cahaya bulan agak redup malam itu, dan perasaan muram menyelimuti hatinya saat ini.

Perlahan ia berbaring di lantai balkon setelah meletakkan rokoknya di asbak,

Jungkook terus memperhatikan tingkah laku seokjin yang santai, dan ia melihat pria itu masih menatap ke langit  lalu menyangga kepalanya dengan tangannya sendiri.

"Ada banyak bintang di langit" kata Seokjin dengan seringai aneh di wajahnya, "Oh apa itu cassiopeia!" Ia menunjuk pola  titik-titik bintang dengan sedikit terkejut.

Jungkook hanya diam, dan ia bingung dengan tingkah aneh seokjin, apakah rasi bintang masih terlihat di langit kota dengan banyak cahaya lampu gedung dan cahaya lampu dari berbagai sumber? Ia mengabaikan celetukan seokjin dan menganggap bahwa Seokjin mungkin hanya berhalusinasi  dan Jungkook ragu, apalagi sebenarnya ia memang kurang pengetahuan tentang rasi bintang.

Ia melirik ke kaleng bir kosong yang tergeletak di asbak, Seokjin tentu saja belum mabuk dan ia sepenuhnya memiliki kesadaran yang baik. Pria itu memiliki tingkat toleransi sangat tinggi terhadap minuman keras.

Saat Seokjin memandang dan mengagumi bintang-bintang di langit, Jungkook malah mengagumi wajah seokjin dengan matanya yang bersinar menatap bintang-bintang.

Ia berbaring di samping Seokjin, dan mengalihkan pandangannya ke arah yang sama. Menatap ke arah bintang  di langit malam.

Seokjin memalingkan wajahnya dan Jungkook sadar bahwa Seokjin kini menatapnya dengan tatapan mata yang dalam. Jungkook gugup tapi ia memberanikan diri untuk tetap bertukar pandangan dengan seokjin.

Standing Next to YouWhere stories live. Discover now