08 - Kepala Batu

238 57 8
                                    

Sore hari. Noe dan Laras sedang duduk berdua di teras rumahnya.

Sepi sekali.

Laras menatap motor besar Noe yang terparkir rapih di depan rumahnya. Motor itu sepertinya motor kesayangannya.

Noe sedang berjongkok sambil melamun. Entah apa yang dilakukannya. Penampilannya pun seperti Abang abang di pinggir jalan. Hanya menggunakan kaos putih dan celana krem yang pendek.

Laras melirik Noe. Dia mendorong Noe sampai Noe terjatuh.

"Apaansi?" Sewot Noe.

"Judes banget sih lo. Laki apa bukan?" Sindir Laras.

"Bacot. Daripada lo ga bisa diem kayak cacing kepanasan." Balas Noe.

"Yeee.. Gue banyak gerak juga karena gue masih hidup, lah lu hidup tapi diem diem bae." Balas Laras tak mau kalah.

Noe diam menatap Laras. Bukan kehabisan kata kata, dia memang seperti itu. Menatap lawan bicara dengan waktu yang lama akan membuat suasananya menjadi canggung.

Tapi sepertinya tidak berlaku untuk Laras. Laras malah dengan sengaja menyosor Noe. Untungnya refleks Noe sangat cepat. Dia langsung memundurkan tubuhnya dan mencubit Laras.

"Ngapain sih lo?"

"Bercanda doang anjing."

Laras berdiri dan meraih tangan Noe. "Ayo duduk di kursi, pegel gue duduk di lantai." Kata Laras.

Mereka duduk di kursi depan rumahnya. Noe tampak sangat menjaga jaraknya dengan Laras.

Laras sadar akan hal itu. "Gak sekalian aja keluar dari rumah ini No? Jauh banget dah." Cicit Laras.

"Bodo."

Laras menatap Noe. "Kita pura pura podcast aja yuk? Itung itung pendekatan lah." Kata Laras.

Noe mengangguk.

"Lo sebenarnya tinggal dimana?" Tanya Noe.

"Tanggerang." Jawab Laras.

"Cepet balik sana."

"Gak ah, nanti lo kangen lagi sama gue."

"Dih. Gak jadi ngobrol ah." Noe berdiri tapi tangannya ditahan oleh Laras.

"Ih bentar. Gue mau nanya nanya tentang sekolahan. Biar gue nggak bego bego amat disana."

Noe menghela nafasnya. "Yaudah cepet."

"Lo beneran Ketos?"

"Menurut lo?"

"Lo gak cocok sih jadi Ketos. Lo banyak omong, nyebelin, banyak ngatur."

"Kalo sama lo iya. Yang lain nggak. Aslinya gue ini cuek aja orangnya, tapi gue paling gak bisa ngeliat yang berantakan. Kayak lo contohnya."

Laras tak terima. "Apaan anjir, gue mah rapih cok."

"Bacot banget."

"Terus lo di sekolah gimana No? Yang gue denger katanya lo sering di deketin cewek cewek?" Tanya Laras kepingin tahu.

"Iya gitu deh. Cewek cewek pada ngejar gue. Dan lo jangan sekali sekali pun bilang kalau kita serumah. Apalagi sampe lo ngaku ngaku kalau gue itu pacar lo."

"Pede banget lo gila. Tipe Cowok gue bukan yang kayak lo. Tipe gue tuh kayak yang bisa ngelindungin gue, baik, gak nyebelin dan rese kayak lo. Pokoknya bukan lo banget deh."

"Gak minat juga gue jadi Cowok lo."

"Yang gue denger, lo sering masuk peringkat lima besar ya? Peringkat satu sekolah, bukan kelas."

Friend Shit.Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz