17 - Marah!

232 55 9
                                    

Senin, hari yang dibenci oleh seluruh orang, terutama orang yang mempunyai kerja dan orang yang masih bersekolah. Hari dimana mereka harus memulai aktivitas sehari harinya yang melelahkan.

Laras sudah siap dengan seragam nya yang rapih dan rambut yang tergerai indah.

Saat Laras membuka pintu kamarnya dan hendak keluar, ternyata dia keluar bersamaan dengan Noe. Dia melirik ke arah Noe yang tampaknya sedang membawa sesuatu ditangannya.

Bunga.

Noe membawa sebuah buket bunga.

"Buat siapa lo beli bunga bunga gitu?" Tanya Laras.

"Kepo deh lo." Sewot Noe lalu berjalan tanpa menatap Laras sama sekali. Dari langkah kaki Noe saja, bisa di tebak kalau dia sedang dalam suasana hati yang baik.

Laras tak berniat untuk memikirkannya. Toh itu juga tidak penting bagi kehidupan pribadinya.

Noe sudah berada di bawah, sedang mengelap body motornya supaya mengkilap. Senyuman manis tak kunjung pudar sedari tadi.

Akhir akhir ini mereka jarang sekali makan pagi bersama di meja makan. Toh tidak ada Novi dan Noey juga disana. Kalau bisa makan sendiri, kenapa harus berdua?

"Napa sih cengar-cengir mulu dari tadi?" Laras kesal melihat Noe. Dia ingin sekali melempar sepatu yang dia pegang ke wajah Noe.

"Mood gue lagi bagus, lo jangan bikin hancur mood gue." Kata Noe sambil tersenyum lebar.

"Gila lo."

"Pokoknya nanti pas pulang sekolah lo harus lihat ke lapangan ya." Kata Noe.

Laras tak meresponnya, hanya mendengarkannya saja. Di dalam otaknya berpikir keras. Apa yang akan dilakukan oleh Noe?

%%%%%

Jam pelajaran terakhir saat sekolah akhirnya selesai. Tepat dengan bel tanda pulang sekolah. Siswa siswi berbondong-bondong keluar dari kelasnya sambil menggendong tas nya masing masing.

Pintu kelas terbuka dan isi ruang kelas sudah sepi. Tak jarang juga ada kelas yang pintunya masih tertutup, masih ada aktivitas didalam sana. Contohnya kelas Laras. Masih belajar disana.

Laras masih duduk diatas kursinya sambil memutar-mutarkan pulpennya berulangkali. Matanya sama sekali tak tertuju pada Guru yang sedang bercerita itu, dan sama sekali tak tertarik dengan cerita pribadi dari Guru tersebut.

Guru ini tidak membahas materi, hanya bercerita saja. Membosankan.

Geram sekali, tak ada yang berani untuk speak up tentang jam pulang yang sudah lewat sedari tadi.

Laras menghela nafas kasar dan bangkit dari kursinya. "Bu, maaf. Jam pulang sudah lebih tujuh menit Bu."

"Iya, Ibu tahu. Tapi dari cerita Ibu ini ada pesan moralnya, jadi tolong dengerin dulu ya."

Laras tak bisa membantah, akhirnya dia pun duduk kembali di kursinya.

Waktu terus berjalan. Akhirnya Guru itu mengakhiri ceritanya dan pergi tanpa pamitan.

Para murid kelas 12-4 pun langsung merapihkan buku bukunya.

"Sumpah ya tuh Guru, pen gue lempar tapi gak sopan." Cicit Icut kesal.

"Iya jir, masalahnya lebihnya tuh bukan satu menit dua menit, tapi dua puluh menit!" Sahut salah satu murid dikelas itu.

Laras hanya terkekeh kecil. Setelah selesai merapihkan bukunya, dia pun keluar bersamaan dengan Icut.

Friend Shit.Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz