Ternyata Masih Sama

237 29 30
                                    

“Kenapa Mama jodohin aku sama Diva? Dia itu anak muridku dan kami nggak mungkin menikah.” Pak Arkan bertanya dengan mata yang menatap tajam ke arah Ibu tirinya.

“Kalian pasti bahagia. Ya satu anak caper, yang satu kue kasih sayang. Kalian cocok jadi pasangan,” jawab ibu tirinya tanpa rasa bersalah.

“Anak caper? Bukannya anak kesayangan Mama yang caper? Sampai harus ikut balapan liar, kena razia pula. Giliran masuk penjara nangis-nangis,” ucap Pak Arkan.

“Kamu cuman anak tiri! Derajat kamu di rumah ini ada di bawah Ryan jadi jangan macam-macam dengannya,” ancam Ibu tirinya.

Pak Arkan diam, membuang muka dan mendengus kesal.

“Apa tujuan memaksaku menikah?” tanya Pak Arkan dan memberikan tatapan maut kepada Ibu tirinya.

“Saya ingin putra saya mendapat warisan lebih besar dan saya dengar  kalau kamu berhasil menikahi putri tunggal keluarga Mahendra, kamu mendapat warisan lebih banyak.”

“Cuman demi warisan? Ambil aja warisan itu! Gue gak tertarik hidup dicebokin pakai harta warisan,” jawab Pak Arkan.

Aku tercengang setelah mendengar obrolan mereka, aku tidak menyangka ibu tiri Pak Arkan sejahat itu. Dia menjodohkan Pak Arkan denganku supaya anak kandungnya mendapat warisan lebih banyak.

Pak Arkan berjalan menuju anak tangga. Aku meratapi Pak Arkan yang menaiki anak tangga.

“Berhenti Arkan! Kalo kamu menolak pernikahan ini, saya tidak akan segan untuk menghabisi nyawa Ayahmu!” teriak ibu tirinya.

Langkah Arkan terhenti. Arkan membalikkan tubuh dan kembali menuruni anak tangga. Dia berjalan mendekati Ibu tirinya, kemudian berdiri tepat di sampingku.

“Lo mau ngapain Ayah gue? Sampai lo macam-macam, gue laporin ke polisi!” ancam balik Arkan.

“Aduh Arkan, kamu jangan bodoh. Kalau saya membunuh Ayahmu, saya pasti gunakan cara cantik. Lagi pula kita tidak perlu saling melaporkan kalau kamu bersedia menikah dengannya,” kata Feli—Ibu tiri Arkan.

Dia menatapku dan tersenyum licik. Aku terdiam kaku, aku enggan ikut campur dengan permasalahan keluarga Pak Arkan. Tapi aku juga tidak mau menikah dengannya, apalagi sepertinya usia kami terpaut jauh. Bisa-bisa dia dituduh pedofil karena menikahi bocil sepertiku.

“Diva masih sekolah. Nggak mungkin kami menikah,” tolak Pak Arkan.

“Kalian bisa merahasiakan pernikahan. Saya tunggu keputusan kamu nanti malam. Kalau menolak, siap-siap menjadi yatim-piatu seumur hidup.” Feli tertawa, lalu meninggalkan sofa kebesarannya dan berjalan menuju anak tangga.

Pak Arkan menatapku, lalu pergi meninggalkanku. Aku menatapnya hingga hilang dari pandanganku.

“Pikirkan baik-baik, ini kesempatan emas kamu untuk menjadi orang kaya.” Tante berbisik, aku menghela napas berat dan berjalan keluar.

Aku tidak mengambil pusing keputusan Arkan karena pasti dia menolaknya. Pria berpendidikan dan cerdas sepertinya tidak mungkin menikahi wanita bodoh sepertiku.

Aku berdiri di depan gerbang dan menaiki angkutan umum. Aku meninggalkan Tante karena capek mendengar ocehannya. Aku sudah dewasa dan aku bisa memilih. Tidak seharusnya orang lain ikut campur dalam proses kebahagiaanku.

Sesampainya di depan rumah, aku melihat Ayah sedang duduk di teras sambil menikmati secangkir kopi.

“Baru pulang kamu,” kata Ayah.

Aku mengabaikannya dan melangkah memasuki rumah. Aku mencari keberadaan Ibu untuk menceritakan kebohongan Tante.

“Ibu,” panggilku.

Love My Teacher [END]Where stories live. Discover now