Rahasia Yang Terbongkar

109 9 0
                                    

“Keluar lo, Kesya!” teriak Dinda, mendobrak pintu kelas XII-IPS yang tertutup rapat.

“Kenapa ini?” tanya guru yang tengah mengajar di sana.

Dinda mengabaikannya dan berjalan mendekati Kesya, lalu Dinda menarik tangan Kesya dan mendorongnya hingga tersungkur ke lantai.

“Berani-beraninya lo lukai sahabat gue!” teriak Dinda.

“Maksud lo anak kelas sebelas yang gatal sama Pak Arkan?” tanya Kesya tanpa rasa bersalah.

“Anjing lo! Diva bukan cewek gatal!” bantah Dinda tegas.

“Terus apa? Jelas-jelas dia dekati Pak Arkan,” kata Kesya.

Kesya bangkit dan berdiri berhadapan dengan Dinda. Mereka beradu tatapan, lalu Kesya tersenyum licik.

“Lo sama bodohnya sama Diva! Dasar cewek murahan!” seru Kesya.
Kesya melayangkan tangan dan hendak menampar Dinda, tapi Gala menangkis tangan Kesya dan mendorongnya kasar.

“Berani lo sentuh dia, habis lo di tangan gue!” ancam Gala.

“Lo ngga tahu siapa Abang gue? Abang gue Devan, ketua geng motor di Kota ini. Kalau kalian macam-macam sama gue, kalian akan berurusan sama Abang gue!” ancam balik Kesya.

“Oh Devan ... Si bedebah yang cuman bisa bersembunyi di balik bayang-bayang anak buahnya? Dia ngga selevel sama gue!” tegas Gala.

Gala tersenyum seringai, kemudian mendorong Kesya ke sudut ruangan. Gala mengunci tubuh Kesya dan mencengkeram dagunya.

“Lo berani lukai Diva berarti lo siap berurusan sama gue,” kata Gala.
Gala mencengkeram satu tangan Kesya, kemudian memelintirnya.

“Aduh, sakit!” seru Kesya sambil berusaha melepaskan cengkeraman Gala.

“Ini baru balasan kecil, balasan yang sesungguhnya ada di nyawa lo.” Gala berbisik di telinga Kesya membuat bulu kuduknya meremang. Gala kembali tersenyum kemudian melepaskan tangan Kesya dan berjalan mendekati Dinda.

“Ada apa ini? Kenapa kalian melukai Kesya? Kalian mau saya laporkan ke kepala sekolah?” tanya guru.

“Laporkan saja, gue ngga takut.” Gala jawab santai, lalu memandang guru dengan mata tajam. Ia seperti elang yang hendak menyantap mangsanya.

>>>

Aku dan Pak Arkan sampai di gerbang sekolah. Kami bergegas menuju ruang kelas dua belas yang sepertinya ada keributan karena Dinda dan Gala.

“Permisi, mohon maaf ganggu.”
Kami masuk ke kelas dua belas dan berdiri di samping Dinda dan Gala. Semua mata tertuju padaku yang datang menggunakan kursi roda.

“Ada apa ini, Pak Arkan? Kenapa mereka membuat rusuh jam pelajaran?” tanya guru.

“Saya ada urusan dengan Kesya,” jawab Pak Arkan ramah.

“Urusan apa, Pak?” tanyanya lagi.

“Dia dan temannya merundung Diva sampai membuatnya masuk ke rumah sakit,” ungkap Pak Arkan.

“Bapak kenapa membela dia? Saya lakukan itu demi menjaga bapak dari cewek gatal seperti Diva,” kata Kesya.

“Cewek gatal? Diva itu istri saya dan kami sudah sah secara agama maupun negara,” ungkap Pak Arkan.

Aku membisu, akhirnya Pak Arkan membongkar pernikahan kami. Aku menunduk untuk menghindari berbagai ekspresi para murid di kelas itu.

“Apa? Jadi Diva sudah menikah?” tanya guru sambil memandangku.

“Iya,” jawab Pak Arkan.

“Bapak tahu peraturan sekolah, kan? Murid dilarang menikah sebelum lulus sekolah dan jika melanggar, dia harus dikeluarkan dari sekolah.” Guru itu menjelaskan peraturan yang jelas-jelas sudah aku ketahui.

“Saya tahu dan saya bersedia menerima konsekuensinya,” jawab Pak Arkan.

“Kalau begitu, Anda harus menghadap ke kepala sekolah.” Dia memandang Pak Arkan dengan tajam, ekspresinya menunjukkan seolah tidak suka dengan kami. Maklum saja dia adalah guru BK juga tangan kanan kepala sekolah.

“Iya,” jawab Pak Arkan singkat.

Pak Arkan mendorong kursi roda dan membawaku keluar dari kelas. Kami berjalan menuju ruang kepala sekolah bersama guru BK yang mengikuti kami dari belakang.

Dia memang terkenal bermuka dua demi mencari perhatian dengan kepala sekolah, sifatnya sebelas dua belas dengan pick me di sekolah. Bedanya dia versi lebih terhormat.

“Selamat pagi, Pak.” Pak Arkan membuka pintu dan masuk ke dalam. Terdapat kepala sekolah yang tengah makan siang.

“Ada apa, Pak?” tanyanya.

“Ada yang mau saya bicarakan,” jawab Pak Arkan.

“Silakan duduk,” titahnya.

Pak Arkan duduk di sofa, dan aku di sampingnya menggunakan kursi roda.

“Saya dan Diva sudah menikah,” ungkap Pak Arkan tanpa banyak omong.

“Hmm, saya sudah tahu.” Kepala sekolah jawab santai, lalu meminum kopi yang berada di atas meja.

“Beberapa hari yang lalu, saya tidak sengaja memergoki kalian di rumah sakit dan dokter kandungan yang memeriksa Diva adalah istri saya.”

Ucapan kepala sekolah membuatku tercengang, aku tidak menyangka jika kepala sekolah sudah mengetahuinya. Tapi kenapa dia tutup mata? Dan tidak mengeluarkan aku dari sekolah.

“Kenapa bapak diam saja? Seharusnya bapak mengeluarkan Diva,” tanya guru BK.

“Karena pernikahan Diva dan Arkan dilakukan secara terpaksa. Mereka dijodohin oleh keluarganya dan saya pun pernah ada di posisi Pak Arkan,” jawab kepala sekolah.

Aku dan Pak Arkan saling melontarkan pandangan, kami bingung mau berkata apa karena akhirnya, ada orang yang mengerti posisi kami.

“Jadi bapak tidak mengeluarkan Diva?” tanya guru BK.

“Selama mereka bisa profesional dan berinteraksi layaknya guru dan siswi, saya tidak keberatan jika Diva tetap melanjutkan pendidikan di sekolah ini.” 

Kepala sekolah tersenyum sambil memandang aku dan Pak Arkan.

“Saya janji akan bersikap profesional dan tidak membeda-bedakan Diva dengan murid lain,” tutur Pak Arkan.

Kepala sekolah mengangguk, kemudian memberikan stoples berisi camilan. Aku menerimanya dengan senang hati karena dia sudah baik padaku.

“Mohon maaf, Pak. Tapi Kesya yang siswi kelas dua belas IPS merundung Diva dan membuatnya keguguran.” Dinda memberikan rekaman CCTV kepada kepala sekolah.

“Kalian tenang saja, saya akan melaporkan perbuatan mereka ke komite dan mengeluarkan mereka secepatnya,” kata kepala sekolah.

Aku bernapas lega karena Kesya dan teman-temannya akan dikeluarkan di sekolah. Meskipun balasannya tidak sebanding dengan kekejaman mereka, tapi setidaknya mereka merasakan penderitaan yang aku alami. Mereka sudah semester akhir dan sebentar lagi akan mengikuti ujian sekolah, kalau mereka dikeluarkan berarti mereka tidak bisa mengikuti ujian dan kehilangan harapannya untuk melanjutkan impian.

Love My Teacher [END]Where stories live. Discover now