4

15.1K 1.4K 214
                                    

Typo.
Vote dulu, gan. Matursuwon.

____________________________________

Selamat Membaca.
______________________________________

Baskara dan Dirgantara menghela napas lega usai menata dan merapihkan barang-barang mereka di kos barunya.
"Akhirnya selesai juga!!" Seru Baskara dengan menjatuhkan tubuhnya pada tempat tidur.

"Ganti baju dulu, terus mandi, Bas!" Ujar Dirgantara yang sudah bertelanjang dada dan bersiap mandi.

"Lo duluan aja," ujar Baskara dengan mata terpejam.

"Mau barengan, gak?" Goda Dirgan dengan alis yang bergerak naik turun.

"Jidat lo!" Langsung saja Baskara melempar sebuah bantal padanya yang  untung bisa Dirgan tangkap, pemuda itu tertawa melihat tingkah Baskara. Kemudian memutuskan untuk mandi.

Baskara pun melepas bajunya dan hanya mengenakan boxer saja. Ia meghampiri Jameng yang tiduran di lantai.
"Anak papa kasian gini, tiduran di lantai." Baskara mengangkat tubuh Jameng dan meletakannya di kasur.

"Nanti beli camilan buat kamu, ya? Papa uangnya lagi banyak, bisa beliin kamu makanan enak," ujar Baskara sembari memainkan perut Jameng.

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Dirgan yang sudah selesai mandi.
"Buruan mandi," ujar Dirgan yang sedang mengeringkan rambutnya sembari memperhatikan Baskara memainkan perut Jameng.

Baskara pun beranjak dan mengambil handuknya. Sedangkan Dirgan memilih menata bahan makanan di lemari kayu kecil dan menata makanan ringan di rak. Kemudian berbaring di kasur dan memeluk Jameng. Baskara yang sudah selesai mandi pun, ikut membaringkan tubuhnya.

"Lo gak make baju? Cuma make celana pendek aja?" Tanya Dirgan.

"Yoi, panas, bjir!" Ujar Baskara sembari merebut guling dari Dirgan.

"Anying! Siniin gulingnya, gue gak bisa tidur kalau gak meluk sesuatu," ujar Dirgan.

"Sama, gue juga!" Balas Baskara, membuat Dirgan membuang kasar napasnya, kemudian mengangkat tubuh Jameng dan meletakannya perlahan di karpet berbulu. Lalu mendekat pada Baskara dan memeluknya.

"Shibal! Ngapain lo meluk gue?" Tanya Baskara sembari menjauhkan tubuhnya dari Dirgan.

"Dibilang gue gak bisa tidur kalau gak ada guling, sedangkan gulingnya lo pake. Yaudah, gue meluk elo, lagian kita temen, lo jangan mikir aneh-aneh mangkannya." Dirgan melayangkan sentilannya kembali pada kening Baskara dan membuat pemuda itu berdecak.

"Iya, yaudah." Baskara memilih memunggungi Dirgan dan membiarkan anak itu memeluknya dari belakang. Hangat, itu yang dirasa Baskara.

"Bas....." panggil Dirgantara yang hanya dibalas deheman saja.

"Lo belajar pistol darimana? Terus, lo dapet dari siapa?" Tanya Dirgan. Mata Baskara yang tadinya sudah terpejam pun kini kembali terbuka.

"Dulu, kan gue tinggal di panti asuhan. Salah satu donaturnya suka ngajakin gue main ke rumahnya. Dia itu tentara gitu, jadi waktu ke sana gue suka diajarin cara pegang pistol, membidik lawan dan nembak yang bener. Pistol yang gue pake selama ini dikasih sama dia sebelum meninggal karena sakit dan udah tua. Terus pelurunya hasil nyolong peluru lawan kalau dia udah mati, sayang gak kepake. Jadi gue colong, lumayan," ujar Baskara.

"Sebenernya gue gak mau ngelakuin pekerjaan gelap gini, demi duit, mau gimana lagi. Toh, juga ngebunuh orang yang kriminal, bukan orang yang gak bersalah," sambung Baskara sembari menghadap Dirgan, sehingga posisi mereka kini saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat, bahkan tangan Dirgan masih bertengger memeluk Baskara.

CANDRAMAWA KELABU✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang