8🏴‍☠️

20.4K 1.4K 71
                                    

Typo.
Vote dulu, gan, matursuwon.

__________________________________

Selamat membaca.
____________________________________

Dirgan dan Baskara kini tengah duduk berdua di tepi pantai sembari melihat bentangan arunika yang luar biasa indahnya.

"Gue baru sadar, nama depan lo diambil dari arunika. Artinya cahaya matahari terbit, dong?" Ujar Baskara sembari memperhatikan Jameng yang tengah menggali pasir.

"Iya, Aruna itu penerangan. Mama berharap, kalau gue bisa jadi anak yang bisa bikin orang lain itu gak merasa sendirian." Dirgan menoleh pada Baskara yang masih asik memandangi laut.

"Harsa sendiri artinya kebahagiaan, jadi makna nama gue, seorang anak yang jadi cahaya kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya."

"Cuma sayangnya, anak itu malah terjerumus di dalam lubang kegelapan, bahkan cahayanya sendiri gak mampu jadi penerangannya sendiri." Senyum tipis terbit di belah bibirnya usai berbicara.

"Makna nama lo sama nama gue hampir sama, Gan. Baskara itu matahari atau cahaya, Sandhyatama itu senja terbaik. Tapi sama kayak lo, kejebak di lubang kegelapan," ujar Baskara.

"Udah, ah! Jadi sedih kalau inget nasib kehidupan gue yang rasanya hampa dan putih abu-abu. Mending kita cari sarapan, anak gue udah teriak-teriak minta dikasih makan," sambung Baskara dengan mengusap-usap perutnya sendiri.

Tawa Dirgan mengudara, menyentil pelan kening Baskara. "Anak siapa itu?" Ujarnya menunjuk perut Baskara.

"Anak gue!"

"Bapaknya, Bas......" Dirgan berusaha untuk sabar jika dengan Baskara, kalau bersama orang lain, mana mau dia mengulang ucapannya.

"Bapaknya itu ya gue, Gan!" Ucapan Baskara membuat Dirgan menghela napasnya, memilih diam dan tidak membalas kembali.

"Oh! Semalam ada email masuk, tapi di email gue." Sebelum melanjutkan ucapannya, Basakara melihat sekitar, memastika situasi aman. Merangkul Dirgan agar jarak mereka lebih dekat.

"Klien kali ini minta kita bunuh gengster di daerah Kelipan. Lebih tepatnya gengster kelas bawah yang hobinya meresahkan warga. Gue pernah denger berita, salah satu wargamya ada yang tewas karena ulah mereka, aksi mereka ini malam-malam, kalau ada warga yang lewat tengah malam selalu mereka hadang dan nodong senjata. Ini si kalau gue baca berita, pelakunya rata-rata seumuran kita, ada juga yang belasan tahun." Baskara mengatakan itu semua dengan berbisik pada Dirgan.

"Tapi, Bas...., menurut gue, lebih baik kita kasih pelajaran ke mereka dulu, kirim ancaman," usul Dirgan.

"Gue juga awalnya kepikiran gitu, Gan. Tapi, takutnya mereka ngira ancaman dari warga dan malah marah ke warga," balas Baskara yang langsung mendapat sentilan maut di keningnya dari Dirgan.

"Tinggalin jejak kita, AOD x EPD dengan lambang ular sama kupu-kupu. Kalau mereka tetep berulah, tantang mereka dan ajak ketemuan." Menjauhkan tubuhnya dan kembali menatap laut. Sedangkan Baskara sendiri tengah mencerna ucapan Dirgan.

__

__

Dirgan menggelengkan kepalanya menatap Baskara sedang memakan lontong kupangnya dengan sangat bersemangat.

"Lama banget gue gak makan ini, Gan!" Ujarnya penuh kegirangan.

"Pelan-pelan makannya, Bas. Kalau lo mau, tambah aja buat dibungkus," ujar Dirgan yang kemudian mengambil selembar tisu dan mengusap area bibir Baskara.

"Lo yang bayarin, kan?" Tanya Baskara. Bukannya matre, cuman mau hemat dianya.

Dirgan mengangguk. "Iya, gue yang bayar." Seketika senyum Baskara mengembang, lalu menoleh pada Jameng yang duduk anteng di sampingnya, lebih tepatnya kucing itu tidur.

CANDRAMAWA KELABU✔Where stories live. Discover now