13

10.4K 1K 82
                                    

Typo.
Vote dulu, gan. Matursuwon.

______________________________

Selamat membaca.
_______________________________

"Bjir, lah! Males bener kelas gabungan sama adek tingkat!" Gerutu Baskara setelah mendapat kabar bahwa kelas kuliahnya kali ini bersama dengan anak semester 3 atau tingkat 2 kalau di Fakultasnya. Kini dirinya berjalan di koridor dengan rasa malas luar biasa.

"Mau bolos?" Tanya Dirgan yang berada di sampingnya.

"Gak, ah! Untung kelasnya pak Dilan, kalau bukan, gue pasti gak masuk!" Benar, Baskara rela mengikuti kelas gabungan karena yang mengajar adalah dosen favoritnya.

"Yaudah, jangan rewel!" Dirgan menarik bibir Baskara yang sedari tadi menggurutu tidak jelas.

Melihat Baskara yang terlihat mood nya sedang buruk, Dirgan pun merangkulnya. "Jangan cemberut gitu, jelek!"

"Kalau gue jelek, kenapa lo mau sama gue?!" Tanya Baskara dengan sewot.
Hal itu membuat Dirgan menghela napasnya, bukan begitu maksut Dirgan.

"Maksut gue, kalau lo cemberut mulu jadi jelek. Katanya mau lebih ganteng dari gue, kan?" Ujar Dirgan yang diangguki Baskara.

"Terus, gue mau sama lo itu dari sini....." Telunjuknya menunjuk dada Baskara.

"Bukan fisik, Ibas!" Kalau saja tidak sedang berada di kampus atau tempat umum, Dirgan sudah langsung menggertak Baskara di bawah kukungannya.

"Kok, lo tau nama kecil gue?" Tanya Baskara karena seingatnya ia tidak pernah menyembut panggilan kecilnya itu di hadapan Dirgan.

"Waktu lo ngigau semalam." Teringat wajah Baskara yang mengigau semalam, menyebut dirinya 'Ibas' dengan memanggil-manggil kedua orangtua juga kakaknya.

"Bjir, jelek banget pasti ini muka! Ayo, dah! Keburu gak dapet tempat duduk di tengah." Mereka berdua pun berjalan dengan tangan Dirgan yang merangkul pinggang Baskara dan tangan Baskara yang merangkul pundak Dirgan.

__

__

Baskara dan Dirgan serta teman satu angkatannya sedikit terganggu dengan keramaian yang diciptakan adik tingkatnya. Mereka terlalu asik sendiri dan tidak memerhatikan ataupun memerdulikan Dilan sebagai dosen. Padahal sudah ditegur, tapi masih tetap berisik. Karena mood Baskara sedang tidak baik, ia pun menggebrak mejanya dan menatap nyalang adik tingkatnya.

"Lo semua bisa diem, gak? Hargain pak Dilan yang lagi nerangin materi! Kalau pun kalian gak suka sama mata kuliahnya, keluar aja! Daripada ganggu  anak yang bener-bener cari ilmu!" Bentak Baskara yang seketika membuat suasana kelas jadi hening.

'Prok!'

'Prok!'

'Prok!'

Seseorang menepuk tangannya dan memandang remeh Baskara.
"Jangan mentang-mentang lo senior, bisa seenaknya marahin kita! Terserah kita, mau berisik apa enggak. Kita juga bayar spp! Seenggaknya kita tetep ikut kelas, walaupun berisik! Lo gak usah ngatur, deh! Pak Dilan aja gak masalah kita rame."

"Gak masalah gimana? Jelas-jelas pak Dilan negur kalian tadi!" Timpal Noa teman sejurusan Baskara.

"Eh! Bukan masalah senior ataupun junior, kita semua juga sama-sama bayar! Jadi gue ada hak buat negur lo sama temen-temen lo, karena kalian salah! Seenggaknya diem, gak usah berisik!" Ujar Baskara tepat di depan wajah adik tingkatnya yang tadi meremehkannya. Namanya, Fazil.

Karena merasa tidak terima, Fazil pun mencengkram kerah kemeja Baskara.
Dirgan yang melihat itu pun menggenggam pergelangan tangan Fazil.
"Lepasin dia." Pinta Dirgan dengan nada rendahnya.

CANDRAMAWA KELABU✔Where stories live. Discover now