12

9K 1.1K 81
                                    

Typo.
Vote dulu gan, matursuwon.

_________________________________

Selamat membaca.
____________________________________

Baskara menatap waspada seorang polisi yang masuk ke dalam kamar kos nya untuk memeriksa. Ya, saat pulang dari kampus, Baskara dan Dirgan mendapat laporan dari salah satu teman kos nya, jika ada polisi yang menemukan jejak keberadaan AOD yang ternyata tinggal tempat kos mereka. Jelas saja Baskara cemas, takut jika bukti itu ditemukan, maka identitas Dirgantara akan ketahuan. Bukan hanya Dirgan saja, kemungkinan besar dirinya juga.

Menoleh ke samping saat Dirgan merangkulnya dan memberi tepukan pelan sembari berbisik. "Tenang aja."

Baskara berdecak pelan, bagaimana ia bisa tenang saat identitas mereka sebentar lagi akan terungkap?

"Sepertinya AOD sudah mengetahui jika situsnya diretas dan dia sudah mempersiapkan jika pihak kepolisian akan menggeledahnya," ujar salah seorang polisi pada pemilik kos.

"Untuk selanjutnya, kami akan tetap mengawasi tempat ini sampai keberadaan AOD ditemukan."

Seringai kecil tersungging di sudut bibir Dirgan, satu tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Dibalik wajah datarnya itu, ia sedang meremehkan pihak kepolisian.

__

__

"Kenapa situs lo bisa diretas, bjir?!" Tanya Baskara pada Dirgan saat mereka sudah berada di dalam kamar.

"Sistem keamanan gue kena virus. Untung aja semalam gue buka dan pagi tadi, gue bawa semua ke tempat aman termasuk barang lo," ujar Dirgan. Raut pemuda itu nampak lebih dingin dari biasanya. Membuka layar laptopnya dan menekan huruf-huruf pada keyboard dengan gerakan cepat. Dirgan tengah mengirim pesan ancaman pada pihak aparat jika masih melacak keberadaanya dan tidak akan segan membunuh mereka yang mengusik identitas dan keberadaanya.

Menatap aneh Baskara yang sedari tadi kedapatan tengah memerhatikannya dengan gusar.
"Lo kenapa, Bas? Ada yang mau diomongin sama gue?" Tanya Dirgan.

"Hah? Eh– gak ada, Gan." Menggeleng dengan cepat, perasaan Baskara kini gugup.

'Cium gak, ya?' Batinnya terus berperang dengan pertanyaan.

"Lo gak papa, kan?" Tanya Dirgan, lagi. Namun Baskara masih terdiam menatap lekat mata Dirgan dan perlahan mendekat.

Dirgan membiarkan Baskara melakukan apa yang anak itu inginkan. Sampai kedua tangan Baskara menangkup rahangnya. Iris mata Baskara turun pada bibir Dirgan, ia memejamkan matanya dan langsung menempelkan bibir mereka, belum ada lumatan sama sekali. Baskara masih berperang dengan perasaanya, perlahan ia membuka matanya yang langsung bersitatap dengan tatapan teduh Dirgan. Keduanya sama sekali tidak mengalihkan pandangannya yang sudah terkunci satu sama lain. Pada akhirnya, Baskara mulai bergerak melumat Dirgan. Ciuman yang sangat ringan, tidak menuntut sama sekali, Dirgan juga berusaha untuk tidak membalas lumatan Baskara, karena tau jika Baskara masih belum menerima sepenuhnya.

Sekali tarikan, Dirgan berhasil melepas lumatan mereka. Napas Baskara memburu, memprotes tindakan Dirgan melalui tatapannya.

"Kalau lo belum siap, jangan dipaksa, Bas. Gue gak mau lo terpaksa nerima gue, sedangkan perasaan lo aja masih ragu." Iris legamnya menatap hazel Baskara yang juga menatapnya dengan kernyitan.

"Kalau gitu...." Baskara menggantung kalimatnya, mengusap rahang tegas Dirgan dan terus menatap iris legam pemuda di hadapannya.

"Buat gue yakin, Gan." Detik berikutnya, Baskara kembali menyatukan bibir mereka dan membuat Dirgan terkesima.

CANDRAMAWA KELABU✔Where stories live. Discover now