23

6.3K 1K 65
                                    

Typo.
2,6k kata. Sambil dengerin musik biar ga bosen.

Vote dulu, matursuwon.

_______________________________

Selamat membaca.
_________________________________

Baskara melihat mayat-mayat di sekelilingnya yang tergeletak begitu saja.
"Kok jadi merinding?"

"Kalau mereka bangun, gak lucu bjir!" Bergidik ngeri membayangkan orang-orang yang sudah ia bunuh bangkit lagi. Dengan langkah cepat ia menyusul Dirgan.

Terlihat Inggit yang saat ini tengah menodong Dirgan menggunakan pistol.

"Saya bakal bunuh kamu, seperti apa yang sudah saya lakukan pada orangtuamu!"

"Silahkan, jika bisa."

Inggit yang geram dengan Dirgan pun langsung menarik pelatuknya.

'DOR!'

"Aarghh!!"

'DOR!'

"DIRGAN!!"

Baskara memang berhasil menembak tangan Inggit hingga pria itu kesakitan. Tapi Inggit juga berhasil melepas satu tembakan dan  mengenai perut Dirgan.

"INGGIT BANGSAT!!"

'DOR!'

Baskara kembali menembak Inggit tepat di perut pria itu. Tidak akan langsung membunuhnya, karena ia harus memberi Inggit pelajaran. Menghampiri Inggit dan mengambil pistolnya. Kemudian berjalan ke arah Dirgan yang kini sudah memegangi perutnya dengan mata yang menatap Inggit penuh dendam.

"Dirgan!" Baskara panik melihat darah yang keluar dari perut Dirgan.

"Gue gak papa, Bas. Ayo bawa dia ke dalam." Dirgan mengusak rambut Baskara, meyakinkan jika dirinya baik-baik saja.

"Lo beneran?" Tanya Baskara.

"Mau bukti? Gue bisa perkosa lo dengan kondisi gue yang kayak gini." Jawaban Dirgan membuat Baskara berdecak pelan.

"Sinting! Kita udah jadi mantan, kecuali kalau gue yang minta, berarti boleh!" Langkahnya ia membawa mendekati Inggit yang terkapar dengan terus meringis. Meninggalkan Dirgan yang kini terkekeh atas ucapan yang dilontarkan Baskara.

__

__

Jerit kesakitan Inggit memenuhi ruangan. Tangan dan kaki yang terikat membuatnya pasrah. Baskara tidak peduli, ia terus menyayat kulit Inggit menggunakan pisau kecilnya.

"Kenapa om bunuh adek om sendiri?" Tanya Baskara.

"Arghhh!!! Papa kamu egois!! Dia bikin saya selalu dimarahi ayah! Orang-orang selalu memuji dia, sedangkan saya? Tidak sama sekali! Bahkan sahabat saya, Danu. Menentang saya membunuh dia! Padahal Danu tau, saya menderita karena Angga! Dia rebut Vanya dari saya!!" Inggit menjawab pertanyaan Baskara dengan berteriak di hadapannya.

"Dulu, saya mengalami kecelakaan dan butuh donor ginjal! Tapi keluarga saya tidak ada yang datang. Beruntung ada orang baik yang mau mendoronkan ginjalnya pada saya!" Sambung Inggit.

"Dan saat saya dewasa, saya bisa membalas semua rasa sakit hati saya. Termasuk membunuh keluargamu dan menguasai hartanya. Oh.... satu lagi, saya juga yang sudah membunuh kakek dan nenekmu." Inggit menyeringai begitu lebar diikuti suara tawa yang terdengar bak seorang psikopat.

Sedangkan Baskara kini semakin menekan pisaunya saat melihat wajah Inggit yang persis seperti papanya. Namun pria di hadapannya ini begitu kejam. Air mata Baskara seketika meluruh saat ia mengetahui sesuatu tentang papanya.

CANDRAMAWA KELABU✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang