17

9.5K 1K 69
                                    

Typo.
Vote dulu gan, matursuwon.

___________________________

Selamat membaca.
_____________________________

Langkah panjang Baskara membawanya berlarian menuju gedung perpustakaan utama. Karena saking semangatnya, Baskara sampai menabrak seseorang hingga dirinya tersungkur ke tanah.

"Aduh!" Erangnya dengan posisi telungkup.

"Eh, kamu gak papa?" Tanya seseorang yang Baskara tabrak. Baskara meringis saat lututnya terasa sakit, kemudian memposisikan dirinya duduk. Sungguh memalukan, beruntung saja kawasan itu sepi. Jika tidak, mungkin ia akan ditertawakan satu kampus bahkan masuk media kampus.

"Saya gak papa," ujar Baskara pada seseorang yang ia tabrak.

Si penabrak itu terlihat terkejut dengan Baskara. "Kamu yang waktu itu di rumah sakit, kan?"

Mengernyit mendengar pertanyaan orang di hadapannya, Baskara mengingat-ingat kembali. "Om yang waktu itu gak sengaja ketabrak saya juga?" Tanyanya memastikan.

"Iya! Gak nyangka bisa ketemu kamu lagi. Lutut kamu gak papa, kan?" Tanya orang itu dengan raut wajah sumringahnya.

"Iya om, gak papa. Cuma malu aja kalau ada yang lihat." Baskara menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum kaku.

Pria itu tersenyum lembut. "Saya Aksen, nama kamu siapa?"

"Saya Baskara."

__

____________________________________

__

Aksen melamun, memikirkan pemuda bernama Baskara. Nama itu mirip sekali dengan nama anak sahabatnya yang telah tiada. Tapi nama itu bukan hanya satu orang saja yang pakai, kan?
Menghela napasnya dan berpikir itu hanyalah sebuah kemiripan biasa.

"Woy! Ngelamun kenapa lo?" Tanya Vanko yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangannya.

Aksen berdecak kesal. "Ketuk pintu dulu!"

"Terserah gue, lah. Gue pemiliknya kalau lupa," ujar Vanko dengan kesombongan luar biasa dan membuat Aksen jengah sendiri.

"Iya pak, bos."

"Ngelamunin apa sih, Sen? Jatuh cinta?" Tanya Vanko asal.

"Ngawur!" Sentak Aksen yang dibalas tawa renyah.

"Lagian, lo udah puluhan tahun ngejomblo!" Ejek Vanko pada sahabatnya itu yang hampir berkepala empat namun masih mempertahankan keperjakaanya.

"Van, tadi gue pergi ke Universitas Teknologi tempat Dilan ngajar. Gak sengaja gue ketemu anak namanya Baskara. Udah dua kali gue ketemu dia. Pertama di rumah sakit. Gue jadi ingat Ibas," ujar Aksen dengan wajah masamnya.

Helaan napas keluar dari belah bibir Vanko. "Lo masih inget nama panjangnya Ibas?" Tanya Vanko.

"Masih, lah! Yakali gue lupa. Namanya Baskara Sandhyatama."

"Lo penasaran sama anak yang namanya mirip Ibas itu?" Tanya Vanko yang dibalas anggukan oleh Aksen.

"Iya, tapi nama Baskara gak cuma satu, Van." Nadanya tersirat keputusasaan.

"Lo belum mulai pencarian udah nyerah gitu aja! Nanti gue bakal tanya ke Dilan tentang anak yang namanya Baskara." Vanko menepuk pundak sahabatnya itu.

__

____________________________________

__

Dirgan menatap gemas pada Baskara, rambut panjangnya yang menutupi mata indahnya ia kuncir karena Baskara menolak untuk memotong rambutnya.

CANDRAMAWA KELABU✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang