22

6.9K 1K 223
                                    

Typo.
Vote dulu gan, matursuwon.

_______________________________

Selamat membaca.
________________________________

Mata Baskara memanas saat tau jika Aksen adalah bagian dari keluarganya dulu, walaupun tidak memiliki hubungan darah tapi Aksen sangat berjasa bagi keluarganya.

"Jangan nangis, kamu baru sadar....." Tangan Aksen terulur mengusap air mata Baskara yang meluruh. Aksen juga masih tidak menyangka, jika salah satu anak dari mendiang sahabatnya yang dulu dinyatakan sudah meninggal ternyata masih hidup sampai sekarang.

"Mau minum lagi?" Tanya Aksen dengan lembut. Baskara mengangguk, dengan perlahan Aksen membantu Baskara minum menggunakan sedotan.

"Om Inggit gimana?" Baskara menanyakan kabar sang paman.

"Dia baik," balas Aksen singkat. Masih bingung kenapa Inggit berbohong pada semua orang dengan mengatakan jika Baskara sudah tiada?

"Kalau om boleh tau, selama ini kamu tinggal dimana?" Pertanyaan Aksen mengundang seulas senyuman di bibir Baskara.

"Sejak papa, mama, mas Bagas meninggal. Ibas tinggal di panti asuhan, om Inggit bilang bakal jemput, tapi sampai sekarang Ibas gak pernah ketemu sama dia lagi."

"Ibas tinggal di panti sampai umur kurang lebih 17 tahun, setelah itu ngekos dan kerja sampai sekarang. Bedanya sekarang gak tinggal sendirian." Penjelasan Baskara cukup membuat Aksen tersenyum miris dengan kehidupan anak dari sahabatnya itu. Andai saja dirinya mencari tau keberadaan Baskara dari dulu, Baskara tidak perlu susah payah menghidupi dirinya.

"Maaf, om baru cari keberadaan kamu akhir-akhir ini. Om kira kamu sudah meninggal waktu itu, karena Inggit langsung membawa jasad mu ke luar negri untuk dikebumikan." Penjelasan Aksen mampu membuat Baskara mengernyit dan berpikir kenapa Inggit bohong?

"Dirgan anaknya baik?" Tanya Aksen.

"Baik," balasnya. Bicara soal Dirgan, Baskara jadi ingat saat Dirgan menyelamatkannya. Apa Dirgan baik-baik saja?

"Mau ketemu Dirgan? Dia ada di luar, om panggilin, ya?" Tanpa menunggu balasan Baskara, Aksen beranjak dari duduknya dan memanggil Dirgan.

Matanya menatap seseorang yang baru saja memasuki kamar rawatnya. Itu Dirgan yang saat ini juga tengah menatapnya.

Suasana berubah menjadi canggung diantara keduanya. Bahkan Dirgan bingung mau mulai pembicaraan.

"Gimana keadaan lo?" Pertanyaan itu keluar dari bibir Baskara yang malah membuat Dirgan bingung. Harusnya dia kan yang tanya kayak gitu ke Basakara?

"Harusnya gue yang tanya gitu ke elo, Bas. Lo udah enakan?" Memilih bertanya balik.

"Udah, masih sedikit sakit bagian punggung. Lo yang udah nyelamatin gue, Gan. Pasti lo juga luka, kan?" Baskara menelisik raut wajah Dirgan yang memang sedikit pucat.

Dirgan tersenyum tipis. Meskipun hubungan mereka tidak baik-baik saja, tapi Baskara masih mengkhawatirkannya. "Gue beneran gak papa, lukanya udah diobatin."

"Makasih, Gan. Kalau aja gak ada lo, mungkin gue udah mati," ujar Baskara yang membuat tangan Dirgan dengan refleks menyentil keningnya.

"Jangan bicara gitu, gue bakal selalu jagain lo, Bas."

"Makasih......"

Hening, mereka saling menatap satu sama lain tanpa berbicara apapun.
Dirgan menghela napas sebelum berbicara.

"Bas, gue minta maaf atas sikap gue belakangan ini yang nyakitin hati lo. Asli, gue bener-bener gak tau. Gue akui  emang salah karena langsung menyimpulkan sesuatu yang belum benar adanya."

CANDRAMAWA KELABU✔Where stories live. Discover now