21

6.7K 1K 81
                                    

Typo.
Vote dulu gan, matursuwon.

________________________________

Selamat membaca.
_____________________________________

Dirgan mengusak kasar rambutnya sendiri saat mengetahui Baskara pergi menonton pertandingan bola saat ia sedang tidur. Hanya meninggalkan pesan singkat saja melalui whatsapp. Memang statusnya dengan Baskara saat ini sudah menjadi mantan kekasih karena Baskara memutus hubungan mereka. Dirgan juga tidak mampu mengelaknya karena ia sendiri juga belum bisa menerima kenyataan jika ayah Baskara pembunuh orangtuanya.

Namun perasaan Dirgan pada Baskara tidak pernah berubah sedikit pun, masih mencintai Baskara dan selamanya akan tetap begitu. Dirgan hanya butuh waktu.

Khawatir dengan keadaan Baskara, ia pun bersiap-siap untuk menjemput Baskara. Berharap dirinya belum telat dan beruntung saja Baskara meninggalkan satu tiket yang awalnya memang untuk Dirgan.

Setelah beberapa menit ia sudah terlihat rapih. Hendak mengambil kunci motor dan dompet, matanya melirik pada album foto keluarga Baskara, lagi-lagi ia menghela napasnya. Melihat jam masih pukul 9 dan pertandingan mulai pukul 2 siang. Masih ada banyak waktu, Dirgan kembali membuka album tersebut dan melihat wajah ayah Baskara. Hanya sebentar, setelahnya ia menutup album itu kembali dan segera berangkat.

Dalam perjalanan, Dirgan memutuskan mampir ke minimarket untuk membeli minuman dan camilan. Terlalu fokus memasukkan uang kembalian, tidak sadar ada seseorang di hadapannya sehingga bahunya tidak sengaja menyenggol orang tersebut.

Dirgan dengan reflek mendongak dan menatap seseorang yang ia tabrak karena hendak mengucapkan kata maaf. Namun dirinya malah terpaku melihat siapa orang itu.

"Tuan, anda tidak apa-apa?" Tanya seseorang yang berada di belakang pria yang Dirgan tabrak.

Pria itu menggeleng dan hanya menatap Dirgan dengan raut datar. Kemudian melanjutkan langkahnya, meninggalkan Dirgan yang masih diam menatap kepergian pria itu.

"Dia masih hidup?" Gumamnya sangat pelan.

__
___________________________________
__

Sorakan riuh di stadion mampu membuat Baskara melupakan masalahnya sejenak. Kini ia sudah berada di kota Malang, tepatnya di stadion Kanjuruan. Pergi tanpa Dirgan, harusnya mereka menonton bersama. Tapi karena ada masalah, Baskara memutuskan untuk pergi sendirian.

"Ngelamun terus, rek!" Tegur teman Baskara.

"Sepurane," ujar Baskara disertai senyum simpul, kemudian merangkul temannya itu dan mulai menyoraki tim bola andalannya tanpa menyebut nama. Karena dirinya sedang berada di daerah lawan dan memakai baju suporter lawan juga agar bisa menonton secara langsung.

Dari kejauhan, sosok Dirgan tengah memperhatikannya. Senyum tipis terbit di bibir Dirgan saat melihat Baskara tampak bahagia.

Waktu terus berjalan, pertandingan pun berakhir dengan skor 2-3, kemenangan bagi tim andalan Baskara. Tentu saja Baskara senang bukan main, namun tidak diperlihatkan di depan temannya yang merupakan suporter tim lawan, walaupun mereka saling tau jika Baskara suporter Persebaya dan temannya itu suporter Arema. Tapi harus tetap menghargai, bukan?

Sedang asik-asiknya berpelukan, Baskara dikagetkan dengan kericuhan yang tiba-tiba saja terjadi. Matanya terasa panas dan dadanya juga sesak.
"Anjing, perih!" Umpatnya sembari mengusap matanya.

"Bas, tutup hidung!" Pekik teman Baskara yang bernama Beni.

"Ayo keluar, Bas!" Beni menarik tangan Baskara untuk segera keluar stadion. Sedangkan Baskara sudah kesusahan untuk bernapas di tengah orang-orang berdesakan ingin keluar. Pegangan tangan Beni pun terlepas karena tubuh Baskara terdorong dan tejatuh hingga dirinya terpijak-pijak.

CANDRAMAWA KELABU✔Where stories live. Discover now