15. Revenge

22.4K 1.3K 50
                                    

Setelah perjalanan panjang yang juga memperparah efek sakit pada kepalanya, akhirnya Melody pun sampai. Keadaan sudah malam dan suasana rumah pun terlihat sepi.

Melody menekan bel. Satu kali tak ada tanggapan, dua kali seorang satpam datang menghampiri.

"Pak Dedi!" pekik Melody senang begitu melihat jelas wajah satpam yang menghampiri itu. Ini cukup membuat lega. Karena ada sedikit pemikiran bahwa Melody mungkin sedang berdelusi karena kepalanya yang dilempar kursi. Namun, ingatannya ternyata nyata.

"Siapa?" tanya satpam itu dengan kening berkerut. Setelah dipikir wajah gadis di depannya ini nampak tidak asing.

"Ini Milka Pak, yang dulu suka gangguin Pak Dedi pas telponan sama pacarnya."

Mulut satpam itu terbuka lebat. "N-non Milka?"

Melody mengangguk dengan semangat. Entah terlalu kaget Melody kembali, atau apa. Raut satpam itu tetap melongo tak percaya bahkan saat tangannya mulai membuka gerbang.

"Papa sama Mama ada 'kan, Pak?" ucap Melody seraya melangkah menuju pintu masuk. Rumahnya masih sama seperti terakhir ingatan Melody waktu kecil

"Nyonya sama Tuan lagi di luar, acara pertunangan .... " Satpam itu menggantungkan ucapannya.

"Tunangan? Siapa? Tante Helen?"

Satpam itu menelan ludah gugup. "Non, duduk dulu. Mau saya buatkan minum?"

Melody tetap setia tersenyum dan mengangguk. Sepeninggalnya satpam itu. Melody menatap sekeliling rumahnya. Tetap sama, hanya beberapa furniture kecil yang diganti dan ... sebuah foto gadis?

Ada sebuah foto berisi gadis seusia dengan dirinya. Melody mengerutkan kening, dia tidak mengingat wajah itu. Entah sepupu atau kerabat dekat lainnya.

Saat orang tuanya bertengkar Melody pernah mendengar bahasan tentang rahim mamanya yang diangkat setelah melahirkan Melody. Jadi, sudah jelas itu bukan adiknya yang berwajah boros.

Atau jangan-jangan itu istri muda papanya? Tidak-tidak. Pemikiran papanya tidak akan sekacau pemikiran orang-orang di kampung itu 'kan?

Melody mendengar suara klakson mobil diikuti dengan Dedi yang berlari tergesa-gesa ke depan. Dada Melody berdebar, orang tuanya pasti sudah pulang.

Melody berdiri dan menanti dengan tidak sabar hingga saat kedua orang dewasa itu masuk ke ruangan Melody langsung berlari dan memeluk mereka.

"Siapa kamu?" tanya Damian seraya mendorong Melody menjauh.

Dengan senyuman lebarnya Melody menunjukkan bekas luka yang ada di bahu kirinya. "Aku Milka, Pak. Ini bekas luka waktu aku jatuh di tangga. Papa pernah bilang jangan kasih tau Hema kalo aku punya bekas luka gede di sini. Kata Papa pas aku cukup umur, aku bakal operasi buat ilangin bekasnya."

Damian terdiam. Dirinya hampir saja terjatuh jika Prita tidak cepat memegangi lengannya. Prita pun membawa suaminya untuk duduk di sofa. Diikuti Melody.

"Kamu Milka?" tanya Prita seraya menatap Melody dengan raut yang masih tidak percaya.

"Iya, ini Milka, Ma. Mama tanya aja apa yang pernah kita laluin, Milka udah ingat semuanya kok," papar Melody dengan riang. Tidak menyangka jika kini dirinya benar-benar bertemu dengan keluarga aslinya lagi.

"Jadi kamu belum mati?"

Senyum Melody perlahan luntur. Entah hanya perasaannya saja, atau perkataan Prita memang terdengar kasar ya?

"Waktu diculik mobil yang bawa Milka kecelakaan. Milka nggak tau apa yang terjadi, tapi Milka amnesia dan diangkat oleh sebuah keluarga. Tapi sekarang Milka udah inget lagi kok."

Fight for My Fate [TAMAT]Where stories live. Discover now