26. Hopeless

20.9K 1.3K 23
                                    

Milka berjalan dengan langkah yang lebar, tatapannya lurus ke depan dengan jejak-jejak air mata yang masih menggenang. Sayangnya tidak ada sorot kesedihan lagi, hanya amarah yang kini berkumpul di sana.

Milka memasukkan sandi pintu dengan cepat. Dia melangkah masuk tanpa membuang waktu.

"Serena kenapa kamu nggak bilang dulu mau ke sini?" tanya Hema yang buru-buru keluar dari kamarnya, dia masih mengenakan handuk di kepala untuk rambutnya yang basah.

Milka menatap Hema kuat.

"Ada apa?" Hema hendak meraih tangan Milka, tapi gadis itu menolaknya. Hema mengernyit.

Belum sempat dirinya menjawab, Milka membuka ritsleting jaketnya lalu membuat jaket itu terlepas dan teronggok di lantai. Hanya menyisakan pakaian minim di tubuhnya. Namun, bukan itu yang membuat mata Hema membelalak, melainkan memar-memar keunguan yang menghiasi seluruh tubuh Milka.

Milka tak menutupinya satu pun. Dia tidak akan menuruti perkataan Damian, sebaliknya, Milka akan membuat Hema benar-benar jijik terhadapnya.

"Damian nyuruh kamu nawarin diri?" tanya Hema yang membuat Milka merapatkan gigi karena tebakkan Hema sangat tepat.

"Damn," umpat Hema pelan. Dia pun lebih mendekat lalu merengkuh tubuh Milka ke dalam pelukannya.

"Maaf," ucapnya. "Aku pikir nggak seringan itu dia meledak. Kita ke rumah sakit sekarang ya."

"Batalin pertunangan," ucap Milka yang seketika membuat Hema terdiam.

"Aku nggak denger itu," ucap pria itu dengan raut yang berubah datar. Dia mengecup pelipis Milka dan mengusap-usap punggung gadis itu seolah menenangkan.

"Kamu bilang aku bisa minta. Batalin pertunangannya!"

Hema menggeleng, dia memeluk Milka lebih erat. "Aku nggak dengar itu," ucapnya lagi dengan keras kepala.

Milka mendorong tubuh Hema. "Aku bilang batalin!"

Hema menatap gadis itu. Tidak ada ekspresi khusus. Dia pun berjongkok mengambil jaket Milka kemudian mencoba memakaikannya pada gadis itu lagi.

Milka menepis saat Hema memasukkan tangannya. Tak keberatan, Hema pun langsung menutupkan pada bahu gadis itu, dia memegangi dengan kuat hingga Milka tidak bisa melepaskannya.

"BATALIN!"

"Kamu mau teh?"

Milka memandang Hema dengan tatapan yang nanar. Air matanya berjatuhan menumpahkan rasa sakit di dalam dadanya. Sebenarnya apa yang Hema inginkan? Dia bersikap tak acuh pada Milka, dia kemudian dekat dengan gadis lalu, lalu tiba-tiba mendekati Milka dengan wajah yang begitu asing, dia baik hingga Milka merasa dirinya bisa bernapas, lalu tiba-tiba dia menyatakan cinta pada Melody di depan publik. Membuat garis jika posisi Milka tidak ada artinya.

Sebenarnya Hema menganggap Milka apa? Milka tahu hidupnya hanya untuk dijadikan boneka, tapi dirinya benar-benar lelah untuk terus dimainkan ke sana-kemari. Milka lelah.

"BATALIN PERTUNANGANNYA!"

Hidupnya akan berakhir, setidaknya Milka tidak perlu kelelahan lagi.

Hema menghela napas. Dia mengambil handuk kecil yang dibawanya tadi. "Maaf," ucapnya sebelum membawa tangan Milka ke belakang lalu mengikatnya dengan handuk itu.

"Hema!"

Hema tidak mendengarkannya ia berjalan ke arah pantry lalu bergerak cepat menyeduh teh. Milka berusaha melepas ikatannya. Milka mulai menangis panik saat ikatannya begitu susah untuk terlepas.

"Jangan mendekat!" pekik Milka saat Hema kembali dengan secangkir tehnya.

"Kamu bisa lukain diri kamu. Tenang ya?"

Fight for My Fate [TAMAT]Where stories live. Discover now