8. How?

17.9K 1.3K 90
                                    

Melody menatap pantulan dirinya di cermin. Meskipun gaun yang seharusnya di atas lutut menjadi selutut pada dirinya. Melody akui malam ini dirinya terlihat cantik. Warna soft pink dari gaunnya begitu menyatu dengan kulit putih Melody. Rambut pendeknya ia ikat setengah hingga memberikan kesan yang manis.

Melody mendengar pintu kosnya diketuk. Dia pun menyunggingkan senyum dan berjalan untuk membukanya.

"Udah siap?" tanya Hema saat pintu itu terbuka.

"Siap sih, tapi ... menurut Hema ini cocok sama Melody?" Melody sedikit berputar untuk menunjukkan penampilannya.

"Kamu cantik, kenapa mikir ini nggak cocok?"

Raut Melody berubah lesu. "Melody belum pernah pake, takutnya Melody salah dan jatuhnya norak."

"No, you're beautifull tonight."

Melody tersenyum tersipu. "Makasih, Hema."

"Ya udah, kita berangkat sekarang. Aku udah reservasi restoran bagus, kamu mungkin suka."

"Pasti," ralat Melody. "Karena apa pun yang dipilih Hema pasti bagus."

Hema terkekeh kecil lalu mengusap puncak kepala Melody. "Setiap hal yang aku lakuin bahkan jika itu hal remeh, kamu selalu kasih apresiasi yang lebih."

"Bukannya kalo emang ada yang ngasih kita harus terima dengan senang hati ya?" Melody menatap Hema bingung.

Hema terkekeh lagi. "Tentu, tapi ada seseorang yang nggak heboh lakuin itu."

Kening Melody berkerut, tapi dengan cepat Hema mengalihkan perhatian dengan menggenggam tangan gadis itu.

oOo

Milka dibuat panik begitu Miriam tiba-tiba datang ke rumah. Bukan hanya Milka, Prita juga dibuat pontang-panting membantu Milka bersiap-siap--yang seumur hidup tidak pernah wanita itu lakukan. Bahkan Milka pernah berpikir jika Prita tak pernah untuk sekedar menggantikan popok anaknya sendiri di masa lalu.

"Udah cantik." Prita menatap riasan wajah Milka dengan senyuman.

"Jangan bikin Oma Miriam nunggu. Pastiin kamu bikin dia puas dan poin penting banget, jangan lakuin kesalahan," papar Prita untuk kesekian kalinya. Seolah Milka sangat ceroboh jika tidak terus diwanti-wanti.

"Iya, Ma."

"Anak pintar." Prita menepuk-nepuk bahu Milka sebelum mereka sama-sama keluar.

"Maaf Oma bikin nunggu," ucap Milka pada wanita yang meskipun sudah tua penampilannya tetap on point. Dimulai dari tas, baju, hingga sepatu, semua karya dari merek ternama.

"Nggak apa-apa, Oma yang nggak bilang-bilang ke kamu. Oma nggak ganggu kesibukan kamu 'kan?"

"Nggak kok, Bu," jawab Prita yang kemudian merangkul manis Milka. "Saya dan Milka tadi lagi santai-santai kok."

Miriam mengangguk. "Bagus kalau begitu." Wanita tua itu menatap Milka dengan senyum lembutnya.

"Ayo cucu Oma yang paling cantik, kita pergi sekarang."

"Iya, Oma."

"Ingat kata-kata Mama," bisik Prita penuh penekanan sebelum Milka mengikuti langkah Miriam yang berjalan keluar.

oOo

Mereka pergi pada sebuah restoran. Miriam terus menggenggam tangan Milka penuh dengan kehangatan.

"Oma nyari-nyari kamu yang tiba-tiba ngilang itu."

"Maaf Oma, waktu itu Hema langsung bawa Milka pergi. Mungkin Hema nggak mau ganggu acara bahagia Oma sama kabar sakitnya Milka."

Fight for My Fate [TAMAT]Where stories live. Discover now