23. Cute

20.7K 1.4K 47
                                    

Sebuah makan malam cantik kini tersaji di depan Milka. Suasananya tidak terlalu terang. Hanya lampu-lampu di sudut juga lilin di atas meja. Jendela kaca yang lebar sengaja tidak ditutup, membuat sinar bulan yang masih malu-malu muncul di balik gunung juga ikut menyinari. Tak lupa iringan musik dari piringan hitam juga manambah kesan classic untuk situasi ini.

Mungkin hanya mereka yang masih sama-sama memakai seragam sekolah yang menjadi celah kesempurnaannya.

Milka mengambil lap kecil lalu membersihkan bibirnya sebagai tanda dirinya mengakhiri makan itu. Begitu pun dengan Hema. Dari awal, Milka memang menolak untuk dessert. Sekarang sepertinya dirinya harus bersiap-siap untuk pulang.

Hema berdiri, Milka hendak mengikuti tapi dibuat terbingung saat Hema membungkuk lalu mengulurkan tangannya. Lagu yang diputar memang cocok untuk berdansa, tapi Milka hanya pernah melakukan ini satu kali dengan Hema. Dua tahu lalu, saat acara pertunangan mereka.

"Aku emang nggak semahir kamu, tapi kayaknya aku nggak bakal nginjak kok," ucap Hema dengan senyum manis yang selalu tersunggingnya. Sekarang Milka sudah terbiasa dengan itu.

Milka pun menerima tangan Hema. Mereka berjalan ke tengah ruangan. Hema meraih pinggang Milka sementara Milka menyimpan tangannya pada bahu pria itu. Mereka saling bertatapan lalu kemudian mulai melangkah mengikuti iringan musik.

Bergerak ke sana-kemari, dengan luwes mereka membawakan tarian itu. Milka perlahan mulai tersenyum, mulai menemukan titik nyaman dari gerakan-gerakan yang dirinya lakukan.

Lagunya mulai menjelang akhir, Milka berputar, Hema memeluk pinggangnya lalu melakukan gerakan penutup.

Hema membantu Milka untuk kembali berdiri tegak. Dia juga memberi hormat sebagai ungkapan terima kasih atas dansa yang mereka lakukan.

"So adorable."

"Thank you."

Milka sedikit terkaget begitu Hema meraih pinggangnya kembali. Apa Hema ingin mereka menari lagi?

Belum sempat berpikir, Hema sudah menunduk lalu memberikan kecupan di bibir Milka. Untuk kedua kalinya dan Milka tetap mematung dengan kelopak mata yang melebar.

Hema kembali mengecup yang membuat Milka mengerjap lalu menahankan telapak tangannya pada dada Hema.

"Eu, kita mungkin sebaiknya pulang sekarang," ucap Milka seraya menekan rasa gugupnya.

Hema tersenyum. "Oke," ucapnya seraya melepaskan pinggang Milka.

"Aku ambil tas dulu."

"Aku aja yang ambil." Hema menghadang langkah Milka. Milka terkaget, dia pun mundur satu langkah, membuat jarak dari mereka yang terlalu dekat.

"Eum, boleh."

Milka mengambil langkah mundur lagi saat Hema kembali maju.

"Tas aku ada di samping TV."

Hema tidak berhenti maju hingga akhirnya Milka mencapai dinding dan tidak ada lagi ruang untuk menghindari Hema.

"Apa aku aja ya yang ambil." Milka semakin merapatkan diri pada dinding ini dirinya dan Hema kini sudah tidak berjarak.

Hema menunduk, Milka panik, dia pun hanya membekap Hema saat jarak wajahnya sisa beberapa centi lagi.

Hema kemudian terkekeh. Dia mundur satu langkah memberi ruang Milka untuk mengambil napas yang tanpa dirinya sadari sedari tadi tertahan.

"Kamu lucu banget sih," ucapnya dengan wajah jenaka. Hema mengusap puncak kepala Milka.

"Tunggu ya, aku ambil dulu." Hema pun pergi pada ruangan samping.

Fight for My Fate [TAMAT]Where stories live. Discover now