28. Meet Again

43.9K 1.9K 155
                                    

Hema menyeka pelipis Milka yang mengeluarkan keringat dingin. Milka tidak bisa memperhatikan yang terjadi, yang sekarang dirinya tahu, hanya dirinya dan Hema yang tersisa di ruangan itu.

"Bunda ... aku mau ketemu sama Bunda," ucap Milka setelah mendapat kesadaran kembali dari kagetnya.

Hema memandang lembut dia mengusap-usap puncak kepala Milka. "Sekarang?"

Milka mengangguk.

Hema tersenyum. "Peluk aku."

Tanpa berpikir panjang, Milka langsung memeluk pria itu. Menuruti ucapannya.

Hema terkekeh. "Aku cuma bercanda," ucapnya yang juga tidak menyia-nyiakan situasi, dia balas memeluk Milka.

"Kamu nggak perlu jadi penurut lagi, kamu harus utamain keinginan kamu dulu," papar Hema dengan nada yang hangat.

"Iya, ini keinginan aku. Aku mau ketemu Bunda. Jadi, boleh kita pergi sekarang?"

Tawa Hema terdengar lepas, ia mengecup punya kepala Milka dengan gemas. "Kamu selalu sukses bikin aku kagum."

Hema mengurai pelukannya, menatap Milka dengan lekat. "Ayo, kita ketemu sama Bunda."

oOo

Milka kembali melewati jalan asing yang belum lama ini dirinya kunjungi. Milka duduk dengan perasaan yang terus gusar. Sementara Hema tak melepas genggaman tangannya sedikit pun. Bahkan beberapa menit lalu pria itu izin tidur dan bersandar pada bahu Milka.

Jalan yang dilewati semakin sepi dan dari kejauhan bangunan villa sudah terlihat. Milka melirik Hema yang masih terlelap. Ia menggigit bibirnya sebelum melepas tangannya dari Hema. Hal itu langsung membuat Hema terbangun lalu kembali menangkap tangan Milka. Hema melihat ke sekitar.

"Udah nyampe ya?"

Milka mengangguk. Hema tersenyum kemudian mengecup pelipis Milka. "Makasih buat sandarannya."

Mobil mereka berhenti. Hema cepat-cepat turun dan menuntun Milka. Hema tidak membawa ke arah pintu depan, justru ke arah samping untuk menuju bagian belakang yang cocok untuk bersantai pada sore hari.

"Tadinya anak-anak juga di sini, tapi udah dipindahin sama ibu-ibu panti yang lain, di sini terlalu sempit buat mereka" jelas Hema seraya terus menuntun langkah Milka.

Hingga akhirnya Milka bisa melihat sosok wanita yang tengah terduduk pada kursi kayu dengan pandangan kosong. Tangan Milka meremas yang mau tak mau dirasakan oleh Hema.

Hema meraih dagu Milka, membuat gadis itu menghadap ke arahnya. Ada genangan air mata yang siap jatuh dari pelupuknya juga bibir yang bergetar menahan tangis. Hema mengusap pipi gadis itu.

"Kamu pasti bisa. Ayo, Bunda kamu pasti udah ningguin banget." Hema memberi semangat.

"Ma-makasih."

Hema mengangguk. Milka pun mulai berjalan mendekati Sarah dan meninggalkan Hema.

Senyum Hema memudar tubuhnya terhuyung ke belakang yang untungnya ada Tio yang sigap menangkap.

"Cari obat, vitamin, atau apa deh. Aku nggak boleh mati sebelum nikahin Serena," ucap Hema dengan raut lesu yang berubah drastis. Raut hangatnya raib pergi.

"Nggak tidur dua hari nggak bikin mati, Mas." Tio mencoba menegakkan tubuh tuannya yang tengah kembali pada mode menyebalkannya itu.

"Malam-malam sebelumnya aku udah banyak bergadang buat ngurus si keparat itu ya!" Hema memprotes tidak terima. Secara tidak langsung Tio berkomentar bahwa dirinya lemah.

Fight for My Fate [TAMAT]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن