27. The Truth

24.6K 1.6K 61
                                    

Milka mengerjap. Keningnya berkerut begitu mendapati suasana yang asing. Milka pun langsung membelalak panik begitu menyadari jika tubuhnya terikat pada kursi yang didudukinya.

"Serena tenang." Hema tiba-tiba datang dia berjongkok di sisi kiri Milka.

"Bunda? Bunda!" Milka menjerit. Dia berusaha terlepas dari kursi itu.

Hema menarik kedua bahu Milka. "Sayang, aku udah bilang kamu harus percaya sama aku 'kan? Semua baik-baik aja. Bunda kamu sama anak-anak yang lain aman."

Milka sedikit menenang. "Bunda?"

Hema tersenyum lembut. "Bunda kamu baik-baik aja."

Milka akhirnya bisa tenang, tapi kemudian dirinya terbingung akan tubuhnya harus terikat seperti ini.

"Maaf karena aku ikat kamu begini, aku takut kamu sadar terus tiba-tiba ngelukain diri sendiri," jelas Hema. Tatapannya berubah menyendu. "Kamu tau setakut apa aku semalam saat kamu lari ke arah api itu."

Hema menyentuh pipi Milka, ia mengusap-usapnya pelan. "Aku nggak bakal kecewain kamu. Kamu bisa percaya aku."

Hema mendekat, hendak mencium Milka.

"Bunda di mana?"

Hema pun sedikit bergeser lalu mengecup pipi Milka. "Di tempat yang aman. Aku nggak boleh bocorin lokasinya ke orang yang nyoba nyelakain 'kan?"

Milka mengernyit bingung. Hema pun mununjuk dan Milka baru menyadari jika ada Melody tidak jauh darinya. Dia sama terikat pada kursi hanya saja mulutnya diberi kain hingga tidak bisa bicara. Hanya tatapannya yang terlihat begitu tajam.

"Iya, dia yang bakar panti itu. Damian nggak mungkin lenyapin satu-satunya yang jadi alasan kamu mau bertahan selama ini. Semua kejadian itu ulah Milka."

Milka mengernyit tidak mengerti. Untuk apa Melody bertindak sejauh itu? Bukannya dia sudah mendapatkan Hema? Meski sekarang Milka pun bingung dengan situasi ini.

"Oh aku belum bilang ya, dia itu Milka, Milka yang asli," ucapanya yang diiringi senyum juga kekeh kecil.

Bibir Milka sedikit terbuka tatapannya terlihat tidak menyangka. Orang yang selama ini dirinya gantikan ternyata masih hidup, terlebih sudah lama bersinggungan dengan dirinya.

"Tapi, makasih loh Milka buat rencananya. Berkat kamu aku jadi punya alasan buat giring Damian ke sini." Hema tersenyum jenaka ke arah Melody yang langsung ditanggapi dengan geraman marah juga kaki yang mencoba menendang-nendang.

Hema kembali pada Milka. "Sekarang Damian pasti kalang kabut. Panti kebakar, kamu nggak ada. Dia pasti pusing banget. Aku barusan telpon dia kalo kamu diculik, jadi maaf aku belum bisa buka ikatannya sekarang. Nggak papa 'kan?"

"Aku mau ketemu Bunda," ucap Milka dengan  suara yang benar-benar lemah.

"Iya, Sayang. Nanti kita ketemu Bunda. Tapi kita harus selesaiin ini dulu. Mau nunggu sebentar 'kan?"

Milka pun mengangguk kecil.

Hema tersenyum. Dia bangkit lalu mengecup pelipis Milka. "You make me fall again, and again."

Tak lama pintu di gudang itu diketuk dengan keras. Hema tersenyum miring. "Kamu ternyata nggak perlu nunggu lama." Hema mengusap kepala Milka sebelum berjalan untuk membuka kunci pintu itu.

"Hema!" Damian memekik senang. "Ternyata kamu di sini. Om benar-benar panik Milka diculik, syukur kalau dia sudah aman sama kamu."

Hema tersenyum satu sudut. "Aku bukan nyelamatin Milka yang diculik kok, tapi yang barusan telpon Om itu aku."

Fight for My Fate [TAMAT]Where stories live. Discover now