12. Jealous?

24.7K 1.5K 118
                                    

Milka menatap kosong tangannya. Kepalanya mengingat bagaimana Melody hampir kehabisan napas tadi.

"Kenapa aku ngelakuin itu?"

Milka menggigit kukunya. Dirinya hampir membuat seseorang mati. Milka menutup kedua telinganya, tiba-tiba dia merasa berisik tapi tak ada satu kata pun yang bisa Milka tangkap dengan jelas?

Milka menekan telinganya semakin erat. Tubuhnya mulai bergetar diikuti dengan munculnya titik-titik keringat dingin.

"DIAM!" Milka memekik kencang. Semuanya seketika menjadi hening. Milka menatap sekelilingnya. Dirinya masih sendirian di kamarnya ini. Apa yang terjadi dengan dirinya?

Milka mengusap wajahnya dia beranjak dari kursinya kemudian berjalan dengan tergesa. Dirinya bahkan tidak memakai alas kaki apa pun.

"Bibi, teh dari Hema ada?" tanya Milka menghampiri pembantunya yang tengah memasak.

"Ada, Non. Baru aja kirimannya dateng. Kali ini Den Hema kirim banyak lagi," jawab pembantu itu diiringi senyuman.

"Mana?" tanya Milka dengan raut tidak sabar. Pembantu itu sedikit mengernyit bingung. Meskipun begitu dia tetap mengambilkan kotak teh yang Milka minta.

Milka menerima dengan tergesa. Ia membukanya lalu mengambil satu bungkus. Tanpa memerlukan bantuan pembantunya, Milka menyeduhnya sendiri.

"Non udah mau tidur?" tanya pembantu itu keheranan. Dirinya tentu sangat hafal tentang teh itu yang selalu diminum sebelum tidur. Dia juga sangat hafal Milka tidak tidur sesore ini.

"Mama dan Papa nggak bakal pulang hari ini 'kan?"

"Iya, Non. Kemungkinan besok pagi baru sampai."

Milka mengangguk-angguk. Dia pun meminum teh itu dengan sekaligus. Matanya terpejam menahan lidahnya yang menolak, ia pun menghela napas begitu semuanya sudah habis tertelan.

"Non?"

Milka mengangkat tangannya memberi tanda jika dirinya tidak ingin diganggu. Dia pun kembali melangkah ke kamarnya dengan langkah yang gontai.

Meskipun fakta Milka tidak menyukainya, tapi teh itu bisa membuat Milka lebih tenang, membuatnya bisa tertidur nyenyak. Milka ingin melepas semuanya. Ia hanya ingin tidur lelap tanpa memikirkan apa pun.

Milka naik ke atas ranjang. Pikirannya sekarang mulai terasa kosong. Kelopak matanya mulai terasa berat, hingga perlahan dirinya pun tertidur.

oOo

Milka sadar bahwa ini adalah mimpi. Karena di dunia nyata tidak akan ada orang yang memeluknya seperti ini. Milka tidak tau siapa, karena pandangannya yang terhalang dada orang itu. Yang Milka rasakan adalah rambutnya yang diusap-usap dengan lembut.

Dada Milka tiba-tiba berubah sesak. Matanya memanas hingga akhirnya menitihkan air mata. Milka tidak mengerti, untuk kedua kalinya dirinya menangis padahal tidak sedang diperlakukan jahat.

Dirinya tidak bisa membendung perasaan dalam dadanya yang terus berdesakan seolah ingin dikeluarkan. Milka mulai terisak. Begitu menyadari itu membuat isi dadanya lebih baik, Milka pun tidak menahan tangisannya lagi. Ia mengerang kencang untuk menumpahkan segalanya.

Pelukan di tubuhnya lebih erat, Milka merasakan kehangatan yang selalu jauh darinya. Milka merasa aman. Milka merasa jika dirinya tidak perlu susah-susah berdiri lagi, ada orang lain yang menyangga tubuhnya.

"Semua akan berlalu, sedikit lagi. Bertahan ya?"

Bisikan itu terdengar lembut, membuat dada Milka yang mulai terisi perasaan hangat. Milka merasakan tubuhnya terasa ringan.

Fight for My Fate [TAMAT]Where stories live. Discover now