17. Perasaan Trauma

159 29 6
                                    

Yuma pernah melihat gambar monster yang menginvasi dunia melalui layar hologram di kelas pertamanya. Monster itu terlihat menakutkan, dibagi menjadi beberapa kelas, dan juga memiliki kekuatan yang bervariasi layaknya Hunter.

Ternyata setelah melihat langsung, gambar dan kenyataan sangat berbeda. Ini pertamakalinya Yuma melihat dengan kedua matanya sendiri bagaimana bentuk dan rupa monster-monster itu!

Dia bisa merasakan tubuhnya merinding karena tekanan kekuatan yang besar, dia juga bisa mendengar raungan besar dari sosok monster tersebut, bagaimana ukurannya, bagaimana bentuk tubuhnya, bagaimana cara geraknya, Yuma menyaksikan itu sekarang.

Tiga Hunter tersebut melesat ke depan untuk melawan semua monster yang berdatangan ke atas arena. Yuma bisa melihat pertarungan mereka yang memanas dan ganas. Pertarungan nyata , bukan simulasi. Dia bisa melihat api Flame membakar semuanya, bayangan hitam dari King menelan habis monster-monster itu bagai lubang hitam, dan kristal Steel yang menembus tubuh setiap monster yang datang.

Monster-monster berdatangan seolah tanpa akhir.

Dia kagum dengan pertarungan ini, tetapi tiba-tiba saja ada gemetar yang menjalar ke seluruh tubuhnya saat matanya tanpa sengaja bertemu tatap dengan Flame.

"Ah..."

Dia ingat hari itu.

Hari dimana dia diseret dan hendak dihabisi oleh ketiga laki-laki itu. Tubuhnya gemetar, ada perasaan aneh yang muncul tiba-tiba. Dia takut. Dia memang takut kepada mereka karena sudah memburu para sampah, tapi sepertinya bukan takut yang seperti itu. Tapi lebih ke arah takut... Takut jika mereka menyentuhnya lagi.

Rasanya menjijikkan.

Rasanya aneh.

Kenapa dia merasakan hal seperti ini? Bukankah hal biasa untuk Hunter dan Stabilizer melakukan Connecting penetrasi disaat usia tubuh mereka sudah memenuhi standar Forecemium? Dia juga sudah melihat banyak Connecting penetrasi, lalu apa bedanya dengan apa yang akan ia lakukan dengan ketiga Hunter itu?

"Ah, tidak tidak," Yuma bergumam sendiri. Dia tidak tahu rasa takut dan tidak nyaman ini. Dia merasa sangat tidak aman saat melihat tiga Hunter itu berada di depannya sekarang. Dia merasa aneh, rasanya ingin lari.

Instingnya bergerak. Dengan kakinya yang tidak bisa digunakan untuk berjalan, Yuma berusaha merangkak menyeretnya. Dia merangkak di atas batu bertekstur tajam yang menyayat pakaian dan kakinya setiap ia berhasil merangkak.

Dia ingin pergi menjauh.

Key melihatnya dalam diam. Yuma mengira Key masih fokus melihat ketiga Hunter itu, tapi siapa sangka mata ungu itu lebih tertarik dengan pergerakan yang ia lakukan.

Kakinya mulai berdarah karena menggores permukaan tajam batu dan meninggalkan jejak setiap satu seretan kaki. Dia terus menerus menyeret kakinya, tidak peduli darah yang semakin deras mencuar.

Sampai pada tempat yang ia rasa 'aman', Yuma akhirnya berhenti. Nafasnya terengah-engah, degub jantungnya yang meningkat kembali tenang disaat matanya tidak lagi menangkap siluet ketiga laki-laki itu. Dia mulai perlahan menjadi semakin tenang disaat rasa sakit dari kakinya terasa semakin sakit.

"Darah..." ucapnya lirih. Tangannya merasakan paha kirinya yang tergores panjang, bahkan ada batu yang tersangkut di dalam dagingnya. "... Sakit."

Meskipun bibirnya berucap demikian, ada rasa lega tersendiri di dalam diri Yuma dikala ia merasa aman. Dia tidak merasa jijik lagi. Dia tidak merasa harus lari lari.

Ia kemudian mendongak, mencari sesuatu untuk mengikat kakinya tapi jelas tidak ada yang bisa ia dapatkan selain bongkahan-bongkahan batu. Dia pun memutuskan untuk melepaskan bajunya, merobek bagian depan dan belakang secara terpisah.

COLD NIGHT : Fragmented Dreams ✓Where stories live. Discover now