18. Jejak Core

156 26 4
                                    

"Alfa team! Alfa team! Ulangi! Emily disini! Copy! Copy! Alfa team?! Apakah kau bisa mendengarkanku?! Alfa team! Alfa team!"

Suasana Internasional Guardian Center ricuh. Operator room menjadi ruangan paling sibuk di seluruh kantor IGC. Mereka semua berusaha mengirimkan sinyal kontak pada team yang bertugas melakukan pengawasan dugeon. Kebetulan sekali team yang membuat panik mereka sekarang ini adalah team Alfa yang ditugaskan khusus untuk menyelidiki dugeon rahasia.

Dugeon Ram terdeteksi oleh radar ICG memiliki aktivitas yang tidak biasa. Mereka segera mengirim Alfa team yang terdiri dari 10 Hunter untuk mengecek dugeon disana.

Awalnya semua berjalan lancar, mereka berkomunikasi dengan baik, pertukaran informasi terus berlanjut sampai tiba-tiba saja suara mereka menghilang bersamaan dengan dentuman besar. Terdengar seperti goa dugeon yang kokoh mendadak runtuh.

Sinyal pun terputus, tampaknya mereka semua terkubur, tapi operator ICG tidak mau menyerah. Mereka terus mencoba menghubungi seraya menyiapkan bantuan secepatnya.

"Halo?! Alfa team! Emily disini! Bagaimana kondisinya?! Halo?!"

Sang penerima sinyal, Emily adalah kode namanya. Seorang wanita diusia 40 tahun yang mendedikasikan seluruh hidupnya hanya untuk ICG merasakan kepanikan untuk pertamakalinya selama 15 tahun karirnya disini.

Alfa team adalah team terbaik. Mereka terdiri dari Hunter-Hunter berpengalaman dan kuat. Terdeteksi terdapat 2 rank S dan 8 rank A dalam penugasan ini. Setidaknya salah satu dari mereka ada yang masih selamat.

Hampir putus asa, tiba-tiba saja suara radio serak bergemuruh. Semua orang langsung dibuat bersedia, hampir semuanya diam saat radio itu mulai bersuara karena radio tersebut adalah alat darurat sekali pakai. Radio hanya bisa digunakan sekali, alat ini terhubung langsung dengan chip yang ditanamkan di dalam otak setiap Hunter.

"Ssrkk...rkkk...grskk... Core ... Ce...pat... Ae..rsrrkkm... Aether Core."

Radio tersebut langsung mati.

"Aether... Core?" bibir Emily berkedut. Baru setelah latar koordinat muncul di komputernya, dia segera berteriak. "KIRIM HADES TEAM!"

*..*
.
.

*..*

Yuma tidak tahu berapa lama ia tertidur, tetapi yang jelas saat ia bangun, Key tengah mengunyah tangan kirinya. Hunter satu ini sedang meminum darah dari lubang gigitan di tangannya.

Perlahan rasa nyeri mulai terasa, tetapi karena sudah terbiasa, Yuma jadi lebih tenang. Dia membiarkan Key menikmati sampai ia merasa puas. Cukup lama, setelah dirasa cukup, Key menarik mulutnya untuk melihat Yuma tengah berbaring menatap langit-langit.

"Sudah?"

"Hm," jawab Key seraya memperban bekas gigitan Yuma supaya darah tidak terus-menerus keluar.

Yuma menoleh ke arah jendela. Disana, tanaman tunas kecil di dalam pot berwana hitam terlihat lebih segar dan sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. Ada daun lebar yang muncul.

"Tanaman apa yang kamu rawat itu?" tanya Yuma penasaran. "Kamu bukan terlihat seperti tipe orang yang akan menanam tumbuhan tanpa tujuan."

"Dia akan tumbuh seiring munculnya emosi dalam diriku," jawab Key.

"Eh? Itu tumbuh berdasarkan emosi yang kamu rasakan? Ajaib sekali. Oh—jika begitu, berarti ada emosi yang tumbuh?" Yuma segera bangkit dari tidurnya. Dia menghadap wajah datar Key. "Sepertinya ini waktu yang tepat untuk pelajaran ku! Haha!"

COLD NIGHT : Fragmented Dreams ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang