9. Petilasan, 18:01

294 37 0
                                    


"Fuuuuh.." Santi mendekatkan tangannya pada api unggun yang mereka buat.

Api unggun kecil yang seolah menjadi satu- satunya penanda bahwa ada kehidupan di tengah luasnya Alas Medi. Asapnya membumbung melalui sela- sela kanopi. Dua buah tenda ukuran sedang telah tertata rapi di kedua sisi. Tenda itu berada di bawah naungan sebuah pohon besar.

Zilmi dan para cowok lainnya nampak lahap menyantap mie instan yang mereka bawa.

Damia duduk diam di sebelah Santi dengan kedua tangan memegang cangkir susu coklat panas. Ia sedikit merasa tak nyaman berada di tempat ini.

Terutama karena ada petilasan itu. Memang sih, hanya berupa susunan batu tua yang berlumut. Namun entah kenapa Damia merasa sedikit aneh untuk berada di sekitar itu, terlebih membangun tenda dan bermalam di sini.

"Santi," bisik Damia agak ragu. "Memangnya nggak apa kita menginap di sini?"

"Memangnya kenapa?" Santi meniup uap panas dari teh di gelasnya. "Bukannya kita udah biasa nginep di tempat- tempat yang katanya angker?"

"Tapi ini beda," Damia menyapu pandangan ke sekitar. "Ini kan petilasan. Apalagi kita ini sedang ada di Alas Medi loh. Bukannya tadi kita lanjut dikit aja sudah sampe di pos dua?"

Santi menyisip teh nya, lalu menjawab pertanyaan Damia. "Ini udah gelap, kita mau geser ke pos dua pun udah terlambat. Lagipula buat apa kita ke pos dua? Tujuan kita ke Raung ini kan ya nyari petilasan ini?

Dan kita sudah menemukannya di sini. Buat apa kita pindah lagi?"

"Santai aja Mia," ujar Irwan menyeruput habis mie instannya. "Toh ada kita- kita di sini."

"..."

Damia menarik nafas dan memilih untuk diam. Rasanya percuma menjelaskan kepada orang- orang ini tentang kekhawatirannya.

Sesudah acara makan selesai, beberapa dari mereka masih duduk mengitari api unggun sambil merokok. Damia dan Santi membereskan perlengkapan makan dan sampah mereka.

Sementara Fadil berjalan sendirian mendekati petilasan untuk merekam suasana sekitar di saat malam. Ia menyorot cahaya senter ke setiap sudut petilasan yang tertutup kain itu.

Sambil merekam sendiri, ia berbicara kepada kamera untuk mendeskripsikan apa yang lihat langsung untuk video BTS nya.

Damia yang sedang berkumpul dengan yang lain sejenak mengamati bagaimana asyiknya Fadil berjongkok sambil merekam detail petilasan di hadapannya.

Semilir angin tiba- tiba saja mengembus dari sela- sela pepohonan. Meniup api unggun mereka hampir padam.

"Kok jadi dingin banget ya," ucap Santi memeluk lengannya.

"Ya namanya aja di lereng gunung, ya dingin lah," Zilmi  tertawa sambil meniup asap rokok dari mulut.

"..."

"..."

"Omong- omong," Damia kembali mengajak Santi berbicara. "Tulisan aksara Jawa itu kan menyebut nama Lawang Krajan. Dan katamu, Lawang Krajan adalah nama desa yang pernah ada di wilayah Alas Medi ini."

"He em?" Santi mengangguk.

"Berarti, desa itu nyata pernah ada kan? Apa kejadian longsor di mana mayat para penduduknya tidak di temukan itu juga benar pernah terjadi?"

"..."

"Agak nggak masuk akal ya?" Irwan mengangkat alisnya tak percaya. Ia merapatkan jaketnya untuk mengusir dingin. "Kalaupun benar ada kejadian macam begitu, pastinya udah heboh di berita Nasional?

Tapi kayaknya yang selama ini beredar, ya cuma berita tentang bencana alam biasa. Buktinya, nama Lawang Krajan aja nggak ada dari kita yang tahu."

"Berarti berita tentang kejadian itu ya cuma semacam sambil lalu begitu saja maksudmu?" Zilmi mengangguk mengerti.

"Ya begitulah," jawab Irwan singkat.

"Tapi coba pikir-"

"Lagi ngobrol apa kalian?" Fadil berjalan mendekati mereka dengan kamera menyala.

"Habis ngapain aja?"

"Nggak ada sih, cuma ambil gambar tugu itu dari beberapa angle," jawab Fadil santai menunjuk petilasan dibelakangnya. "Biar ada video detail bentuknya."

Beberapa menit kemudian, Fadil dan Zilmi nampak sudah sibuk untuk menambahkan konten video mereka.

"Nah guys! Sesuai janji kita nih! Malam ini tim malam Jumat akan menginap di sini-" Zilmi berbicara sementara Fadil merekamnya.

"Damia dan Santi nampaknya bener- bener capek, makanya saat ini cuma saya yang take video. Jalur pendakian menuju tempat ini memang agak berat buat cewek sih," Zilmi menunjuk ke arah Damia dan Santi yang duduk di dekat tenda.

"Mana hawanya dingin banget lagi," Irwan mengembus uap dingin lereng dari mulutnya. "Vape alami nih."

"Nah, demi kalian semua, tim Malam Jumat nekat untuk menginap di sini. Di petilasan Alas Medi," Zilmi membentuk huruf M dan J dengan jarinya. "Makanya, kalian harus subsctribe dan nyalakan tanda notifikasi ya!!"

"..."

"Kita lihat saja apakah tempat ini memang se angker rumornya," Zilmi tersenyum ke arah kamera. "Karena memang itu moto kami: di mana ada misteri, di situ kita uji nyali!"

Irwan ikut berbicara pada kamera. "Percuma juga kita udah jauh- jauh dari Surabaya ke sini, kalo enggak dapet apa- apa di video kan?"

"Betul bos ku."

"..."

"Semoga aja nanti ada sesuatu yang menarik gitu ya," ujar Zilmi pelan sambil menyulut rokok di mulut.

PETILASAN ALAS MEDI (COMPLETE)Where stories live. Discover now