BONUS B. Obsesi

244 32 0
                                    

"Kalian inget mbak- mbak berkerudung di pos registrasi tadi enggak? Manis banget ya? Udah gitu dada nya bulet banget lagi. Pasti kembang desa tuh. MILF banget nih. Mbak- mbak I'd like to fuck."

"..."

"JANCUK ternyata dari tadi diem gara- gara mikir mesum sama Mbak- mbak puskesmas!" Irwan ganti menendang kaki Fadil.

"Garangan ancen!" Zilmi melepas kaos kakinya dan melemparnya ke wajah Fadil. "Lihat cewek semlohay dikit udah ngaceng!"

"Ya gak apa dong! Kalian kan udah ada Santi sama Damia!" Fadil memprotes perlakuan tak manusiawi kepadanya. Dengan sedikit emosi, ia membuka risleting pintu tenda dan berjalan keluar.

"Woy, mau ke mana jam segini? Di luar kabut banget tuh!"  Irwan segera menutup setengah risleting tendanya karena dingin.

"Mau ngerokok sambil ngising," jawab Fadil cuek memasang sepatu gunungnya. "Udah kalian tidur duluan aja."

"..."

Begitu keluar tenda, Fadil segera beranjak dan mengamati sekitar.

Sepi.

Hanya ada gelap dengan kabut pekat yang melayang- layang. Ia melirik sekilas ke arah Petilasan, di mana ia sudah memasang kamera night vision untuk merekam tugu itu semalaman.

Fadil pun melangkahkan kaki untuk mengecek kameranya.

Bukan. Bukan kamera yang ada di dekat tugu petilasan.

Ia hendak mengecek sebuah kamera lain- kamera kecil seukuran korek api. Ia memasang nya diam- diam tadi sore, saat membantu mendirikan rangka tenda perempuan.

Ya, Fadil memasang kamera tersembunyi di tenda Santi dan Damia.

Sudah dua tahunan ini ia bertugas sebagai kameraman dan editor video untuk konten channel Malam Jumat. Selama itu pula, ada sesuatu yang terjadi pada dirinya.

Setiap kali ia mengambil video, tanpa sadar mata dan perhatiannya terfokus pada Damia. Yang begitu cantik dan sangat ceria- terlebih ketika menjadi host dalam konten mereka.

Saat pengeditan video pun, kadang Fadil memutar rekamannya secara frame by frame. Ia selalu termenung menatap Damia yang begitu ekspresif di layar laptopnya.

Hanya bisa mengagumi kecantikan Damia dari balik lensa kamera dan layar laptopnya. Lambat laun menumbuhkan rasa obsesi Fadil kepada gadis itu.

Ia tak peduli dengan hubungan Irwan dan Damia. Yang ia inginkan adalah Damia untuk dirinya sendiri.

Kini ia harus mengambil kamera mini itu sebelum mereka membongkar tendanya besok. Fadil tersenyum membayangkan apa yang akan ia dapatkan dari rekaman kali ini.

Beberapa kali ia berhasil mendapatkan momen ganti baju Damia saat tim Malam Jumat membuat konten di tempat lain. Terkadang ada juga momen ganti baju Santi yang sedang berdua dengan Damia.

Sekedar bonus menyenangkan bagi Fadil.

Fadil berjalan berjingkat agar tak menimbulkan suara apapun. Sebab ia mendengar dua gadis itu masih bercakap- cakap di dalam tenda. Namun Fadil harus mengambilnya sekarang.

Ia berjongkok dan bergerak pelan. Selangkah demi selangkah menuju tenda perempuan. Sedikit lagi ia bisa melepas kamera itu dan menyimpannya.

Kegelapan dan kabut tebal di tempat ini menyamarkannya, membantunya leluasa bergerak. Namun saat ia sedang mendekati tenda, tiba- tiba terdengar suara.

-SREEEK!

"Cuk!" batin Fadil sambil refleks menoleh ke arah belakang.

Beberapa detik ia menatap ke sekeliling. Tak ada apapun. Pintu tenda cowok masih tertutup rapat. Dan semuanya nampak tenang seperti biasa.

Fadil menghela nafas lega. Ia kembali bergerak sangat pelan. Kamera kecil itu sudah ada di depan mata.

Fadil menggigit bibirnya penuh fokus. Satu tangannya terulur untuk meraih kamera itu.

-SREEEK!!

"SIAPA??" terdengar suara Santi dari dalam tenda.

Fadil kembali menoleh penuh waspada. Namun sama seperti tadi, tak ada apapun yang terjadi. Semuanya masih saja terlihat lengang.

Fadil mengumpat dalam hati. Mengganggu saja.

Lalu sejurus kemudian, ia mematung di tempat. Kenapa tiba- tiba ia mendengar suara seperti hujan?

Fadil menyipitkan mata. Ia seperti melihat sesuatu di atas pepohonan. Apa itu? Hewan apa itu?

Ia melihat dua cahaya merah yang melayang di langit sana, terlihat kontras dengan gelapnya langit malam. Fadil masih saja mencoba menebak apa yang sedang ia lihat.

Lalu seketika ia membeku di tempat.

Ketika ia menyadari bahwa itu adalah sepasang mata, dari sesosok mahluk tinggi dan besar, yang sedang menatapnya lekat. Mengawasi gerak- gerik nya sedari tadi.

"JANCUK!!"

Fadil hendak berbalik untuk berlari ketika tiba- tiba saja sesuatu yang berat menyambarnya.

"AAAAAAAAARRRRRGGHHH!!!"

Namun anehnya, tak ada seorang pun di dalam tenda yang mendengar teriakan Fadi. Namun suara tetes hujan yang berjatuhan justru terdengar semakin jelas, mendekati tenda perempuan.

"..."

"Loh, hujan?" tanya Damia di dalam tenda. "Bukannya sekarang lagi musim kering ya?"

PETILASAN ALAS MEDI (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang