10. Petilasan. 19:44

270 40 4
                                    

Fadil telah selesai memasang kamera night visionnya. Ia memasang kamera itu menghadap ke arah petilasan dan tugu yang ditutup kain putih

Ia selalu melakukan ini ketika tengah membuat konten, dan kadang- kadang mereka mendapat semacam 'penampakan' dari kamera itu.

Sebab memang itu konten channel mereka.

"Sip!" Fadil mengencangkan kenop tripod nya, mengikatnya pada sebuah pohon agar tak mudah roboh.

"Emang bisa kelihatan?" Santi memandangi keadaan sekeliling mereka. "Posisi lagi kabut tebel begini?"

Sejak setengah jam lalu, kabut mulai menyelimuti lereng. Hawa di lokasi itu terasa semakin menusuk, membuat semua anggota tim terpaksa mengenakan jaket tebal mereka.

"Kelihatan kok," Fadil mengangguk sambil sekali lagi mengatur setting kameranya, memastikan semuanya sempurna. "Kalo dari night vision, kabut tebal begini bakal kelihatan kayak serangga sliweran di depan kamera. Tapi secara overall bakal kelihatan kok."

"Oke," Santi hanya mengangkat bahu.

"Damia mana?" Irwan berdiri dengan rokok terselip di mulut. "Masa udah tidur jam segini?"

"Di tenda, lagi balurin minyak urut," Santi menunjuk ke arah tenda cewek. "Kakinya kan kram dari tadi siang."

Zilmi melirik ke arah jam tangannya. "Belum ada jam delapan malam. Apa kira- kira kita perlu take video lagi?"

Santi mengernyitkan wajahnya, menggeleng samar. "Kita semalaman kemarin naik kereta, dan seharian tadi berjalan kaki. Aku capek banget."

"Terus mau ngapain nih?" tanya Fadil yang sudah selesai dengan persiapan kamera night vision nya.

"Hmm. Coba kupikir bentar," Santi melipat lengannya sambil mengusap dagu. "Hawa dingin menusuk, kabut tebel, badan capek semua?"

"..."

"Gimana kalo tidur aja, istirahat buat malam ini?"

-------

(Tenda cowok - 20:16)

"Ini ngapain sih tidur pake kaos kaki segala?" Irwan menggeplak kaki Zilmi yang berada di sebelahnya.

"Dingin bos ku," jawab Zilmi yang sudah pewe berbantalkan tas carrier. Ia sudah menutupi dirinya dengan selimut tebal. "Kenapa emang?"

"Bau, goblok!" Irwan menutupi hidungnya penuh emosi. "Mana kaos kakinya gambar helo kiti lagi!"

"Imut kan," Zilmi menyodorkan kakinya semakin dekat ke arah Irwan. "Nih, hirup dalem- dalem."

"Jancuk! Matamu asu!" Irwan menendang punggung Zilmi yang tertawa puas karena berhasil mengerjai Irwan. Irwan yang sudah tak tahan pun mendekati Fadil dan mengguncang bahunya.

"Dil, lihat bangsat satu ini-"

Irwan tak meneruskan kalimatnya saat melihat Fadil terbaring diam tak bergerak. Matanya menatap kosong langit- langit tenda, berbantalkan lengan di kepala.

"Dil?" Irwan kembali mengguncang bahu Fadil. "Fadil?"

"..."

"..."

Zilmi yang merasa ada sesuatu, segera mendorong dirinya duduk. Ia mengamati lekat Fadil yang terbaring diam sedari tadi. "Kenapa itu?"

Lalu perlahan bola mata Fadil bergerak perlahan, melirik ke arah Irwan dan Zilmi.

"Fadil?" Zilmi sedikit tegang melihat tingkah aneh sahabatnya. "Kenapa kamu?"

Lalu dengan suara sedikit serak, Fadil menjawab. "Kalian inget mbak- mbak berkerudung di pos registrasi tadi enggak? Manis banget ya? Udah gitu dada nya bulet banget lagi.
Pasti kembang desa tuh. MILF banget nih. Mbak- mbak I'd like to fuck."

"..."

"JANCUK ternyata dari tadi diem gara- gara mikir mesum sama Mbak- mbak puskesmas!" Irwan ganti menendang kaki Fadil.

"Garangan ancen!" Zilmi melepas kaos kakinya dan melemparnya ke wajah Fadil. "Lihat cewek semlohay dikit udah ngaceng!"

"Ya gak apa dong! Kalian kan udah ada Santi sama Damia!" Fadil memprotes perlakuan tak manusiawi kepadanya. Dengan sedikit emosi, ia membuka risleting pintu tenda dan berjalan keluar.

"Woy, mau ke mana jam segini? Di luar kabut banget tuh!"  Irwan segera menutup setengah risleting tendanya karena dingin.

"Mau ngerokok sambil ngising," jawab Fadil cuek memasang sepatu gunungnya. "Udah kalian tidur duluan aja."

-------

(Tenda cewek - 20:41)

Di dalam tenda cewek, suasana nya terlihat jauh lebih kondusif dan tentram. Santi dan Damia tidur bersebelahan sambil bergandengan tangan. Mereka berdua menatap langit- langit tenda di mana tergantung lampu dengan mode nyala redup.

Keduanya nampak belum lelah mengobrol sejak tadi.

"Gimana perkembangan kamu sama Irwan?" tanya Santi lirih.

"Masih gitu- gitu aja sih," Damia mencibirkan mulutnya. "Aku kadang enggak paham maunya dia."

"Maksudnya?"

"Ya kalau lagi deketin tuh, bisa baiiiiiik banget. Bikin aku suka leleh sama perhatian- perhatian dia. Tapi kalo udah cuek, aku tuh kayak ngerasa dia nggak anggep aku ada," Damia melirik ke arah Santi. "Bingung enggak sih jadi aku?"

"Masa dia gitu? Belum pernah ada ngobrol yang ngarah dia mau nyatain perasaan atau apa gitu?"

Damia menggeleng samar. "Itu dia yang aku-"

-SREEKK!!!

Damia dan Santi seketika mematung saat dari arah luar tenda mereka terdengar suara langkah kaki. Keduanya terdiam beberapa lama, berusaha memastikan bahwa mereka tidak salah dengar.

-SREEK!!

"SIAPA!?" Santi melompat duduk. Ia menjadi sangat waspada sekarang, mengingat mereka tengah berada di tengah hutan. Tentunya masih ada hewan liar yang hidup di Alas Medi ini.

Beberapa lamanya hanya keheningan yang menyambut mereka. Suara jangkrik dan burung malam riuh meramaikan suasana lereng di luar sana.

"Apa itu tadi?"

"..."

-tes. tes.

Terdengar suara titik- titik air berjatuhan menerpa tenda parasit mereka. Hawa di dalam tenda pun juga terasa makin menusuk.

"Loh, hujan?" Damia nampak keheranan menyentuh bagian dinding tenda yang terasa basah dan dingin. "Bukannya sekarang lagi musim kering ya?"

"Namanya di gunung, cuacanya kadang anomali dengan dataran rendah," Santi kembali merebahkan badannya sambil menarik selimut tebal menutupi dagu. "Enak nih tidur pas hujan- hujan gini."

"Tapi bukannya seharian tadi saat kita mendaki langitnya cerah?"

"Udah dong-" Santi menguap lebar sambil membalik badan membelakangi Damia. "-ngantuk banget nih."

"..."

Meninggalkan Damia yang duduk sendiri terjaga di dalam tenda.

-------------

Untuk yang menunggu horror nya, sabar ya readers. Saya bukan yang bikin story horror, tiap bab harus seram atau ada gangguannya.

That's not my style.

Just stay tune 🙏

PETILASAN ALAS MEDI (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang