03. Siapa yang Salah?

15.8K 600 35
                                    

Kembali pada pesta ulang tahun yang meriah. Kini Gerald tengah diobati oleh Kalea setelah mendapat banyak luka dari Liam. Gerald tidak pernah menyangka jika beladiri Liam lebih mumpuni darinya. Sebab yang ia tahu, Liam lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, ia pun tidak pernah melihat Liam berlatih beladiri selama menjadi temannya belakangan ini.

Gerald memang sengaja merencanakan ini semua. Ia berpura-pura tidak bisa mengantar Pearly agar bisa mempersiapkan segala rencananya dengan Kalea sampai matang. Saat Pearly datang dan melihatnya sudah berciuman dengan Kalea, itulah yang Gerald harapkan. Semata-mata Gerald lakukan untuk bisa lepas dari Pearly.

Kalea diam sejenak saat Gerald meringis sebab lukanya yang masih basah terkena cairan alkohol. "Aduh, maaf ya, Sayang. Gara-gara rencana gue lo jadi luka kayak gini. Gue nggak nyangka kalau akhirnya Liam bakal ngehajar lo sebrutal ini."

Gerald mengangguk seraya menjauhkan tangan Kalea dari wajahnya. "Gue nggak apa-apa. Lagi pula gue udah lega karena akhirnya gue bisa putus sama cewek polos dan clingy kayak Lily."

Kalea senang mendengarnya. Lantas ia raih dagu Gerald dengan telunjuk dan ibu jarinya. Ia kikis habis jarak di antara mereka sampai bisa merasakan embusan napas satu sama lain.

"Sekarang gimana? Senang nggak sama gue?" goda Kalea dengan sorot sendu.

"Of course, Babe. Lo bisa ngertiin apa mau gue."

Dan setelahnya Kalea menyodorkan segelas minuman pada Gerald. Mereka saling membenturkan ujung gelas tersebut sebelum minum.

"Cheers!"

_-00-_

Gara menghentikan mobil di depan rumah Pearly tepat pada pukul sebelas malam. Ia merasa tak enak hati sebab harus mengantar pulang anak gadis orang selarut ini. Sebenarnya sudah sejak satu jam lalu Gara menawarkan Pearly untuk segera pulang, tetapi bocah itu enggan dan memilih untuk berlama-lama bermain di time zone. Sejujurnya ia pun masih bingung mengapa Pearly bisa sampai menangis seperti itu, lalu ke mana Gerald?

Ia menoleh pada Pearly yang kini tertidur pulas sembari memeluk sebuah boneka kelinci---hadiah yang didapatkan dari salah satu permainan saat di mall tadi. Gara tersenyum singkat, lalu turun lebih dulu dari mobil. Ia membuka pintu mobil samping, lalu membuka seatbelt Pearly. Gara termenung sejenak, melihat Pearly yang tidur pulas membuatnya tak tega untuk membangunkan. Lantas Gara pun menggendong anak itu beserta seluruh printilannya.

Gara membuka pintu pagar yang belum terkunci itu, lalu berjalan masuk ke dalam halaman rumah Pearly. Setibanya di depan pintu, Gara pun memencet bel rumah beberapa kali sampai pintu dibuka oleh seorang wanita yang memakai piyama.

"Selamat malam, Bu Carline," sapa Gara ramah.

Wanita yang diketahui ibu dari Pearly lantas membalas sapaan Gara. Ia mengenali Gara yang belakangan ini sedang memiliki hubungan kerja sama antar perusahaan dengan suaminya.

"Selamat malam, Pak Gara. Lho, kok Lily bisa sama Bapak?"

"Saya membawa anak ini jalan-jalan di sekitar mall karena tidak berhenti menangis."

Jawaban Gara membuat raut wajah Carline berubah panik dalam kurun waktu satu detik. Lantas ia mengecek sendiri kondisi Pearly yang masih berada di dalam gendongan Gara, khawatir jika terjadi hal buruk pada sang putri.

"Menangis? Bukannya Lily ke pesta temannya, ya, malam ini? Kok bisa sama Bapak?"

Gara mengangguk, lalu menunduk hormat pada pria yang baru datang dari belakang Carline. "Malam, Pak Rei."

TAKEN YOUR DADDYWhere stories live. Discover now