04. Ide Gila

13.4K 585 15
                                    

"Benzena itu senyawa siklik yang terbentuk dari enam atom karbon yang berikatan dalam cincin. Senyawa ini bersifat nonpolar, tidak berwarna, mudah terbakar, dan tidak larut dalam air, tapi dapat larut dalam pelarut organik ...."

Huft

Entah sudah ke berapa kalinya hela napas berat terdengar dari mulut Pearly sejak kelas dimulai. Matanya berpindah ke arah jam dinding yang berada di atas papan tulis. Jam telah menunjukkan pukul setengah sembilan, tandanya sudah satu setengah jam sejak pelajaran kimia dimulai ia masih termenung memikirkan kejadian malam itu. Seluruh pelajaran yang dijelaskan pun rasanya tak ada yang masuk ke otak.

Matanya memang mengarah pada seluruh tulisan yang terbentuk di papan, tetapi pikirannya melanglang buana seolah cahaya matahari yang menjadi bayangan di air. Tidak fokus. Itu yang Pearly rasakan sekarang.

"Apa yang gue lihat semalam itu nyata? Nggak mungkin banget Kalea ngelakuin hal kayak gitu sama gue ...." lirih Pearly pelan, tetapi terdengar sampai telinga Liam yang duduk tepat di belakangnya.

Liam yang tahu akan keadaan Pearly lantas mencolek punggung gadis itu sampai berdeham. "Lo kenapa, Ly? Nggak enak badan?"

Pearly hanya menggeleng lesu tanpa mau menoleh ke belakang. Gadis itu menyandarkan punggungnya pada kursi, lalu mendangakkan kepala ke atas hingga kepalanya berada di meja Liam.

"Gue nggak bisa konsen, Iam. Kepala gue berisik dari tadi," adunya dengan manik yang terus menatap mata Liam.

Liam memajukan tubuhnya, agar mata Lily tidak terlalu ke atas. Bisa sakit mata gadis itu kalau terus menerus menatapnya dengan posisi terbalik.

"Gara-gara semalam?"

Pearly mengangguk, lalu setelahnya ia mendapatkan sorot mata julid khas Liam.

"Gue masih nggak nyangka kalau mereka berani berbuat gitu sama gue."

Liam tidak bisa bersuara sekarang, ia juga bingung dan tak pernah menyangka jika Kalea berani menikung Pearly. Setahunya, Kalea adalah gadis baik yang selalu peduli terhadap Pearly dalam kondisi manapun. Siapapun yang mengenal Kalea sejak lama tentu tidak akan pernah bisa membaca gerak-gerik gadis itu bahwa selama ini ia mengincar Gerald.

Entah dari mana datangnya keajaiban, sebuah ide melintas di kepala encer itu. Liam ingat betul bagaimana tingkah laku Gara dan Pearly saat jalan di mall kemarin malam. Jika dilihat, keduanya cocok jika menjadi pasangan. Lagi pula tampang dan bentuk tubuh Gara masih sangat bagus dan muda. Mereka tidak akan terlihat sebagai ayah dan anak.

"Mau gue kasih ide nggak?"

Mendengar kata 'ide' dari mulut Liam, lantas Pearly segera merubah posisi tubuhnya memutar ke belakang agar bisa berhadapan langsung dengan lelaki itu. Pearly sangat yakin dengan ide Liam sekarang, sebab wajah pemuda itu benar-benar meyakinkan.

"Apa, Iam? Cepat!"

Sebelum mengutarakan idenya, Liam melihat-lihat suasana terlebih dahulu. Di depan sana terlihat sang guru sedang mengurus beberapa berkas di mejanya, para murid lain pun tampak sedang sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Ini adalah saat yang tepat.

"Menurut lo om Gara ganteng nggak?"

Kedua alis Pearly bertaut, tetapi meski begitu ia tetap mengangguk dengan wajah polosnya.

"Nah! Apa lo nggak pernah berpikir kalau lo tertarik sama om Gara?"

Pearly mengalihkan matanya ke arah lain sembari menggaruk tengkuk belakang yang tak gatal. Jujur, ia masih tak mengerti ke mana arah pembicaraan Liam saat ini.

"Maksud Iam apa sih?"

Liam mendesah frustasi seraya memutar bola matanya jengah. Apa gadis itu benar-benar tidak mengerti apa yang ia maksud?

TAKEN YOUR DADDYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora