06. Tinggal Bareng?!

14.2K 575 3
                                    

"Huwaaa, gimana nih? Gue nggak mau nikah sama Gerald!"

Setelah insiden perdebatan antara Rei dan Carline beberapa waktu lalu yang membuat Pearly menjerit tak karuan. Kini gadis itu masih mengurung diri di kamar. Ia menangis tersedu-sedu, menutupi kepalanya menggunakan bantal, dan tas sekolah yang masih menempel pada punggung.

Tangisan yang kuat membuat Rei dan Carline mencoba untuk membuka pintu beberapa kali. Namun, nihil sebab Pearly telah menguncinya dari dalam.

"Tuh, 'kan Dad! Mommy bilang juga apa, kalau Pearly sama Gerald tuh udah nggak cocok!"

"Dady tahu, tapi kalau mereka berjodoh bukankah akan lebih bagus untuk perkembangan bisnis kita? Mommy nggak mau berhubungan bisnis dengan perusahaan pak Gara yang sebesar itu? Kita akan untung, Mom!" tegas Rei bersikukuh dengan keinginannya.

"Dady suka banget maksain kehendak untuk kepentingan Dady sendiri, ya!"

Pearly melempar bantalnya ke sembarang arah, pusing akan perdebatan menyebalkan itu. Gadis itu meraung di kasur sembari menutup kedua telinganya sendiri.

"Kalau kalian berisik, Lily makin tantrum! Huwaaa ...."

Rei dan Carline pun berhenti berdebat, lantas Carline segera membawa Rei untuk pergi dari sana. Pearly mungkin sedang membutuhkan waktu sendirian agar bisa berpikir.

Setelah tidak lagi mendengar adanya suara ribut di depan kamar, Pearly pun berderap turun dari kasur. Ia meraih sebuah benda pipih yang tergeletak begitu saja, lalu mengetik sebuah nomor seseorang untuk dihubungi. Beberapa detik ia menunggu, sampai akhirnya panggilannya terjawab oleh orang yang dituju.

Pearly menjatuhkan tubuh di kasur, lalu kembali meraung-raung tak jelas setelah panggilannya terhubung.

"Ly? Kenapa lo?"

"Huwaaaa, Iam gimana nih? Om Gara suka kalau gue jadi menantunya, ditambah Dady juga mau kalau gue kawin sama Gerald. Gue nggak mauu!"

"Apa gue kasih tahu peristiwa di pesta Kalea aja?"

"Heh, jangan! Justru ini kesempatan bagus buat lo!"

Pearly geming sejenak, lalu mengubah posisi tidur telentangnya menjadi tengkurap. Ia rasa otak Liam memang sudah tidak beres. Sebenarnya laki-laki itu menginginkan dirinya menikah dengan Gara, atau dengan Gerald, sih?!

"Kok bagus? Bagus dari mana coba?"

"Ya bagus, karena dengan ini lo bisa manfaatin kesempatan lo untuk dekat sama om Gara, Ly."

Pearly mendesah frustasi sembari mengacak rambut yang semakin tak karuan. "Awalnya juga gue mikir gitu pas Om Gara mau kalau gue jadi menantunya. Tapi, pas Dady yang ngomong, kayaknya ini bakal serius, deh! Gue takut!"

"Lo tahu sendiri gimana Dady gue kalau udah menginginkan sesuatu. Pasti nggak lama gue dikawinin sama Gerald! Gue nggak mau itu!"

"Tenang aja, sih. Kita ini belum lulus, pasti mereka juga nggak akan mau anaknya menikah sebelum lulus sekolah. Mungkin mereka cuma akan mempertunangkan kalian sampai kalian lulus perguruan tinggi."

"Kesempatan selama itu bisa lo gunain untuk  dekat sama Om Gara. Gue juga yakin kalau sekarang Gerald pun menolak mentah-mentah sama hubungan kalian ini."

Pearly mengangguk samar, lalu menunduk dan menggambar sesuatu di atas kasur menggunakan jari telunjuk. Hela napas terdengar darinya, sepertinya ia memang harus mencuri kesempatan. Dengan berjalannya waktu, mungkin hati Gara akan luluh dengannya, dan tentu hal ini akan mengejutkan kedua orang tuanya.

TAKEN YOUR DADDYWhere stories live. Discover now