10. Tidur Berdua?!

13.4K 524 2
                                    

"Cheers!"

Gemerlap lampu disko menerangi sebuah tempat yang penuh akan gairah. Dentuman musik menabrak gendang telinga, para manusia melampiaskan gairah nafsu di sini. Minuman memabukkan tersedia di mana-mana, aroma alkohol menyeruak masuk ke indera penciuman dengan sangat kuat. Pakaian minim bahan bergelayutan memamerkan lekuk tubuh serta benda-benda yang mampu membangkitkan gairah nafsu lawan jenis.

Musik DJ dimainkan semakin keras seiring malam yang semakin larut. Rasa semangat kian membuncah setelah berhasil masuk ke bawah pengaruh alkohol. Keringat bercucuran bersama dengan alkohol yang berantakan di wajah dan mulut. Perbuatan maksiat tampak jelas di tiap sudut ruangan. Cekikikan dan desahan mengiringi dunia malam.

Kalea menaruh gelas bening setelah berhasil meneguk habis setengah gelas alkohol. Kepalanya menyandar pada sofa, pandangannya mulai kabur berganda.

"Cowok lo ke mana, sih?"

Seorang wanita berbaju ketat dengan celana yang hampir tidak terlihat itu bertanya pada Kalea yang kini mulai mabuk. Ia mengguncang tubuh Kalea beberapa kali sampai gadis itu merespon.

"Cowok mana, Tan?"

Dena memutar bola matanya jengah. "Ya cowok mana lagi? Gerald, lah! Cowok yang lo ceritain kemarin itu!"

Kalea ber-oh ria menganggapi ucapan sang tante. Gadis itu kembali bangkit lalu menatap wajah Dena yang kini penuh pertanyaan.

"Dia malas, katanya capek habis latihan basket setelah seharian jalan sama gue," jawab Kalea.

Dena menepuk bahu Kalea, lalu menunjuk ke arah sesosok pria paruh baya yang sedang berjoget di tengah-tengah manusia.

"Lihat deh itu! Kayaknya tajir, lo deketin gih!"

Pandangan Kalea beralih pada sosok yang dituju Dena. Tampak di sana sosok pria paruh baya berjoget ria di antara para perempuan muda. Alih-alih tertarik, ia justru mendecih sambil memasang ekspresi julid.

"Najis banget udah tua bangka kayak gitu! Gue juga udah kaya, ngapain harus deketin kakek-kakek yang pikirannya cuma sel4ngk4ngan!"

Dena berdecak lalu menyandarkan punggungnya pada sofa. "Ah, lo polos banget! Masa cowok lo cuma Gerald?"

"Ya, lo sendiri? Mana cowok lo? Mana om-om ganteng yang lo bilang kemarin?" balas Kalea.

Mendengar itu Dena pun memicing sebal seraya menghela napas panjang. Malas sekali rasanya ketika mengingat kejadian tadi siang di kantor Gara. "Dia udah ada calon istri."

Sontak meledaklah tawa Kalea. Ia menepuk-nepuk paha Dena sembari memegangi perutnya. "Ya rebut, lah! Lo 'kan, pelakor handal! Ngapain takut?"

"Niatnya juga gitu. Tapi, gue kaget pas tahu kalau ternyata calon istrinya itu masih anak sekolahan!"

Minuman alkohol yang baru saja diteguk oleh Kalea lantas tersembur kembali kala mendengar penjelasan Dena bahwa calon istri pria itu masih sekolah.

"Yang bener lo, Tan?!"

Dena mengangguk pasrah. "Kaget 'kan, lo? Dia seumuran sama lo kayaknya. Mana anaknya tengil banget lagi, kesel gue!"

Tertarik akan pembahasan, Kalea memajukan posisi duduknya agar lebih dekat dengan Dena. "Siapa namanya?"

"Nggak terlalu ingat sih, tapi gue denger dia manggil anak itu 'pipi' gitu."

Kalea diam sejenak, berusaha mencari tahu siapa anak sekolahan yang menjadi calon istri dari pria incaran Dena.

"Pipi? Siapa, sih?"

_-00-_


Jam digital yang terpajang di atas nakas menunjukkan angka 23.00. Derai hujan deras masih setia menghujam dunia di luar sana sejak satu jam lalu. Cahaya kilat dan suara pecutan di langit berupa guntur itu pun datang dalam jangka waktu pendek. Malam ini terasa panjang dan menakutkan, kedua mata Pearly tidak bisa terpejam sempurna meski sudah berusaha.

TAKEN YOUR DADDYWhere stories live. Discover now