23. Kompor

9.4K 381 53
                                    

Sepulangnya Gerald yang sempat pamit pergi ke rumah temannya itu membuat Gara menaruh rasa curiga penuh pada sang anak. Pasalnya, aroma alkohol tercium sangat menyengat begitu ia berpapasan dengan Gerald. Gara sudah lama bermain di dunia perminuman, mustahil jika ia tidak hapal dengan orang yang baru saja bergulat dengan alkohol.

Gara mengendus tubuh Gerald, membuat Gerald risih sekaligus panik takut ketahuan. Berbagai macam alibi untuk menyanggah pernyataan dan tuduhan Gara sudah tersusun rapi di otak.

"Jawab jujur, semalam kamu ke mana?" tanya Gara mengintimidasi, tatapannya menyorot tajam pada sang anak seolah detektif dan buronan.

"Gege dari rumah Genta, Pa. Kan, Gege juga udah izin ke Papa," jawab Gerald berbohong.

"Kamu minum di sana?" selidik Gara.

Gerald menahan napas saat sang ayah memajukan wajahnya untuk mengendus aroma napasnya. Jantungnya berdegup kencang, ia takut Gara akan mengetahui jika semalam ia pergi ke pesta pernikahan Theo alih-alih menginap di rumah Genta---temannya.

"Jawab jujur. Kamu minum di sana?" tanya Gara sekali lagi.

Bodoh jika ia melanjutkan kebohongan ini. Gara bukan orang yang mudah ditipu. Lebih baik ia mengaku dan jujur kepada sang ayah. Gerald mengangguk lesu.

"Iya, Gege ditawarin main ke bar sama Genta. Awalnya Gege nggak mau, tapi Gege penasaran isi bar," jawab Gerald. Ia memang jujur soal meminum alkohol, tetapi ia tetap tidak mau mengaku jika sebenarnya malam itu ia pergi ke pesta pernikahan Theo.

Gara berdecak, pergaulan sang anak sudah sangat jauh ternyata. Gara menunduk sembari berkacak pinggang, sepertinya ia harus memperketat pengawasan terhadap Gerald. Anak seusia Gerald memang sedang nakal-nakalnya, Gara paham dan sangat mengetahui itu sebab ia sendiri pun sudah pernah terkena getah dari pergaulan yang buruk dan berakhir menjadi penyesalan terbesar di sepanjang hidupnya. Gara tidak mau jika masa lalu buruknya terulang kembali kepada Gerald. Gerald itu anak semata wayang yang harus dijaga harkat dan martabatnya.

"Kamu tahu bar itu tempat yang seperti apa, kan?" kata Gara tegas yang hanya direspon anggukan lesu oleh Gerald.

"Kalau tahu, seharusnya kamu menolak saat diajak! Mendengar dari cerita kamu sepertinya Genta bukan anak yang baik. Tinggalkan dia," tambah Gara.

"Pa---"

"Pergaulan kamu benar-benar sudah kelewat batas, Ge. Mulai sekarang Papa nggak akan izinin kamu keluyuran setelah pulang sekolah tanpa seizin Papa."

Gerald tercengang mendengar peraturan yang dibuat Gara untuknya barusan. Gerald menggeleng seraya mendesah frustasi. Ia berdecak. "Pa, apaan sih, main bikin peraturan aneh kayak gitu? Gege nggak setuju, Pa!"

"Papa nggak terima penolakan. Itu salahmu sendiri, Papa hanya berusaha menjaga kamu dari pergaulan yang nggak jelas!"

Gerald berdecak sembari menyisir rambutnya menggunakan jemari. "Pa, tolonglah. Gege janji nggak akan gitu lagi, deh!"

"Tidak terima penolakan. Mulai besok dan seterusnya kamu akan diawasi Pie. Jangan membantah atau seluruh fasilitas kamu Papa cabut!"

Pearly yang baru tiba setelah selesai memasak dari dapur mendadak terkejut begitu Gara menyebut namanya. Gadis dengan celemek yang masih terpasang serta rambut yang dicepol itu berhenti tepat di belakang Gara. Kepalanya mendelik ke samping untuk melihat Gerald yang kemungkinan sedang dimarahi oleh sang pacar.

"Ada apa nih, panggil-panggil nama Pie?"

Gara dan Gerald menoleh secara bersamaan kepada Pearly. Sudip silikon yang berada di tangan kanan gadis itu menandakan bahwa Pearly baru selesai memasak atau bahkan hendak menyuruh mereka sarapan.

TAKEN YOUR DADDYWhere stories live. Discover now