09. Ada Rasa Lama?

10.8K 480 50
                                    

Senyap sekali di sini, tidak ada sambutan hangat yang biasa dilemparkan oleh Carline maupun Rei saat ia baru tiba di rumah. Ah, iya Pearly baru ingat jika sekarang ini ia memasuki rumah Gara, bukan rumah hangatnya. Suasana di sini dingin, senyap, dan sunyi. Tidak ada teriakan sang ibu yang mengomel, mungkin karena di sini tidak ada penghuni wanita selain para asisten rumah tangga.

Pearly menaruh beberapa kantung plastik berisikan martabak telur yang ia beli sebelum pulang bersama Gara, di atas meja ruang tengah.

"Om, suasana rumah emang biasanya sepi kayak gini, ya?" tanya Pearly spontan.

Gara menggeleng, lalu membuka jas hitamnya. "Biasanya ada suara Gege kalau lagi manja. Tapi, anak itu sepertinya belum pulang."

Tak berselang lama dari itu muncullah sebuah suara dari arah depan. Pearly dan Gara menoleh bersamaan saat bel pintu berbunyi.

"Papa .... Gege capek, mau peluk---eh?!"

Gerald sontak menghentikan langkah saat maniknya tak sengaja membentur sosok Pearly di sebelah sang ayah. Ia malu muka, harga dirinya sebagai laki-laki tegas dan dingin harus sirna. Bagaimana bisa ia lupa kalau sekarang ini Pearly tinggal seatap?!

Alih-alih mengerti keadaan, Gara justru merentangkan tangan mempersilakan Gerald memeluknya seperti hari-hari biasa.

"Sini, Gege .... Katanya mau peluk?" goda Gara, sedikit melirik ke arah Pearly yang tampak cekikikan.

Jelas saja Pearly tertawa, siapa yang menyangka jika sosok dingin dan menyeramkan sang Gerald bisa berubah bak bayi jika berada di dalam rumah? Ia kira Gerald benar-benar laki-laki menyeramkan, ternyata hanya tampangnya saja.

Gerald menggeleng kuat, lalu tertawa kikuk. Jika ada Doraemon maka hal yang pertama kali ia inginkan adalah pintu ke mana saja agar dirinya bisa menghilang dari orang-orang.

"Nggak gitu, Pa. Maksud Gege---"

"Gue kira Gerald benar-benar semenyeramkan itu. Ternyata .... Hahaha!"

Meledak lah tawa Pearly. Gadis itu sampai membungkuk sambil memegangi perutnya yang terasa linu akibat tertawa terlalu kuat.

Tak mau berlama-lama menahan malu, Gerald pun segera bingkas dari sana. Kakinya melangkah cepat ke kamar. Suara bantingan pintu terdengar jelas, Pearly dan Gara semakin tertawa dibuatnya.

Tak berselang lama dari itu, seorang asisten rumah tangga berperawakan sedang dengan rambut dicepol rapi mendatangi mereka. Ia menyodorkan tangan, lalu Gara memberikan jas dan dasinya pada asisten rumah tangga tersebut.

"Silakan Pak, air mandinya sudah saya siapkan. Malam ini Bapak mau keluar lagi atau di rumah saja?"

"Di rumah saja, Bu," jawab Gara singkat.

"Baik, kalau gitu saya akan siapkan bajunya selagi Bapak mandi."

"Eh, Bu nggak usah!" sela Pearly cepat, hal itu menarik perhatian Gara maupun sang asisten rumah tangga.

"Lho, kenapa Pie?" tegur Gara penasaran.

"Mulai sekarang biar Pie yang nyiapin kebutuhan Om Gara kalau Pie lagi libur sekolah. Ini sebagai balas Budi Pie karena Om Gara sudah mau tampung Pie sementara di sini." Pearly beralibi, padahal alasan aslinya adalah agar dirinya bisa mengambil hati Gara.

"Tidak usah repot-repot, Pie."

"Nggak repot, Om. Hitung-hitung Pie bisa latihan sebelum jadi istri Om Gara," balas Pie blak-blakan dengan kedipan mata di akhir kalimat.

Gara tertegun mendengarnya, bahkan sang asisten rumah tangga itu pun membulatkan mata tak percaya.

"Pie---"

TAKEN YOUR DADDYWhere stories live. Discover now