19. Jadian, nih?

10.4K 416 55
                                    

Perseteruan antara Pearly dan Gara belum kunjung berakhir sejak beberapa menit lalu. Gara berusaha mengalah karena ia menyadari dirinya memang egois di sini, tetapi anak itu sudah terlanjur kecewa. Pearly tidak mau hidupnya diatur oleh orang yang tidak memiliki hubungan dengannya. Dia memang cinta pada Gara, tetapi jika tingkahnya sudah kelewat batas maka kecewa akan tetap tumbuh.

Lain dari itu Liam yang menjadi titik perdebatan antara mereka semakin merasa bersalah. Semua ini terjadi karena dirinya yang tidak sengaja bertemu Pearly. Liam pusing sendiri menghadapi dua sejoli itu.

"Ly, serius gue nggak apa-apa banget kalau lo pergi sama om Gara. Jangan bikin keramaian di sini, malu dilihatin orang!"

"Oke, gue pergi!"

Pearly yang sedang dirundung emosi pun semakin panas tatkala Liam menyebutkan kata 'malu' yang merujuk kepada mempermalukan. Lantas ia mendorong bahu Liam dan Gara yang menutupi jalannya dan pergi dari sana tanpa mengucap sepatah kata pun. Gadis ceria itu marah malam ini. Wajahnya muram bak langit kala petir menyambar.

Gara kalang kabut, lantas merampas ponsel Pearly yang tertinggal di sana dan pergi menyusul. Dia tahu dirinya sudah bersikap egois terhadap anak kecil itu.

"Pie! Pie tunggu saya!"

Entah sejak kapan Pearly merasa dirinya menjadi begitu emosional. Ia sendiri pun tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja perseteruan ini bisa terjadi. Namun, tak dipungkiri bahwa Gara memang keterlaluan. Tak seharusnya pria itu melarang dirinya bertemu Liam. Memang siapa dia? Hubungan saja belum jelas, sudah berani melarang.

Pearly merasa pergelangan tangannya dicekal dari belakang kala ia sudah tiba di area luar gym. Menoleh ke belakang rupanya Gara. Gadis itu reflek membuang muka sembari berusaha melepaskan tangan Gara yang mencekalnya.

"Saya mohon Pie, saya minta maaf atas keegoisan saya."

"Om nggak seharusnya ngelarang Pie kayak gitu!"

Gara mendesah lelah, lalu melepaskan cekalan tangannya pada Pearly. Lantas ia raih kedua bahu Pearly sampai anak itu mendongak menatapnya.

"Saya sadar saya egois. Entah mengapa saya tidak suka melihat kedekatan kalian ...." Pandangan Gara meneduh, menerpa wajah penuh amarah Pearly yang lambat laun mulai mereda.

Gadis itu menundukkan kepala, lalu melepaskan tangan Gara yang berada di bahunya. "Setidaknya Om harus menegaskan hubungan kita tuh, sebenarnya apa. Baru Om boleh cemburu sama Pie."

Gara menangkap sepintas keinginan Pearly dari sekelebat kejadian ini. Gadis itu hanya menginginkan hubungan yang jelas di antara mereka. Gara bisa saja mengabulkan itu semua karena sejatinya ia pun memang mencintai Pearly. Namun, jarak usia mereka sangat bertentangan. Melihat Pearly seperti itu membuatnya tak tega sebab harus menggantungnya pada hubungan yang masih tabu. Baiklah, mungkin ini saatnya Gara mencoba. Semoga semesta merestui hubungan mereka.

"Baik kalau itu yang kamu mau. Mari kita membangun hubungan mulai hari ini."

"Mwo?"

("Apa?")

Pearly menganga mendengar ucapan Gara yang lebih mengarah kepada ajakan. Daun telinganya ini tidak salah menangkap suara, 'kan? Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat tatkala tangan besar Gara menariknya masuk ke dalam pelukan.

"Maaf kalau saya egois, maaf kalau saya membuat kamu tidak nyaman. Itu semua saya lakukan karena saya mencintaimu. Sekarang, apakah saya boleh jika cemburu pada lelaki lain yang mendekatimu, Pie?"

Pearly meremas kaus yang Gara kenakan untuk menyalurkan ketegangan di dalam dadanya. Amarahnya mendadak hilang. Sepertinya sebuah pelukan hangat dari Gara itu menjadi obat penawarnya.

TAKEN YOUR DADDYWhere stories live. Discover now