07. Patah Hati Satu Kantor

12.9K 486 5
                                    

Satu jam di kediaman Gara, Pie hanya berdiam diri di ruang Tv sembari bermain ponsel setelah selesai merapikan barang-barang ke kamar barunya. Gerald masih setia di kamar entah berbuat apa, sementara itu Gara izin pergi ke luar sejak tiga puluh menit lalu. Bosan, hanya jam dinding dan suara televisi yang terdengar. Hari liburnya tidak menyenangkan, padahal Pearly sudah berharap ingin berdua bersama Gara di rumah. Namun, hal itu sepertinya mustahil jika mengingat Gara adalah orang yang super sibuk.

Ting!

Pearly menoleh saat pintu utama dibuka, menandakan ada orang yang masuk. Wajah muramnya berubah ceria setelah melihat sosok Gara sudah pulang dengan beberapa bingkisan di tangan.

"Om!" Pearly beranjak bangun lalu berlari menghampiri Gara.

"Ke mana aja? Pie nungguin, lho ...." adunya dengan bibir mengerucut.

Gara mengulas senyum manis sambil mengelus pucuk kepala anak itu. "Emang nggak sama Gege? Dia mana?"

"Dia di kamar."

"Wah, benar-benar anak itu."

Gara melangkah, berniat untuk menghampiri Gerald dan menegurnya. Namun, niatnya itu harus dipendam saat Pearly mencekal lengannya.

"Om, mau temenin Pie nggak? Om sibuk, ya?"

"Saya masih mau ke kantor. Nanti malam saya pulang."

Mendengar itu bibir Pearly kembali mengerucut. Kepalanya menunduk menatap ubin. "Yah ...."

Gara melipat bibirnya, entah mengapa ada rasa tak tega jika harus meninggalkan Pearly sendirian di rumah. Meskipun ada Gerald dan para asisten rumah tangga, tetap saja perasaan ini tak bisa dihentikan, terlebih melihat wajah sedih anak itu. Tidak ingin pergi ke kantor dengan perasaan gundah, lantas Gara berniat mengajak anak itu ke kantornya. Mungkin anak itu bisa belajar di sana karena mengingat bahwa Pearly adalah anak satu-satunya yang akan mewariskan perusahaan milik Rei.

"Ya sudah, Pie boleh ikut saya ke kantor. Pie siap-siap, saya tunggu di sini. Okay?"

Wajah sedih Pearly berubah ceria detik itu juga. Lantas ia memasang hormat di hadapan Gara sembari melompat kegirangan.

"SIAP, OM!" Lantas setelahnya Pearly berlari dan bergegas mengganti pakaian.

Gara tersenyum manis melihat langkah riang Pearly. Entahlah, perasaan hangat yang sudah hilang selama sepuluh tahun terakhir ini muncul kembali. Nyaman sekali rasanya, terlebih saat melihat binaran mata Pearly menyorot maniknya.

_-00-_

Sejak awal menapak di lantai kantor super besar ini Pearly tak henti-hentinya mengangumi seluruh interior bangunan dan design kantor yang sangat mewah. Perusahaan ini memang sangat besar, pantas saja Rei mau bekerja sama dengan Gara. Rupa kantor ini tidak jauh berbeda dengan milik sang ayah, tetapi Pearly lebih suka berada di sini karena suasananya lebih menenangkan.

Para karyawan yang berlalu-lalang di sekitaran kantor tampak seperti manusia kelas atas. Pakaiannya benar-benar elegan dengan balutan jas atau blazer berwarna gelap. Postur tegap, tinggi, serta wajah menarik menghiasi seluruh karyawan di kantor ini. Sangat berkelas.

Manik Pearly bergerak ke kiri, ia mendapati taman kecil dengan beberapa kandang kelinci di sana. Tanpa sadar ia melompat kegirangan saat seekor kelinci menatapnya dari kejauhan. Gara yang setia berjalan di sampingnya turut tersenyum melihat tingkah Pearly.

"Pie suka kelinci, ya?"

Pearly mengangguk antusias tanpa mau mengalihkan pandangannya dari para kelinci itu.

TAKEN YOUR DADDYWhere stories live. Discover now