05. Gue Nggak Sudi!

12.8K 517 19
                                    

Di sini mereka berada, di tengah para manusia lain yang tengah menikmati makan malam mereka masing-masing. Suasana restoran sangat menenangkan walaupun ramai, dengan interior mewah dan elegan menambah kesan damai jika berada di dalamnya. Hanya saja mungkin harganya yang tidak berdamai. Sejak tadi Pearly tidak berhenti menatap layar ponselnya karena Liam terus-menerus menerus mengirimkan pesan. Acara makan malamnya harus terganggu, sudah berapa kali Gara menegur Pearly yang tidak fokus makan sejak tadi.

"Pie, kalau makan jangan sambil lihat handphone," tegur Gara.

"Iya, Om."

Pearly buru-buru menarik benda pipih tersebut di atas meja, lalu kembali menyantap makanannya.

Ting!

Sial! Liam bego ngapain sih, ngirim pesan lagi?

Atensi Gara dan Pearly pun beralih pada suara notifikasi di ponsel Pearly. "Penting sekali, ya? Kalau tidak penting lebih baik notifikasinya dimatikan."

Pearly mengangguk, lalu segera membuka isi pesan Liam yang ternyata berisi: Buruan tembak Om Gara!!

Pearly mengumpat dalam hati. Malas meladeni, lantas ia memblokir nomor lelaki itu agar tidak mengganggunya makan. Setelahnya Pearly menghela napas lalu kembali menyantap makanan yang baru dimakan setengah.

Gara yang tadinya hanya asik menyantap makanan pun akhirnya tertarik pada Pearly yang terlihat sibuk oleh ponsel. Gadis itu tampak gelisah, ia jadi khawatir kalau sejak tadi yang mengirimi Pearly pesan teks adalah orang tuanya yang menyuruh pulang.

"Pie, yang kirim pesan orang tua kamu, ya? Saya jadi tidak enak."

Pearly buru-buru menggeleng, lalu dengan lancang mengusap jemari Gara yang tergeletak begitu saja di atas meja.

"Bukan Om, itu teman Pie. Emang nggak ada otak dia kalau ngirim pesan."

Fokus Gara tidak lagi pada jawaban Pearly, melainkan pada tangan gadis itu yang berada di atas punggung tangannya selama beberapa saat sebelum akhirnya ditarik kembali.

Gara berdeham, lalu menatap Pearly yang sedang asik makan dengan sorot serius. "Pie, saya mau bicara."

"Hm, apa Om?" balasnya masih dalam keadaan mengunyah makanan.

"Saya tidak pernah tahu jika Gerald sudah menyakiti Pie. Nanti saya akan menyuruh Gerald untuk minta maaf sama Pie, kalau Pie masih kesal, Pie bisa pukul atau tendang semau Pie. Saya ikhlas karena saya juga mau memberikan pelajaran bagi Gerald."

Pearly geming mendengar tutur kata lembut itu. Ia mengulum bibir, lalu menaruh sendok dan garpu di atas piring.

"Pie udah nggak kesel lagi. Cuma kalau untuk berhubungan lagi kayaknya Pie nggak mau sama Gerald."

Pearly bisa melihat adanya raut kecewa pada wajah Gara setelah ia mengatakan hal itu barusan. Apa yang salah memang?

"Sebenarnya saya sama papa kamu sangat setuju kalau kalian menikah nantinya. Saya sangat ingin memiliki menantu seperti kamu. Karena sejak dulu, pacar Gerald itu selalu perempuan tidak benar. Jadi, saya mohon supaya kamu bisa memberi kesempatan pada Gerald."

"Tapi, Om---"

"Saya janji Gerald tidak akan berani menyakiti Pie lagi. Pie mau, ya?"

Gara tau ia egois di sini karena memaksakan dua hati yang sudah tidak saling mengasihi. Namun, di sisi lain ia juga menginginkan menantu dari keluarga yang benar untuk masa depan anaknya. Gara tidak mau jika nantinya Gerald akan mengalami kejadian buruk seperti yang ia alami dahulu. Karena perempuan tidak benar, akhirnya ia harus menanggung seluruh perbuatannya dan dikucilkan masyarakat. Gara tidak mau hal itu menimpa Gerald.

TAKEN YOUR DADDYWhere stories live. Discover now